Senang
banget membaca postingan Novi yang
berjudul Lesson From My Student
Novi adalah seorang guru looo.... ^^ Dan di postingannya itu, dia berecerita
tentang banyak hal yang dipelajarinya dari muridnya. Membaca tulisan Novi, aku
jadi teringat seorang ibu guru berumur 50 tahun yang mengajar di Papua, aku
pernah mewawancaranya untuk Majalah Pearl beberapa waktu yang lalu. Aku lupa edisi ke
berapa yang jelas temanya tentang Misi. Ibu guru yang mengajar di Papua itu
bukan asli sana lo, dia berasal dari Jawa. Kalo mau baca cerita lengkapnya,
klik di sini
, rupanya aku juga pernah postingkan di blogku ini, gkgkgkgk. Ibu itu sangat ramah lo, padahal aku juga
kenalnya dari temen doang, dan wawancara juga Cuma dari telepon, tapi dia baek
banget, dan berasa bener kecintaannya sama pelayanannya.
Membaca
kisah Novi aku jadi pengen membaca lagi wawancaraku dengan ibu guru di Papua
itu, dan betapa terkejutnya aku ternyata dia juga bernama Novi, hahaha.
Kebetulan? I don’t think so, hehehe. Interesting dunk. Bahkan aku exciting
menulis ini. Luar biasa bagiku, 2 guru ini berkata hal yang sama. Mereka sama-sama
mengatakan kalau mereka bukan Cuma mengajar,
mereka juga belajar banyak hal, bahkan bu Novi berkata demikian:
“Dan sekarang saya merasakan Tuhan kirimkan saya ke sini untuk sekolah loooo.Bukan sekedar melayani. Saya ke sini bukan untuk mengajar saja Mega. Saya ke sini untuk sekolah. Sekolah kesetiaan, sekolah kesabaran, banyak sekali pelajaran yang Tuhan berikan kepada saya di sini. Dan saya bersyukur diberi Tuhan kesempatan belajar di sini. Saya sungguh-sungguh merasakan dulu belajar Firman Tuhan dan pelayanan di Jawa, belum merasakan benar-benar Tuhan beker ja di situ. Nah, di sini saya betul-betul merasakan pimpinan Tuhan, dan di sini saya benar-benar gak bisa mengharapkan orang lain selain Tuhan. Saya merasakan benar-benar belajar di sini.
I’m so
proud with them. Dua Novi yang sama-sama belajar banyak hal saat mereka mengajar.
Padahal, kurasa ada juga guru lain yang hanya sekedar menjalankan tugasnya
tanpa mendapatkan pelajaran apa-apa. Hanya mengerjakan tugasnya sebagai
rutinitas tanpa menyadari kalo di sekolah mereka terkadang bukan hanya berperan
sebagai pengajar, tapi juga sekaligus yang diajar. Kupikir, kedua Ibu Guru Novi
ini punya satu kesamaan, mereka sama-sama memiliki hati yang mau diajar. Saat
kita punya hati yang mau diajar, tebak apa yang terjadi? Kita akan belajar jauh
lebih banyak daripada yang kita kira selama ini. Aku teringat ayat ini:
” Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu. Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau.”. Mazmur 32:8-9
Tuhan ingin mengajari kita banyak hal, tiap hari mataNya tertuju pada
kita. Melihat kesiapan kita menerima pelajaran dariNya. Hati yang siap dan mau
belajar adalah sesuatu yang jarang dimiliki masa kini. Kita (aku juga) sering
tenggelam dengan rutinitas pekerjaan tanpa menyiapkan hati menerima pengajaran
dari Tuhan. Padahal, Tuhan bisa pakai apa saja, siapa saja, bahkan rutinitas
dalam pekerjaan kita untuk mengajari
kita banyak hal.
Mungkin saja guru lain juga melihat hal yang sama seperti yang dilihat
Novi, tapi apakah mereka juga mendapatkan pelajaran? Belum tentu.
Mungkin saja selain Ibu Novi di Papua, guru lain di Papua (atau bahkan
seluruh dunia) juga sama-sama berhadapan dengan beragam tingkah murid yang
menguji emosi mereka, tapi apakah mereka menyadari sedang belajar di sekolah
kesabaran? Belum tentu.
Apapun yang kita kerjakan, kita dapat menemukan hal baru setiap harinya
untuk kita pelajari, jika kita punya hati yang mau diajar, jika kita mau mengarahkan
mata kita kepada Tuhan dan berkata:
Baiklah Tuhan, apa yang Kau ingin aku pelajari dari hal ini?
And you will learn ^^
Selamat Belajar!
Kasongan, 6 September 2013
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment