Amsal 19:18 (TB) Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya.
"Anakku ni emang pemalas. "
"Anakku ni emang manja"
"Anakku ni emang susah dikasih tahu "
"Anakku ni emang kelakuannya persis aku, diambilnya yang jelek-jelek dari aku"
"Ah, anakku ni emang begini... "
"Anakku ni emang begitu..."
Duh. Sedih banget ya dengarnya, hopeless banget. Apalagi ini yang ngomong orang tuanya sendiri. Di depan anaknya pulak. Tuing. Tuing.
Sering aku mendengar temanku berkata begitu tentang anaknya seolah-olah anaknya sudah gak bisa berubah, dah bawaan lahir, dah gak ada harapan lagi. Padahal kupikir setiap anak bisa menjadi lebih baik seperti yang Tuhan inginkan saat mereka dididik dengan benar dan melihat contoh yang benar. Lagipula anaknya masih kecil. Mungkin aja sih selama ini anak melihat contoh yang buruk entah di mana tapi SELALU ADA HARAPAN asal kita gak bosan dan capek mendisiplin anak.
Dari mendengar ibu-ibu yang omongannya gitu, aku belajar:
👉 memperkatakan yang baik tentang anakku, ada anakku atau tidak.
👉 memberikan teladan yang benar. Karena anak mungkin gagal mendengarkan kita tapi tidak mungkin gagal meniru kita
👉 gak capek dan bosan mendisiplin anak dengan kasih
👉 Berdoa untuk karakter anak dan kami orang tuanya setiap hari
Ulangan 19
Gak ada dapat rhema tertentu tapi dari pasal ini aku melihat karakter Tuhan yang menonjol, Dia adalah Allah yan adil. Jadi, kalau rancangan awalNya aku diciptakan segambar dan serupa dengan Dia berarti aku harus memiliki karakter ini dalam hidup. Aku harus adil.
Kasongan, 19 Oktober 2017
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment