Tau cerita 5 roti dan 2 ikan dunkkk, anak sekolah minggu aja
hapal ni, apalagi readers semua kan? BTW, baca kisah ini lagi mengingatkanku
pada Mas Coco, seorang kawan sepelayanan semasa kuliah yang kocak banget ^^
Pada suatu hari, sewaktu kami melakukan pelayanan desa binaan, setelahnya, kami
selalu duduk bersama mengevaluasi kegiatan hari itu, menikmati makanan seadanya
sambil bercanda, tiba-tiba ada yang menanyakan pertanyaan ini:
“Waktu Tuhan memberi makan 5000 orang, tersisa 12 bakul
makanan. Kenapa bisa demikian?”
Mulailah kami memberikan jawaban yang ‘rohani’ banget kayak:
“Tuhan mau ajarkan kalo berkatNya selalu berlimpah.”
“Tuhan memberi lebih dari sekedar cukup.”
Dan sejenisnya lah...^^
Eh, ternyata si penanya bilang:”SALAAHHHHH...!! SEMUA SALAH!
Mau tau jawabannya?”
“APA?”, kami semua penasaran.
“Makanannya tersisa 12 bakul kareenaaaa....waktu itu gak ada
Coco. Hahahahahha.”
Meledaklah tawa kami semua. Wakakakak ^______^
Emang Mas Coco terkenal karena dia seorang Pelahap Maut
(kebanyakan baca Harry Potter Nih :p)
Eh, jadi ngelantur nih. Hahahaha.
Jadi ya, hari ini baca lagi kisah Tuhan Yesus Memberi Makan
Lima Ribu Orang, dan aku belajar hal baru, kalo sebelum-sebelumnya aku belajar
Tuhan Yesuslah roti hidup yang sebenarnya, trus Tuhan Yesus sanggup membuat
mukzizat, Tuhan memperhatikan kebutuhan fisik kita dan memenuhinya dengan cara
yang ajaib, dan segala yang kita berikan kepada Tuhan bila diberkatiNya maka
menjadi berlimpah.Nah, kali ini aku memperhatikan seseorang di dalam kisah itu.
Seseorang itu adalah seorang anak yang bahkan namanya gak
disebutkan, tapi Alkitab mencatat demikian:
Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini? Yohanes 6:9
Seorang anak yang kita tahu nantinya akan menyerahkan semua
bekalnya kepada Yesus dan mukzizat terjadi, lima ribu orang makan kenyang
bahkan sampai bersisa 12 bakul (well, angka ini bisa lebih lo, karena yang
tercatat sebenarnya 5000 laki-laki, yang perempuan gak dihitung nih ^^’).
Sekarang kita ngebayangkan jadi anak itu yok! ^^
Anak ini mengikuti Tuhan sampai ke gunung lo untuk
mendengarNya, dia membawa bekalnya yang Cuma 5 roti dan 2 ikan itu. Trus tahu-tahu
bekalnya “diminta” sama Andreas, dia mana tahu dunk akhir kisahnya seperti apa,
mana dia tahu Yesus mau melakukan mukzizat dengan apa yang dimilikinya, tapi
dia tetap mau menyerahkan makanannya.
Booo....Jujur aja, aku bakal mikir-mikir kalo jadi anak itu.
Ntar kalo lapar gimana dunk. Anak ini dah melakukan pengorbanan lo. Mungkin
buat orang lain gak ada artinya, tapi bayangkan keadaan saat itu,pasti lah ya
dia capek banget, buat orang dewasa aja naik gunung tuh capek, apalagi untuk
seorang anak. Udah capek, lapar pulak. Maunya langsung makan aja deh :p Mungkin
kalo aku bawa bekal banyakan dikit, aku bakal buka lapak dan jualan di situ,
pasti laris deh, hahahaha *otak dagang*. Pikiran untuk menyerahkan bekalku yang
berharga itu nyaris gak ada, bolehlah mungin dibagi sedikit ke orang lain, tapi
itupun pastinya orang tertentu aja. Well, untunglah anak itu bukan aku ^^’ Dia
mau berkorban, pengorbanan yang mungkin kecil bagi sebagian orang, tapi yang
jelas dia rela menyerahkan makanannya, kalo ngga mungkin akan tertulis Andreas
pake membujuk anak itu dulu, hahahahha ^^V Ini bukan pengorbanan biasa sih,
mengorbankan makan siang “doang”, tapi hasilnya siapa yang tahu?
Mungkin ada saatnya Tuhan meminta kita melakukan pengorbanan
seperti anak tadi, pengorbanan yang luar biasa, ato pengorbanan biasa, ato yang
gak biasa sekalipun ^^ Lah, kalo zaman
sekarang jarang-jarang kan seseorang yang memberikan bekal makanannya buat Tuhan,
hehehehe. Tapi, aku belajar, saat Tuhan meminta kita memberikan sesuatu
bagiNya, apapun itu, bahkan bekal makanan pun bisa dipakaiNya untuk
kemuliaanNya. Apapun yang dimintaNya untuk kita berikan, barang sesederhana
apapun, hal sekecil apapun, bisa jadi alat untuk menyatakan kemuliaanNya.
Kasongan, 19 September 2013
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment