# Day 4Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. 1 Yohanes 4 : 11
Tau gak sih, seharian ini ngapalin ayat di atas,
aku tertarik pada satu kata.
Kata tersebut adalah SEDEMIKIAN.
Hah? Gak salah Meg? Emang apa menariknya?
Iya nih, soale, mosok ya, waktu aku ngapalin ayat
ini, yang terbayang-bayang, ayat ini kayaknya lebih afdol kalo berbunyi:
Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah SEGITUNYA
mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.
Hahahahaha, ngaco kan?
Benar-benar Bahasa Indonesia yang menggunakan
Ejaan Yang TIDAK Disempurnakan :p
Ya gak tau ya....Emang itu lah yang kebayang piye
coba, hahahaha.
Penasaran, aku coba tanya Mbah Google, mencari
dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), ehhhh...tau gak yang kudapat di sini?
Ini nih.....
demikian /de·mi·ki·an/ pron
kata untuk menunjukkan sesuatu yg sudah dibicarakan; begitu; spt itu; sbg itu: dl keadaan -- tidak seorang pun
merasa dirinya aman;
sedemikian /se·de·mi·ki·an/ pron sebegitu: air danau itu ~ jernihnya sehingga dapat terlihat ikan-ikan yg berenang di dalamnya
SEDEMIKIAN=SEBEGITU....yahhhh...beda tipislah ya
sama SEGITUNYA :p *mokso*
Jadi penasaran kan kalimat or ayat sebelum ayat
tersebut, segitunya yang gimana kan? Harusnya penjelasannya ada kan di ayat
sebelumnya? Ya to? Begitu membaca ayat-ayat sebelumnya, mataku tertuju pada
ayat berikut:
Dalam
hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah
telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup
oleh-Nya. 1 Yoh 4:9
Segitulah
kasih Allah pada kita, begitu dalamnya, sampe-sampe diberikanNya anakNya yang
tunggal, supaya kita hidup. AnakNya yang sangat berharga itu. MilikNya.
DiriNya.
Supaya
kita yang berdosa ini hidup, anakNya harus mati.
Pertanyaannya
sekarang, pernahkah kita mengasihi SEGITUNYA sampai-sampai harus mengasihi
dengan cara mengorbankan nyawa anak yang kita kasihi (yang tunggal pula) ?
Kuyakin
tidak! Dalam kasusku, aku memang belum mempunyai anak, tapi jikalau aku
mempunyai anak, gak peduli ada berapa banyak, aku akan berpikir ratusan kali
untuk menyerahkan salah satu anakku itu-apalagi kalo anakku Cuma 1, jangan
harap :p
Peduli amat
anak lain hidup apa gak, yang penting anakku hidup, ya to? Sapa aja yang punya
anak, pasti berpikir demikian. YAKIN! Tapi ALLAH nggak gitu....
Seorang tanteku
hanya memiliki seorang putra sekarang, dan dia berkata, putranya itu adalah
hartanya yang paling berharga. Apapun dilakukannya agar anaknya mendapatkan
yang terbaik, tak terbayangkan katanya bila anaknya diambil darinya, dia
mengaku bisa gila. Anaknya itu gak akan pernah ditukarnya dengan apapun.
Well,
bayangkan ALLAH kita, BAPA kita yang di Sorga itu, untuk menyatakan kasihNya
kepada kita, menyerahkan anakNya yang paling berharga itu demi manusia yang
berdosa. Tidakkah itu berarti sesuatu?Tidakkah itu membuat kita merendahkan
diri di hadapanNya dan mengakui kalo apa yang kita lakukan bagi sesama kita
selama ini gak bisa dibandingkan dengan KASIHNYA pada kita?
Kita merasa
sudah mengasihi sesama kita yang sulit dikasihi itu dengan berbagai cara yang
mengorbankan banyak hal, termasuk perasaan kita. TAPIIIII....Belum sampai
mengorbankan anak kita kan? Anak satu-satunya yang berharga kan? Belum
kannnnn??!!!
Pernahkah
Allah meminta kita mengasihi seseorang yang baik sekalipun dengn cara menyerahkan
nyawa anak kita bagi orang baik tadi? Gak pernah kan? Untuk orang yang baik
pun, nampaknya gak bakalan kita akan mau menyerahkan anak yang kita kasihi,
apalagi untuk seorang penjahat hina? Ohhhh...ini gak sebandingggg....!! Tapi, ALLAH kita melakukannya bagi kita,
anakNya yang berharga itu ditukar nyawaNya dengan kita yang pendosa ini?
Bukankah ini gak masuk akal?
Selama ini,
perintah Allah untuk mengasihi sesama gak membuat kita harus mengorbankan anak
kita yang tunggal. Ataupun sampai membuat kita menyerahkan milik kita yang
paling berharga alias nyawa kita, ya kan?
Perintah
Allah mengasihi sesama kita berkaitan dengan bagaimana kita menginginkan dan
melakukan yang terbaik bagi sesama seperti bagi diri kita sendiri. Karena sesungguhnya
mengasihi orang lain ialah sama dengan mengasihi diri kita sendiri.
Begitu sulitkah
mengasihi orang lain Meg?
Begitu
sulitkah mengasihi diri sendiri Meg?
Saat aku
mulai merasa sulit mengasihi sesamaku yang menjengkelkan, aku
harus mengingat...
“Ini blom
apa-apa lo Megggg....TUHAN YESUS mengasihimu dan mati buatmu. Kamu gak sampai
harus mati kan saat mengasihi sesamamu? Cuma berbuat baik gitu aja mosok kamu gak
mau? Cuma mengampuni aja gak mau? :p Kamu mengasihi belum sampai memberikan anakmu kan Meggggg...??? ”
Palangkaraya,
4 Agustus 2012
-Mega
Menulis-