Peringatan:Postingan
ini panjang looo.... ^^
Menghapal
dan merenungkan FirTu tentang kasih pada bulan ini, setiap hari aku diajak
membandingkan diriku dengan apa yang Tuhan harapkan dalam FirTu. Seperti aku
dihadapkan pada model yang sempurna-model KASIH, yang Tuhan inginkan aku
menjadi. Dan semakin dipandang,diamati KASIH ini, lalu memeriksa diri, semakin
menyadari kalau aku masih jauh dari apa yang Tuhan inginkan.
Contohnya,
saat aku menghapal ayat ini:
1 Kor 13:5Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. TB
Ia tidak angkuh, tidak kasar, ia tidak memaksa orang lain untuk mengikuti kemauannya sendiri, tidak juga cepat tersinggung, dan tidak dendam. BIS
Tidak pernah angkuh, mementingkan diri sendiri atau kasar. Kasih tidak ingin menang sendiri. Kasih tidak pemarah dan tidak mudah tersinggung. Kasih tidak menaruh dendam dan tidak memperhatikan kesalahan orang lain. FAYH
ia tidak berbuat yang tidak pantas, ia tidak mencari sesuatu bagi dirinya sendiri, ia tidak menghasut, ia tidak menghitung-hitung yang jahat; MILT
KASIH ITU
SOPAN
Bukan Sopran
(jenis suaraku) atau Sophan Sophiaan artis itu,eh gak
nyambung yooo...:p
Biasanya kesopanan
erat kaitannya dengan bagaimana seseorang bersikap dan berkata-kata, sadar gak
sadar setiap kita punya standar masing-masing jenis perkataan atau tingkah laku
yang sopan atau gak menurut kita. Karena norma kesopanan yang kita terima berbeda-beda,
dipengaruhi tempat, lingkungan dan waktu tadi. (Dulu, seorang temanku sering
bercanda dan mengatakan padaku, ”Ih, gak sopan”, dan aku tersinggung,
maklumlah, aku kan orangnya sopan banget, jadi bingung kan gak sopannya dimana,
hahaha.)
FirTu yang
lain berkata:
Marilah
kita hidup dengan sopan,
seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan
dalam perselisihan dan iri hati. Roma 13:13
Dan, ayat
itu membuatku bertanya-tanya sama Tuhan gini:
Tuhan, apa
sih artinya hidup dengan sopan,
seperti pada siang hari?
Apakah
berarti pada malam hari lah orang-orang melakukan yang gak sopan?
Hidup
dengan sopan seperti pada siang hari, berarti kita membiarkan Allah menyingkirkan
semua kegelapan hidup kita, Allah hadir dan menerangi hati kita. Karena segala
pikiran-pikiran busuk dimulai dari hati kita yang jahat, maka saat Ia (Kasih)
itu hadir di hati kita, kegelapan berganti terang. Apa yang selama ini kita
anggap benar, diganti kebenaranNya. Perlahan-lahan kita diubahkannya menjadi
SOPAN-sikap dan perkataan kita akan diubahNya sesuai dengan standarNya, sesuai
dengan kebenaranNya.
Hidup dengan
sopan seperti pada siang hari, singkatnya berarti HIDUP DI DALAM ALLAH (TERANG).
Percaya gak
percaya, apa yang kita katakan meluap dari hati, apa yang kita lakukan bersumber
dari hati kita. Seseorang hidup pada malam hari alias kegelapan, karena ia
tidak membiarkan Allah menyingkirkan kegelapan di hatinya. Tetapi orang yang
hidup di dalam Allah bisa dipastikan ia hidup dengan sopan karena:
Ia (KASIH) tidak melakukan yang tidak sopan.
ALLAH tidak
melakukan yang tidak sopan.
Tapi Meg,
standar kesopanan kan berbeda bagi tiap orang. Apa yang sopan bagi saya, belum
tentu sopan bagi orang lain, begitu pula sebaliknya, ya kan?
Emberrr...emang
setiap orang memiliki standar berbeda. TAPIII...saat Kasih aka Allah itu hadir
dalam hidup kita, pemikiran kita tentang SOPAN dan GAK SOPAN akan diubahkan
oleh Allah. FirmanNya menjadi standar kita. Allah menjadi standar kita
melakukan hal SOPAN ini.
Hanya jika
kita sungguh-sungguh membiarkan Allah tinggal di dalam hidup kita dan kita
hidup di dalam Dia maka kita dimampukannya UNTUK TIDAK MELAKUKAN YANG TIDAK
SOPAN. Bersikap dan berkata-kata penuh kesopanan hanya karena ALLAH telah
tinggal dan hidup di hari kita. Dan karena Allah sempurna, gak peduli kita
memakai standar suku manapun sebagai pembandingnya, KASIH tetap SOPAN, kita
tetap tidak melakukan apa yang tidak sopan.
KASIH TIDAK
MENCARI KEUNTUNGAN DIRI SENDIRI
Hmm...
bagian ini membuatku tersenyum, karena aku merasa gak gitu, hahaha, boong banget
ah, seringkali aku mencari apa yang menguntungkanku sendiri, apa yang enak
buatku *sigh* Saat aku membaca berbagai versi ayat tersebut, jadi lebih
ketampar-tampar, dikatakan juga:
ia (kasih)
tidak memaksa orang lain untuk mengikuti kemauannya sendiri. BIS
ia (kasih)
tidak ingin menang sendiri. FAYH
ia (kasih)
tidak mencari sesuatu bagi dirinya sendiri. MILT
Aku seringkali
memaksa orang lain mengikuti kemauanku. Bukan memaksa yang pake acara ngancam
atau merengek-rengek gitu looo...Caraku lebih SMART-well, I mean LICIK. Aku
dapat memanipulasi orang-orang tertentu untuk mengikuti kemauanku. Ada cara
yang berbeda uuntuk setiap orang, tergantung sifat dan karakternya (bagi yang
mau tahu caranya, hubungi aku ya, hahaha-tobat Meggg...!!!). Aku tidak
menyadari kalau yang aku lakukan termasuk MENCARI KEUNTUNGAN DIRI SENDIRI
sampai aku melihat versi BIS ayat di atas:
ia (kasih)
tidak memaksa orang lain untuk mengikuti kemauannya sendiri.
Saat aku memanipulasi
seseorang melakukan keinginanku ternyata Tuhan ingatkan kalo yang aku lakukan
pada orang (maksudku, orang-orang itu T_T) termasuk memaksakan keinginanku.
AKU MENCARI
KEUNTUNGAN DIRI SENDIRI.
Aku tidak mengasihi orang itu dunkkk....!
Dan itu
jahat di mata Tuhan. Itu KEJAHATAN!
Sekalipun
apa yang aku ingin orang lain lakukan itu sebenarnya hal yang baik, tapi jika
aku memaksanya (dengan cara memanipulasinya) padahal dia tidak ingin
melakukannya, tetap saja itu KEJAHATAN. Tetap saja berarti aku gak mengasihi
dia, karena kasih tidak akan berbuat demikian. Allah tidak pernah berbuat
demikian.
Ayat ini
mengajakku berhenti memanipulasi seseorang.
Mengajakku
mengecek motivasiku terlebih dahulu, apakah yang aku ingin orang lain lakukan adalah
untuk keuntunganku sendiri atau kebaikannya.
KASIH TIDAK
PEMARAH
Berhubung
aku bukan orang yang pemarah alias gampang tersinggung, huahahaha, aku gak
banyak bicara tentang hal ini. Sombong banget kamu Meg, kasih tu gak sombong
looo...!! Iya...iya... ^^ Izinkan aku menuliskan ayat-ayat tentang marah di
bawah ini:
Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?" Jawabnya: "Selayaknyalah aku marah sampai mati." Yunus 4:9
Boleh
maraaahhh...Fiuuuhhh, lega ya?? Karena gak dipungkiri, ada hal-hal yang pastinya
membuat kita marah. Hahaha, beneran kok, gak papa marah. Tuhan Yesus pernah
marah looo. Tapi pertanyaan yang perlu kita tanyakan pada diri sendiri sebelum
marah, sama dengan pertanyaan yang Allah tanyakan pada Yunus:
LAYAKKAH
AKU MARAH KARENA HAL INI?
Kalo emang
gak perlu marah, ngapain marah? Buang-buang energi, gak ada gunanya pula!
Marahlah hanya untuk alasan yang tepat. Jangan seperti Yunus yang sembarangan
marah. Baca deh cerita lengkapnya, pasti bikin kita senyum-senyum,
jangan-jangan selama ini kita marah untuk alasan yang gak tepat seperti Yunus.
Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; Yakobus 1:19Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh. Pengkhotbah 7:9
JANGAN
CEPAT MARAH! Berpikir dulu.
Perlu gak
marah? Kalo gak, ngapain marah. Kalau iya, silakan marah :p
Tapiii...
perhatikan juga, kita marah sama orang yang tepat gak. Jangan sembarangan
melampiaskan amarah kita pada si A ke semua orang. Buat apa? Ingin semua orang
tahu kalau kita marah? Apa gunanya? Berdoalah sebelum mengungkapkan amarah kita
pada seseorang, minta Tuhan taruhkan kata-kata yang sopan. Marahlah dengan
sopan ^^V Saat kita marah, kita seperti kuda liar yang gak bisa dikendalikan,
kita ingin menyakiti orang yang menyakiti kita. Belajarlah mengendalikan
kemarahan kita, lebih tepatnya-biarkan Allah mengendalikan kita, supaya Ia bisa
mengerjakan kebaikan dari kemarahan kita, asal kita menyerahkannya pada Allah.
Dia sanggup looo...Aku pernah mengalaminya.
Si pemarah menimbulkan pertengkaran, dan orang yang lekas gusar, banyak pelanggarannya. Amsal 29:22Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan. Amsal 15:18
Orang yang
gampang marah MENIMBULKAN PERTENGKARAN, mau tuh jadi orang yang membawa rusuh
di mana-mana? Gak kan? Saat aku marah aku sering mengingatkan diriku sendiri:
“Sabar
Meggg...jangan menimbulkan pertengkaran!!!”
Cepat marah
atau lambat marah berkaitan dengan kesabaran. Saat kita ga gampang tersinggung,
kita semakin dekat dengan menjadi SABAR, hohoho.
Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah. Amsal 15:1
Hati-hati
dengan perkataan yaaa...seringkali AMARAH disebabkan oleh perkataan. Juga,
jawaban yang kita berikan pada seseorang yang marah, menentukan besar kecilnya
kemarahannya nantinya.Berkatalah dengan lemah lembut. SELALU.
KASIH TIDAK
MENYIMPAN KESALAHAN ORANG LAIN
...dalam
versi lain dikatakan demikian:
Kasih tidak
dendam
Kasih tidak
menaruh dendam dan tidak memperhatikan kesalahan orang lain.
Ia tidak
menghasut, ia tidak menghitung-hitung yang jahat
Aku pernah
begitu marahnya pada seseorang dan sangat mendendam, aku merencanakan berbagai
pembalasan kejam eh manis untuknya :p Tetapi saat ingat bahwa pembalasan adalah
hak Tuhan, akhirnya aku membatalkan niatku membalasnya. Pikirku, “Baiklah Tuhan,
aku gak akan membalas dendam, aku gak mau berbuat dosa hanya karena orang ini,
rugiiii... Tapi Tuhan, tolong balaskan yang setimpal dengan apa yang
diperbuatnya, plisss...” . Aku berharap pembalasan yang dari Tuhan akan lebih
menyakitinya, hahahaha, konyol ya? Sempat beberapa lama aku berpikir demikian.
Aku berkata, aku sudah mengampuni orang ini, tapi aku berharap suatu saat dia
jatuh tertimpa tangga kejedut tembok dan babak belur lah pokoknya *sadisss* Yeahhh...aku mengharapkan yang jelek terjadi
pada orang ini ^^’ Parrraaahhh...!!!
Sampai pada
suatu hari aku memutuskan untuk gak mengingat-ingat lagi kesalahannya, aku
berhenti mengharapkan hal buruk terjadi padanya, dan mendoakan hal yang baik terjadi
padanya. Awalnya berat, gak rela bo, buat apa, keenakan dia. Udah aku yang
tersakiti, mosok aku yang harus mendoakan dia. Aihhh, gak masuk akal! Emang gak
masuk akal, pada awalnya. Tapi sedikit demi sedikit, aku berkata,”Ya sudahlah,
ngapain aku mengingat-ingat dia dan dosa-dosanya, toh gak akan mengubah
apa-apa.Cuma menggarami lukaku.”
Serius.
Mengingat kesalahan orang lain gak mendatangkan keuntungan apa-apa. Dan aku belajarn
melepaskan orang itu dan kesalahannya dari ingatanku. Aku membebaskan diriku
dari rasa sakit yang diberikan orang itu.
Lucu ya, bagaimana kita membiarkan
rasa sakit dari masa lalu menyakiti kita berulang kali di masa kini kita dengan cara mengingat-ingatnya terus ^^’
Kasongan,
24 Agustus 2012
-Mega
Menulis-
No comments:
Post a Comment