Dear Anggit,
How are you? Sedang kedinginankah? Gak terbayang kalo di
Kasongan suhunya sama kayak di sana, pake sweater deh aku sepanjang hari,
hehehe. Hari ini lagi puanas-puanasnya, setelah tadi malam hujan deras. Memang
aneh di sini, tempat lain kekeringan, eh...disini sering hujan, tiap berapa
hari hujan lo, padahal aku dengar tempat lain dah kekeringan aja. Tapi ya itu
tadi, jadinya kalo dah gak hujan, puanase pol-polan kayak hari ini ^^’ Maaf ya Nggit, baru sempet bales suratmu
sekarang, little busy last week, huhuhuhu, kata abangku berkatku sedang
melimpah :p Gimana di sana, sudah menjalin persahabatankah dengan teman-teman
barumu? Kamu pasti ketemu banyak orang yang menarik dan jadi berkat buatmu,
menyenangkan bukan ternyata menjalin persahabatan dengan orang yang baru kamu
kenal ^^
I’m so blessed Nggit baca suratmu, I agree with you, Love is a verb. Mengasihi
berarti bertindak, gak Cuma ngomong. Dan berbagai contoh yang kamu berikan
bener-bener praktis dan bisa kita lakukan setiap harinya. Kita hanya bisa
mengasihi kalo kita udah ngerasain pengalaman dikasihi, karena gak mungkin kita
memberikan sesuatu yang gak kita miliki kepada orang lain. Karena kita dah
dikasihi Tuhan, seharusnya kita bisa mengasihi dunk, tapi sayangnya secara
alami kita tahu, mengasihi berarti berkorban, dan berkorban bukan sesuatu yang
ingin kita lakukan, lebih mudah menerima daripada memberi, ya kan?
Seorang kawan pernah berkata, kita lahir sebagai penerima,
iya lah ya...dari lahir kita disuapin, dipakein baju, digendong kesana kemari.
Jadi kita harus berlatih untuk mengubah kebiasaan kita yang diberi dan dilayani
sejak kecil ini. Mungkin kita dapat mulai melakukan tindakan-tindakan kecil
bagi orang lain, sehingga kita terbiasa mengasihi mereka melalui pelayanan
kita. Kemarin, seorang kawan kantorku tahu aku lagi sibuk, dan tau-tau tanpa
diminta ia menawarkan bantuannya untuk melakukan sesuatu, dan u know Nggit, I
feel loved ^^ Melayani merupakan tindakan kasih, melakukan sesuatu bagi orang
lain tanpa diminta, even small things, membuat mereka merasa dikasihi. Aku
sudah mengalaminya, hohohoho ^^V
Seminggu ini aku 2 kali bikin donat Nggit, hahahaha, sedang
belajar bikin donat sampai sukses :p
Kemaren dapat berkat panggangan donat yang pake listrik gitu,
asik lo, jadi bisa bikin donat mini dengan bentuk yang bagus, hohohoho. Trus
kan gak perlu digoreng, jadi lebih sehat lah ya ^^V Hasilnya belum perfect
menurutku, kalo dimakan sih masih bisa, habis pulak dilahap orang rumah, jadi semangat
nyoba terus, hahahaha. Gini kapan dietnya ya Nggit, secara donat tu ada tepung,
telur, mentega, gula, gkgkgkgk. Ah, gak papa lah ya, toh gak digoreng *ngeles*
Minggu ini aku mulai (lagi) mendisiplinkan diri dalam hal keuangan.
Karena sungguh uang tu bisa jadi hal yang rohani. Well, di dalam Tuhan ma
sebenare ga ada yang sekuler dan yang rohani lah ya, segala sesuatu bisa jadi
rohani saat kita dengan sadar melakukannya buat kemuliaan Tuhan, dengan sikap
hati yang benar. Saat aku masih kuliah, aku teringat seorang pembicara di
ibadah persekutuan kami mengadakan survey kecil-kecilan, dia menanyakan kepada
kami masing-masing berapa banyak waktu yang kami berikan untuk Tuhan setiap
harinya, berapa menit/jam dan aktivitas apa yang dilakukan buat Tuhan. Kami
semua didapati memberikan beberapa menit atau beberapa jam buat Tuhan, dan
aktivitas yang kami perhitungkan dilakukan buat Tuhan adalah hal-hal seperti:
Saat Teduh, pelayanan, berdoa, membaca Alkitab, dan sejenisnya.
Menarik bukan Nggit , bahwa kami memisahkan mana hal yang
rohani dan mana yang sekuler dengan begitu pandainya :p Kuliah bukanlah untuk
Tuhan, mengerjakan tugas kampus bukanlah untuk Tuhan, dan masih banyak lagi
yang kami lakukan entah untuk siapa. Padahal, semuanya seharusnya kita lakukan
untuk Tuhan. Cara kita mengerjakan segala aktivitas kita, sikap kita dalam
mengerjakannya seharusnya adalah sesuatu yang bisa kita persembahkan buat
Tuhan. Yang menjadikan sesuatu itu rohani ato sekuler bukanlah apa yang kita
kerjakan atau jenis pekerjaannya, melainkan sikap hati kita dalam
mengerjakannya. Dan akhir-akhir ini aku belajar lagi tentang hal ini,
menyelidiki sikap hatiku dalam mengerjakan segala hal, apakah telah aku
persembahkan untuk Tuhan, atau hanya rutinitas yang datang dan pergi begitu
saja dan tidak bernilai kekekalan. Just for having fun atau hanya untuk melahap
waktu yang tersedia ^^
Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! ( Roma 11 : 36)
It’s all about God. Segala yang ada di dalam hidupku, apa
yang aku lakukan, semuanya seharusnya untuk Tuhan. Bukan sepuluh persennya,
bukan sebagian kecil, atau bahkan sebagian besarnya. Tapi SEGALANYA. SEMUANYA. Uang,
waktu, pemikiran, perbuatan, apapun yang bisa kita pikirkan adalah milik kita
adalah bukan milik kita, semua dari Tuhan dan untuk Tuhan, untuk kemuliaanNya.
Dulu aku tertawa saat mendengar kisah seorang teman yang
menceritakan tentang kenalannya yang begitu setia dengan perpuluhannya, namun
menggunakan sisa yang ada padanya dengan tidak bertanggung jawab. Seolah-olah,
hak Tuhan hanya 1/10 atas apa yang jadi miliknya. Padahal Tuhan layak mendapatkan
semua yang ada pada kita. Dia kira Tuhan hanya peduli 10 % dari miliknya tanpa
memperhatikan yang 90%. Bukankah sama
dengan orang Kristen yang mengira Tuhan hanya peduli pada hal-hal tertentu
dalam hidupnya, seperti bagaimana dia berdoa, bersaat teduh, atau
pelayanan. Dia lupa (atau tidak tahu)
bahwa Tuhan juga peduli bagaimana dia bekerja, atau memperlakukan rekan
kerjanya. Melakukan segala sesuatu
dengan sikap hati yang tertuju kepada Allah seharusnya menjadi gaya hidup kita
yang mengaku anak-anakNya, ya kan Nggit? ^^
Aku berdoa supaya kita semua menyadari hal ini dan mulai
berhenti memisahkan hal yang sekuler dan rohani di dalam hidup kita. Kemudian
mulai melakukan segala hal dengan sikap hati yang benar,untuk kemuliaan BAPA
kita yang di sorga. Amin
O, iya thankies ya buat requestmu akan prayer requestku
*halahhhh* aku gak akan melewatkannya, hehehehe. Please pray for me ya Nggit,
pekerjaan di kantor lagi lumayan banyak, supaya aku tetap melakukan tugas
dengan sikap yang memuliakan Tuhan, biasanya sih kalo di bawah tekanan gini
bawaannya jadi yang mengeluh melulu, jelek banget kan? Trus tolong doakan mbah
buyutku (ibunya eyang), yang sedang sakit di Jogja, umurnya udah 105 sih, jadi
emang penyakit tua lah, semoga di masa tuanya ini, sebelum Tuhan memanggil, dia
mengenal Tuhan Yesus dan menerimaNya sebagai Juruselamat pribadinya. Itu aja
dulu Nggit,kalo ada tambahan darimu, aku rela kok, hohohoho. Anggit ada prayer
requestkah? Share dunkkk... I will pray for you dear. Tuhan Yesus memberkatimu.
Kasongan, 30 September 2013
Love,
Mega
2 comments:
105 tahun?sesuatu bangat ya meg bisa sampai umur segitu :)
iyaaa....aku pas tau juga kaget, maksudku aku tau mbah buyutku udah tua, tapi setua itu tetap aja bikin geleng2 ^^
Post a Comment