Tuesday, February 27, 2018

Amsal 27, Kisah Para Rasul 27

Kisah Para Rasul 27:35-36 (TB)  Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan.
Maka kuatlah hati semua orang itu, dan mereka pun makan juga.

Empat belas hari terapung di lautan, dan berpikir apakah akan hidup atau mati. Siapa yang gak jadi lemah hatinya? Siapa yang gak tawar hati coba? Tapiiiii.... Hari itu seisi kapal menjadi KUAT HATINYA karena PERKATAAN PAULUS dan UCAPAN SYUKUR Paulus kepada Allah.

Seperti Paulus, kita pun dapat menguatkan hati orang lain yang sedang lemah hatinya dengan :
👉 perkataan
Saat menghadapi kesulitan ataupun melihat kesulitan orang lain, apakah yang kita lakukan? Berkeluh kesah dan mengasihani diri sendiri atau memperkatakan firman dan memperkatakan hal yang baik? Iman timbul dari pendengaran, pendengaran akan firman Kristus. Bagaimana iman dan pengharapan kita akan muncul kalau yang kita dengar adalah perkataan negatif.
👉 ucapan syukur
Tidak mudah mengucap syukur saat keadaan sulit. Tapi ucapan syukur kita kepada Allah memudahkan kita melihat Allah dalam kesulitan. Kita diingatkan kalau Allah memegang kendali dan gak ada yang terjadi tanpa seizinNya,mempercayai Dia dalam kesulitan membuat kita semakin kuat.

Gak usah jauh-jauh, saat aku dalam keadaan yang gak aku inginkan, aku maunya mengeluh, padahal itu aku sendiri yang kesulitan. Gimana kalau aku seperti Paulus yang berada di tengah semua orang yang mengalami kesulitan ya, pasti semua ramai-ramai mengeluh. Paulus bisa menjadi berbeda. Kalau aku? Gak yakin deh. Wong berapa hari ini aja rasanya aku mengeluh terus gara-gara proses perpindahanku masih menunggu banyak urusan administrasi yang belum beres.

👉 Aku mau memperkatakan perkataan positif dan bersyukur pada Tuhan walaupun banyak yang mau aku keluhkan. Aku bisa 💪💪 Aku mau jadi berkat lewat responku dalam masalahku.

Amsal 27:6 (TB)  Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.

Suamiku termasuk keras dan gak suka kalau melihat anak terlalu dimanja,dia berkata itu gak baik buat perkembangan anak, anak gak akan tahu kapan dia salah dan jadi susah ditegur. Kadang aku merasa gak enak dengan sikapnya yang blak-blakan itu, apalagi dia sering menegur sepupuku yang masih SD dan memang terlalu kami manja. Aku sih gak enak sama orang tuanya, hahaha. Emang sih kelewatan sepupuku ini. Bahkan ke orang tuanya pun dia berani. Anehnya, karena sering ditegur dan dinasehati suamiku, sepupuku malah jadi dekat banget ke suamiku. Mungkin lama-lama dia merasa apa yang dilakukan suamiku buat kebaikannya.

Aku terkadang masih sungkan menegur orang lain, takut dia gak terima. Tapi sedikit demi sedikit, aku mulai menegur kalau menemukan hal yang salah. Gak perlu takut dibenci kalau aku melakukannya dengan motivasi yang murni dan dengan kasih.

Palangka Raya, 27 Februari 2018
-Mega Menulis-

No comments: