Friday, August 16, 2013

Krisis Identitas dan Dietku

To : anggit@preciousmail.com
Subject : 1st #letter

Dear Anggit,
Aku blom pernah cerita ini ke siapapun. Jadi, aku pertama kali cerita ini ke kamu. Well, sebenarnya, aku sempat mengalami krisis identitas, cieee....Gayaku ya, segala krisis identitas. 

Ini gara-gara seorang kawan yang mengagung-agungkan pernikahan sesuku. Katanya dia, penting banget menjaga supaya “darah murni” ini tetap tau siapa dirinya-err, gak tepat gini sih bahasanya, tapi gitu deh. Menurutnya, pada akhirnya, gak akan lagi ada orang yang menyebut dirinya orang Batak ato orang Dayak ato orang Jawa (ato mana aja lah) kalo terus ada pernikahan campuran. 

Terdengar lucu ya? Tapi berhubung aku terlahir dari ayah yang asli Dayak dan ibu yang asli Jowo, aku harus mengakui kalo aku bingung pas ditanya asli mana. Apalagi kalo orang-orang gak percaya pas aku bilang aku orang Dayak or Jawa, secara, fisik lebih ke Ambon, Papua, dan sekitarnya, hahahaha.

Tapi Nggit, aku punya pengalaman seru waktu kuliah di Jogja gara-gara identitas kesukuan ini, mosok ya, aku sering dibayarin orang yang gak aku kenal waktu naik bis, cowok pulak, gara-gara aku dikira sekampung dengan mereka awalnya. Ada yang mengira aku orang Ambon dan memanggilku “Nona” di sepanjang pembicaraan kami, ada pula yang mengira aku dari Papua, hohoho.Lumayan, naik bis gratis ^^V Budaya tu menarik ya, aku juga saat itu baru tahu, kalo di Ambon, sekalipun kita dah seusia nenek-nenek, kalo kita belum menikah maka akan terus dipanggil nona, interesting for me. Banyak lagi sih cerita budaya di masing-masing suku yang menarik. Penasaran juga jadinya, pengen tau kebiasaan atau hal-hal yang khas dalam suku tertentu.

Gara-gara kamu bilang aku “a soon to get marriedlady in Kalimantan”, aku jadi ingat masalah krisis identitas tadi. Abangku orang Batak asli (bapak mamak asli Batak). Ntar kalo kami menikah dan punya anak (Let’s say:AMENNNN...), anak kami bingung juga gak ya kalo ditanya orang mana, hohoho. Semoga nggak. Karena aku akan mengajarkan ke anakku nantinya, gak peduli dia dari suku mana, Tuhan Yesus tetap mengasihi dia,Tuhan Yesus mengasihi semua suku bangsa, that’s the most important. 

Setiap suku punya kekayaan budayanya masing-masing. Dan akhir-akhir ini mencoba lebih mengenal kebudayaan Dayak, aku menemukan kalau tata cara dan proses komunikasi adat Dayak tu menarik banget lo... http://samaitahkobar.blogspot.com/2011/07/tata-cara-dan-proses-komunikasi.html Habis membacanya, kamu pasti penasaran pengen menyaksikan langsung Nggit. Taruhan deh. Ternyata makna tahapan-tahapannya “dalem” juga looo...

Haiiiissss, ini nih, gara-gara dirimu ngomong pernikahan, jadi semangat kan aku *membela diri* Tapi ya begitulah, wanita ini :p 

Eh, eh, aku sedang diet lo Ngggiitttt.... ^^V Bukannnn...bukan supaya muat baju wedding, hahaha. Tapi emang aku memerlukan diet *sigh* Sudah sejak lama si tau kalo perlu, tapi sering menegarkan tengkuk nih, huhuhuhu. Kali ini harus bisa! 

Doakan aku ya Nggit. Gak gampang banget masalah diet ni, mengubah pola dan kebiaasaan tu berat banget. Tapi aku anggap ini disiplin rohani juga si, terutama penguasaan diri. Mosok sih aku mau dikuasain makanan. Gak mau ah! Serem amat. Pokoknya, aku minta doamu ya Nggit biar sukses nih dietnya. Awas lo kalo gak doain *ngancem* :p Tolong doakan biar gak cuma semusim, tapi beneran mengubah pola yang salah selama ini. 

Eh, ngomong-ngomong ada saran gak nih biar sukses program dietku? Aku menunggu saranmu. ASAP.

Love,
a soon to get marriedlady in Kalimantan

No comments: