Yeremia 17:7-8 (TB) Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!
Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.
Asyik sekali membayangkan pohon pada ayat ini, Tuhan ingin aku seperti pohon ini:
- akar-akarnya merambat sampai ke tepi batang air
Aku berakar di dalam Tuhan Sang Sumber Air Hidup supaya selalu dapat disegarkan dan mendapat makanan rohani yang aku butuhkan untuk hidup. Aku perlu bertekun dalam doa dan firmanNya supaya senantiasa mendapatkan makanan dariNya.
- gak mengalami panas terik
Boleh saja keadaan di sekelilingku panas, tapi karena aku dekat Dia maka aku senantiasa berada dalam damai sejahtera dan tetap tenang. Aku disegarkan karena Tuhan selalu dapat diandalkan dan pengharapanku gak akan mengecewakan.
- daunnya tetap hijau
Karena aku mendapatkan makanan rohani terus-menerus dari Tuhan dan disegarkan olehNya, aku gak akan merasa panas dan kekeringan. Pada musim panas yang terik biasanya daun akan mengering dan pohon akan mengugurkan daunnya untuk mengurangi penguapan. Karena aku dekat pada sumber air, aku gak perlu melakukan itu. Tuhan menyediakan segala yang aku butuhkan supaya dapat terus hijau dan memberikan kesejukan bagi sekelilingku.
- tidak kuatir dalam tahun kering
Tuhan pemeliharaku, sekalipun musim kering menjadi tahunan, aku tetap dapat memgandalkan pemeliharaanNya yang sempurna atas hidupku.
- tidak berhenti menghasilkan buah
Saat aku diberkati oleh Tuhan, mengandalkan dan menaruh pengharapanku di dalam Dia. Aku dimampukan gak cuma bertahan hidup, tapi menghasilkan buah yang manis di dalam hidupku, buah yang bisa dinikmati olehku sendiri (karakter) dan buah keluar (kesaksian hidupku).
Amsal 10:32 (TB) Bibir orang benar tahu akan hal yang menyenangkan, tetapi mulut orang fasik hanya tahu tipu muslihat.
Aku juarang banget berkata kotor dengan bahasa kebun binatang atau yang contentnya jelek, tapi masalahku yang terbesar adalah di nada bicara. Suamiku menegurku karena saat aku berbicara dengannya terkadang nadaku meninggi, saat aku kesal apalagi saat suamiku berbicara dengan nada tinggi (maklum orang Batak) aku membela diri dengan berkata:ngasi nada tinggi ya dapatnya nada tinggi lah ya. Aku tahu aku salah saat berkata demikian, seharusnya aku memberikan atmosfir positif dan gak terpancing. Memang sih akibatnya kami sama-sama belajar berkata-kata dengan nada rendah, karena kami tahu nada tinggi bisa disalah artikan bahkan jika kita gak bermaksud kasar.
Kalau aku orang benar aku akan mengatakan hal yang menyenangkan. Siapa sih yang senang mendapat nada tinggi saat berbicara? 😂
Terinspirasi Filipi 4:8, kupikir gak cuma dipikirkan tetapi aku juga harus mengatakan:semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
👉 Lanjutkan! Berkata-kata dengan nada rendah. Gak terpancing menggunakan nada tinggi meskipun orang lain berbicara menggunakan nada tinggi ke kita.
Wahyu 10:4 (TB) Dan sesudah ketujuh guruh itu selesai berbicara, aku mau menuliskannya, tetapi aku mendengar suatu suara dari sorga berkata: "Meteraikanlah apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu dan janganlah engkau menuliskannya!"
Awalnya Yohanes disuruh menuliskan semua yang dilihatnya TETAPI sekarang dia diminta Tuhan untuk MEMATERAIKAN APA YANG DILIHATNYA DAN JANGAN MENULISKANNYA!!
Perintah Tuhan bisa berubah atau berbeda dengan sebelumnya, diperlukan kepekaan untuk mendengarkan apa yang dikehendaki Tuhan. Aku membayangkan kalau Yohanes gak peka, dia akan terus melakukan apa yang benar menurutnya, padahal Tuhan berikan perintah baru.
KEPEKAAN lahir dari KEINTIMAN.
Kasongan, 10 Agustus 2017
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment