Judul Buku :
Faith Like Potatoes
Penulis :
Angus Buchan & Jan Greenough & Van Waldeck
Penerbit :
METANOIA
Dibeli di :
TB.Rajawali
Resensi
Ini adalah kisah nyata seorang petani
keturunan Skotlandia yang hidup di Amerika Selatan bernama Angus Buchan. Dan ia
dipakai Allah secara luar biasa untuk menanam kentang (yeah...menanam kentang),
dan menanam kentang ternyata membutuhkan iman yang luar biasa, apalagi ia belum
pernah menanam kentang sebelumnya. Di saat orang lain tidak mau menanam kentang
karena dipandang rugi, ia tetap taat. Allah tidak mengecewakannya,
kemudian Allah memanggilnya memberitakan
Injil, dan ia menyaksikan Roh Kudus yang bekerja melalui dirinya, banyak
mukzizat yang dikerjakan.
Iman Angus sungguh luar biasa, kebayang gak
sih, dia belum pernah menanam kentang. Kemudian, di tahun itu diramalkan badai
El Nino yang terbesar akan datang, petani lain menyarankan untuk tidak menanam
tanaman yang mahal, tapi Angus dipenuhi dengan keyakinan untuk mempercayai
Allah berapa pun harganya. Dan harganya sangat mahal, menanam kentang adalah
investasi yang sangat besar dan beresiko. Apa yang diminta Allah sungguh
menguji imannya. Tapi dia tetap menanam kentang dan memberikan perlakuan
terbaik bagi kentang-kentangnya. Semua orang menonton dengan heran apa yang dia
dan keluarganya lakukan, tapi dia berkata mereka sedang mempercayai Allah.
Allah tidak mengecewakannya, Allah menjagai setiap inci dari tanamannya. Angus
kemudian bersaksi di berbagai tempat tentang mukzizat Tuhan dan memberitakan
Injil.
Hikmat
Bagian yang aku ingat banget adalah waktu
Angus membandingkan dirinya dengan tetangganya yang menanam kacang kedelai,
tanaman yang paling aman jika dipandang situasi kering masa itu. Dan
tetangganya memang memperoleh keuntungan,tetapi sangat sedikit. Masuk akal.
Karena siapa yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan yang menabur
banyak akan menuai banyak. Sebenarnya kalo Angus ‘asal’ taat aja nampaknya gak
salah ya, hehehehehe, kan bisa aja tuh dia nanam kentang, gak mesti semua
ladangnya, trus gak usah maksimal merawatnya, eh....tapi si Angus nggak lo, dia
total banget. Semua ditanamin kentang, trus semua kentangnya dirawat seperti
merawat bayi katanya, kebayang gak si?
I learn, jika Allah ingin aku melakukan
sesuatu, dan aku taat, itu berarti aku harus menabur banyak, jika ingin menuai
banyak. Menabur doa, menabur usaha, menabur waktu, menabur air mata, menabur
materi, dan menabur apapun yang diperlukan dah pokoknya supaya apa yang
dikehendaki Allah jadi. Bukan berarti kita diam dan do nothing, atau hanya
melakukan sekedarnya. We have to do our best, kemudian mempercayai Allah.
Aplikasi
Aku harus menabur banyak jika ingin tuaianku
banyak.
Aku ingin melalui persahabatan dan hubunganku
dengan orang lain, bisa jadi kesaksian bagi orang lain. Dan bagaimana aku bisa
melakukannya jika aku gak menabur, aku harus spending more time dengan orang
lain, gak asyik dengan duniaku sendiri. Karena harus aku akui, terkadang aku
terlalu menikmati waktu-waktuku sendiri *sigh*. Jadi, aku menyempatkan setiap
hari chat atau sms dengan kawan-kawanku, bertukar kabar, mengobrol yang
berkualitas, sehingga mengetahui pergumulannya.
Kasongan, 15 Juli 2013
-Mega Menulis-
Judul Buku :
Faith Like Potatoes
Penulis :
Angus Buchan & Jan Greenough & Van Waldeck
Penerbit :
METANOIA
Dibeli di :
TB.Rajawali
Resensi
Ini adalah kisah nyata seorang petani
keturunan Skotlandia yang hidup di Amerika Selatan bernama Angus Buchan. Dan ia
dipakai Allah secara luar biasa untuk menanam kentang (yeah...menanam kentang),
dan menanam kentang ternyata membutuhkan iman yang luar biasa, apalagi ia belum
pernah menanam kentang sebelumnya. Di saat orang lain tidak mau menanam kentang
karena dipandang rugi, ia tetap taat. Allah tidak mengecewakannya,
kemudian Allah memanggilnya memberitakan
Injil, dan ia menyaksikan Roh Kudus yang bekerja melalui dirinya, banyak
mukzizat yang dikerjakan.
Iman Angus sungguh luar biasa, kebayang gak
sih, dia belum pernah menanam kentang. Kemudian, di tahun itu diramalkan badai
El Nino yang terbesar akan datang, petani lain menyarankan untuk tidak menanam
tanaman yang mahal, tapi Angus dipenuhi dengan keyakinan untuk mempercayai
Allah berapa pun harganya. Dan harganya sangat mahal, menanam kentang adalah
investasi yang sangat besar dan beresiko. Apa yang diminta Allah sungguh
menguji imannya. Tapi dia tetap menanam kentang dan memberikan perlakuan
terbaik bagi kentang-kentangnya. Semua orang menonton dengan heran apa yang dia
dan keluarganya lakukan, tapi dia berkata mereka sedang mempercayai Allah.
Allah tidak mengecewakannya, Allah menjagai setiap inci dari tanamannya. Angus
kemudian bersaksi di berbagai tempat tentang mukzizat Tuhan dan memberitakan
Injil.
Hikmat
Bagian yang aku ingat banget adalah waktu
Angus membandingkan dirinya dengan tetangganya yang menanam kacang kedelai,
tanaman yang paling aman jika dipandang situasi kering masa itu. Dan
tetangganya memang memperoleh keuntungan,tetapi sangat sedikit. Masuk akal.
Karena siapa yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan yang menabur
banyak akan menuai banyak. Sebenarnya kalo Angus ‘asal’ taat aja nampaknya gak
salah ya, hehehehehe, kan bisa aja tuh dia nanam kentang, gak mesti semua
ladangnya, trus gak usah maksimal merawatnya, eh....tapi si Angus nggak lo, dia
total banget. Semua ditanamin kentang, trus semua kentangnya dirawat seperti
merawat bayi katanya, kebayang gak si?
I learn, jika Allah ingin aku melakukan
sesuatu, dan aku taat, itu berarti aku harus menabur banyak, jika ingin menuai
banyak. Menabur doa, menabur usaha, menabur waktu, menabur air mata, menabur
materi, dan menabur apapun yang diperlukan dah pokoknya supaya apa yang
dikehendaki Allah jadi. Bukan berarti kita diam dan do nothing, atau hanya
melakukan sekedarnya. We have to do our best, kemudian mempercayai Allah.
Aplikasi
Aku harus menabur banyak jika ingin tuaianku
banyak.
Aku ingin melalui persahabatan dan hubunganku
dengan orang lain, bisa jadi kesaksian bagi orang lain. Dan bagaimana aku bisa
melakukannya jika aku gak menabur, aku harus spending more time dengan orang
lain, gak asyik dengan duniaku sendiri. Karena harus aku akui, terkadang aku
terlalu menikmati waktu-waktuku sendiri *sigh*. Jadi, aku menyempatkan setiap
hari chat atau sms dengan kawan-kawanku, bertukar kabar, mengobrol yang
berkualitas, sehingga mengetahui pergumulannya.
Kasongan, 15 Juli 2013
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment