Judul Buku :
The Five People You Meet In Heaven
Penulis :
Mitch Albom
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit :
2011
Dibeli di :
Book Fair Gramedia di Tunjungan Plasa Surabaya
RESENSI
Eddie bekerja di taman hiburan hampir
sepanjang hidupnya, memperbaiki berbagai wahana. Dia merasa pekerjaannya gak
berarti dan dia terperangkap di dalamnya. Hari-harinya penuh dengan rutinitas,
kesepian dan penyesalan. Pada ulang tahunnya yang ke-83, ia tewas dalam
kecelakaan ketika mencoba menyelamatkan seorang anak kecil. Sewaktu terbangun,
dia dapati dirinya di alam baka. Dan surga ternyata bukanlah seperti yang
dibayangkan selama ini olehnya, di sana kehidupannya dijelaskan 5 orang yang
telah menunggunya. Lima orang yang gak pernah diduga, mungkin orang yang kita
kasih, atau bahkan orang-orang yang tidak kita kenal, namun telah mengubah
jalan hidup kita selamanya tanpa kita sadari.
HIKMAT
Orang pertama yang ditemui Eddie mengatakan
hal-hal ini pada Eddie:
“Kau ada di sini agar aku bisa mengajarimu
sesuatu. Semua orang yang kau temui di sini punya sesuatu untuk diajarkan
padamu...Bahwa tidak ada kejadian yang terjadi secara acak. Bahwa kita semua
saling berhubungan. Bahwa kau tidak bisa memisahkan satu kehidupan dari
kehidupan lain...”
“Tidak ada kehidupan yang sia-sia,
satu-satunya waktu yang kita sia-siakan adalah waktu yang kita habiskan dengan
mengira kita hanya sendirian.”
Orang kedua yang ditemui Eddie, mengajarkan
hal ini:
“PENGORBANAN.Kau membuat pengorbanan.Aku
membuat pengorabanan. Kita semua membuat pengorbanan. Tapi kau merasa marah
atas pengorbanan yang kau berikan. Kau selalu memikirkan apa yang telah kau
korbankan. Kau belum mengerti. Pengorbanan adalah bagian dari kehidupan.
Harusnya begitu. Bukan sesuatu untuk disesali. Tapi sesuatu untuk didambakan.
Pengorbanan kecil. Pengorbanan besar.”
‘Kadang-kadang kalau kau mengorbankan sesuatu
yang berharga, kau tidak sungguh-sungguh kehilangan itu.Kau hanya meneruskannya
pada orang lain.
Orang ketiga mengajarkan hal ini:
“Menyimpan marah adalah racun. Menggerogotimu
dari dalam. Kita mengira kebencian adalah senjata untuk menyaerang orang yang
menyakiti kita. Tapi kebencian adalah pedang bermata dua. Dan luka yang
kita buat dengan pedang itu, kita
lakukan terhadap diri kita sendiri.”
Apalagi yang diajarkan kedua orang lainnya?
Nampaknya lebih asyik baca sendiri ya :p
Karena novel ini buagus buanget ^^
APLIKASI
-
Kehidupan kita
mempengaruhi orang lain, bahkan orang yang gak kita duga. Orang yang kita
temusi sehar-hari mungkin, ato bahkan orang yang kita gak jumpai, aneh juga
memandang kehidupan dari berbagai sisi. Tapi itu terjadi. Siapa yang tahu kalo
apa yang kita lakukan saat ini akan mempengaruhi kehidupan orang lain yang gak
kita kenal berpuluh-puluh tahun kemudian, but it can be happen. Jadi aku mulai
berjaga-jaga dengan hidupku, karena aku gak tahu pengaruh apa yang akan
dihasilkannya kemudian.
-
Seringkali aku
juga seperti Eddie yang protes akan pengorbanan yang aku lakukan, padahal orang
lain melakukan pengorbanan yang jauh lebih besar. Hal simple, aku sering
mengomel waktu mamahku memintaku melakukan sesuatu saat aku sedang mengerjakan
hal lain, yah...tetap dilakukan tapi pake NGOMEL (paling gak dalam hati),
padahal apalah artinya yang aku lakukan dibanding pengorbanan yang mamah
lakukan. Tobaaatttt...aku gak mau ngomel lagi kalau disuruh.
-
Orang ketiga yang
ditemui Eddie mengingatkanku juga untuk gak menyimpan amarah, aku diingatkan
lagi mengatakan pada orang yang membuatku kecewa ato marah, supaya langsung
disampaikan, gak dipendam doang. Tentunya disampaikan kalo pas tenang, gak lagi
emosi-emosinya :p
Kasongan, 24 Juli 2013
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment