Tuesday, April 18, 2017

Mazmur 17, 35, 54, 63, Matius 17, Amsal 17

Mazmur 17:6 (TB)  Aku berseru kepada-Mu, karena Engkau menjawab aku, ya Allah; sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku.

Daud berseru kepada Tuhan karena dia tahu Tuhan menjawab dia, menurutku bagian ini indah banget.
Pantaslah, Daud gak berhenti-henti berseru ke Tuhan.
Pantaslah,  Daud gak bosan-bosannya menghadap Tuhan.
Pantaslah,  Daud selalu memuji Tuhan.
Pantaslah Daud selalu mencurahkan hatinya ke Tuhan.
Daud tahu pasti Tuhan menjawab dia.
Daud yakin Tuhan menjawab dia.
Daud mengalami sendiri bagaimana berkali-kali Tuhan menjawab dia.
Daud gak pernah melupakan kesetiaan Tuhan dan bagaimana Tuhan selalu menjawab dia.

Gimana denganku?
Sudahkah aku ingat apa yang aku alami selama ini dengan baik, bagaimana Tuhan gak pernah lalai memeliharaku.
Tuhan akan selalu menjawabku kalau aku mau berseru kepadaNya, tapi aku gak selalu ingat sama Tuhan. Kalau dah "terjepit"  baru deh ingat Tuhan.

Seperti Daud, aku mau berseru pada Tuhan. Puji-pujianku padaNya tetap dalam mulutku. Aku mau menyaksikan bagaimana Dia menjawab aku.

Mazmur 35:9-10 (TB)  Tetapi aku bersorak-sorak karena TUHAN, aku girang karena keselamatan dari pada-Nya;
segala tulangku berkata: "Ya, TUHAN, siapakah yang seperti Engkau, yang melepaskan orang sengsara dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya, orang sengsara dan miskin dari tangan orang yang merampasi dia?"

Doa minta tolong terhadap musuh judul perikop ini, tapi isinya gak melulu Daud minta tolong doang. Banyak bagian dimana Daud memuji Tuhan karena dia menyaksikan bagaimana Tuhan menolong dia. Daud minta tolong dengan hati yang hancur, dia menyampaikan isi hatinya, Tuhan menolong,  lalu Daud bersukacita bersyukur dan datang memuji Tuhan atas pertolonganNya. Berasa banget sukacita Daud.

Daud ingat untuk bersyukur saat Tuhan menjawab doanya. Gimana denganku? Kalau sudah kesusahan ingat Tuhan, tapi apakah saat Tuhan tolong aku terus aku ingat untuk datang kepada Tuhan dan bersyukur  atas pertolonganNya??
Gak boleh lupa bersyukur Meg!
Belajar seperti Daud yang terbiasa untuk bersyukur dan gak pernah melupakan apa yang diperbuat Tuhan dalam hidupnya.

Mazmur 54:1 (TB)  Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Nyanyian pengajaran Daud, (54-2) ketika orang Zifi datang mengatakan kepada Saul: "Daud bersembunyi kepada kami." (54-3) Ya Allah, selamatkanlah aku karena nama-Mu, berilah keadilan kepadaku karena keperkasaan-Mu

Daud gak fokus minta diselamatkan hanya untuk dirinya sendiri tapi karena Tuhan. Daud melihat sendiri dan menyadari kalau apa yang dialaminya adalah kesempatan untuk memuliakan nama Tuhan. Keselamatan yang dari Tuhan berkali-kali buat hidupnya akan membuat orang lain melihat kalau Tuhan lah yang menolong dia,  orang lain akan tahu kalau Tuhanlah yang menyertai dia. Segala kehebatan Daud adalah karya Tuhan, bukan karena kekuatannya semata. Daud sadar itu! Daud dia rindu apa yang terjadi dalam hidupnya membuat banyak orang mengenal siapa yang menyertai dia.

Apakah aku ingin Tuhan menolongku hanya untuk diriku sendiri? Atau aku seperti Daud yang ingin pekerjaan Tuhan yang dinyatakan dalam hidupnya menjadi kesaksian dan membuat orang lain juga memuliakan nama Tuhan.

Aku jauh dari Daud, seringnya aku berdoa pada Tuhan hanya untuk diriku sendiri bukan supaya Tuhan dimuliakan melalui apa yang terjadi.

Tuhan, ampuni aku karena cuma fokus dengan diri sendiri sehingga lupa kalau hidupku untuk memuliakan Tuhan.

Mazmur 63:1 (TB)  Mazmur Daud, ketika ia ada di padang gurun Yehuda. (63-2) Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair.

Daud di padang gurun Yehuda dan belajar "haus"  akan Tuhan di sana. Pengalamannya yang secara fisik ada di tempat kering,  tandus dan gak berair membuat dia menyadari kalau jiwanya juga perlu dalam keadaan haus akan Tuhan.

Aku mengecek diriku sendiri, sudahkah aku datang kepada Tuhan dalam keadaan haus akan Dia. Dan aku sadar jawabannya BELUM. Kalau aku gak haus alias gak ngerasa butuh Tuhan,  aku gak akan pernah dipuaskan gimana pun caranya.

Tuhan,  berikan aku hati yang terus dalam kondisi haus akan Engkau supaya aku terus cari Tuhan dan dipuaskan oleh kehadiran Tuhan. Biar cuma Tuhan yang bisa membuat aku gak haus lagi, bukan yang lain,  bukan pemberianMu. Aku mau dipuaskan dengan Sang Pemberi.

Matius 17

Matius 17:22-23 (TB)  Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia
dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka hati murid-murid-Nya itu pun sedih sekali.

Dari pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus sampai yang kedua ini,  Yesus sudah kasih tahu murid-murid-Nya kalau Dia akan menderita, mati dan bangkit pada hari yang ketiga, reaksi murid-murid-Nya saat yang kedua ini adalah SEDIH. Kenapa murid-murid Yesus bersedih?Mungkin sama seperti kita yang bersedih membayangkan Yesus yang mengalami penderitaan tersebut. Yesus yang mereka kasihi harus mengalami berbagai peristiwa mengerikan, ditangkap, disiksa,  mati disalibkan.

Baru-baru ini melalui peristiwa Jumat Agung kita diingatkan lagi bagaimana Yesus telah menderita demi kita. Sudahkah aku meresponi apa yang terjadi dengan benar? Apakah aku berduka atas kematiannya sebagaimana aku beduka atas dosa-dosaku? Gampang bersedih saat melihat penderitaan Tuhan,  tapi apakah  kesedihan kita hanya lip service atau memimpin pada pertobatan sejati, itu perkara lain.

Tuhan, aku baru saja memperingati kematian dan kebangkitanMu. Aku berduka atas kematianMu untuk dosa-dosaku, tapi aku sering lupa kalau Tuhan mati untuk dosaku supaya aku hidup untuk Tuhan. Aku mau hidup buat Tuhan. Tolong aku Tuhan. Amin

Amsal 17

Amsal 17:1 (TB)  Lebih baik sekerat roti yang kering disertai dengan ketenteraman, dari pada makanan daging serumah disertai dengan perbantahan.

Beberapa waktu ini aku sering mengeluh karena aku harus ekstra mengatur keuangan kami, Papa Sara belum bekerja di kantor tapi hanya dari rumah.  Beberapa kali dia mendapat tawaran kerja di Jakarta padahal kami sekarang berdomisili di Kalimantan. Akhir-akhir ini kami sedang mendoakan tawaran kerja dari seorang teman, kalau diterima konsekuensinya kami akan terpisah,  mungkin setiap beberapa minggu baru bisa bertemu. Sempat heran juga sih kok Papa Sara mempertimbangkan lagi tawaran temannya itu, hari ini baca ayat ini aku jadi kepikiran apa karena aku mengeluh ya #sigh.

Aku gak mau mengeluh lagi. Toh selama ini kami gak pernah kekurangan. Memang sih jadi ekstra berhitung semuanya. Mau jajan di luar pun jadi mikir banget. Tapi aku diingatin betapa gak pentingnya keluhanku,  selama ini kami gak pernah bertengkar karena hal serius, sesekali ada masalah,  biasalah. Hari ini tepat dua tahun kami menikah, aku mau rumah tangga kami terus tenteram dan bukan berisi perbantahan, aku mau jadi isteri yang lebih baik dari dua tahun lalu kami menikah. Hal paling sederhana yang mau aku lakukan , aku gak mau mengeluh masalah keuangan. Aku mau bersyukur karena pemeliharaan Tuhan selalu sempurna bagi keluarga kami.

Tuhan, aku bersyukur buat ketentraman yang Tuhan berikan buat keluarga kami selama ini. Terima kasih Tuhan buat segala pemberianMu yang baik bagi kami, aku bersyukur. Tolong aku ya Tuhan mengganti keluhanku dengan ucapan syukur. Amin

Kasongan,  17 April 2017
-Mega Menulis-

No comments: