Judul Buku :
Have a Little Faith
Penulis :
Mitch Albom
Jenis :
Non Fiksi
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit :
2011
Dibeli di :
Book Fair Gramedia di Tunjungan Plasa Surabaya
RESENSI
Kisah ini berdasarkan kejadian
nyata, yang dimulai saat suatu hari Rabi tua dari kampung halaman Mitch Albom memintanya
untuk membacakan eulogi pada hari pemakamannya kelak. Agar ia mengenal pribadi
sang rabi, Mitch mulai mengunjungi sang rabi, kunjungan yang ternyata
membawanya ke dalam berbagai pembicaraan religius, dunia yang telah lama
dilupakannya. Sementara itu, Mitch juga terlibat dalam karya kemanusiaan
bersama seorang pastor yang memberikan pelayanan bagi orang miskin. Dan berbeda
dengan sang rabi, sang pastor ternyata memiliki latar belakang yang sangat
kelam. Namun dari keduanya, Mitch belajar banyak hal, memahami bahwa dalam perbedaan keyakinan sekalipun,
terdapat penghiburan Ilahi dari sesuatu yang lebih besar daripada diri kita.
HIKMAT
- Mitch mencatat, sang rabi-orang
paling inspiratif yang dikenalnya meraih potensi tertingginya dengan membantu
seorang anak mencapai potensinya.
- Di masa kecilnya, Albert pernah
mempertanyakan kepada ayahnya, mengapa sepupu ayahnya yang tidak bernah
beribadah hidup tanpa kekurangan apa-apa,sedangkan mereka malahan selalu
kekurangan, dan ayahnya menjawab demikian:
Tuhan dan keputusan yang
dibuatNya benar
Tuhan tidak menghukum siapa pun
tanpa alasan
Tuhan tahu apa yang dilakukanNya
Dan sejak itu Albert berhenti
menilai hidup dari apa yang dia miliki.
- Henry yang dulunya banyak
melakukan kejahatan kini menjadi seorang pastor,dan ada orang yang tidak
mempercayai kalau dia telah berubah dan berkata dia mengenal Henry. Henry hanya
berkata,”Tidak.Anda dulu pernah kenal saya. Anda mengenali orang yang dulu itu,
tetapi anda tidak kenal dengan orang yangsedang saya upayakan sekarang ini.”
-Kita meminta maaf kepada setiap
orang-bahkan dalam pergaulan secara umum. Namun dengan orang-orang yang paling
dekat-keluarga, kiata sering membiarkan maslah mengambang.
APLIKASI
-Tidak memikirkan diri sendiri
saja.
-Tidak menilai hidup atau merasa
sukses dari materi.
-Terkadang aku juga merasa saat
seseorang berubah, lalu mikir, ah dulu kan hidupnya begini-begono masa sih bisa
berubah. Tapi itu salah, menilai orang dari masa lalunya, itu gak bener. Seolah-olah aku gak percaya Tuhan mampu
mengubahkan hidup seseorang.
-Jarang banget minta maaf sama
keluarga kalo bikin salah, aku mau berubah. Dulu si mikirnya, ah, gak usah
minta maaf pun gak papa, keluarga ini, ntar juga baik sendiri kalo ada masalah.
Padahal itu salah, justru sama keluarga harus berani meminta maaf, supaya
hubungan makin kuat.
Kasongan, 25 Juli 2013
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment