Habakuk 3:17-19 (TB) Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,
namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. (Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi).
Baca ayat-ayat ini mengingatkanku kejadian bertahun-tahun lalu. Waktu papahku mulai sakit dan divonis cuci darah, aku dapat SMS yang benar-benar luar biasa dari Patar, SMSnya belum sempat aku sharekan di catatanku punya judul sama karena aku ngerasa perlu space khusus buat cerita, hehehe, SMSnya gini:
Patar / 23 Mei 2007 / 22:08:47
Ada banyak ayat-ayat yang bagus kayak Yer 29:11, Yer 17:7, Mat 6:33, Kisah Ayub, Mazmur 23, Kisah Abraham. Tapi aku bisa bikin argumen terbalik buat ayat-ayat ini. Soale gak nyata dalam hidupku. Tapi ada 1 ayat yang ngga bisa diutak-atik pake narlarku:”Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan dan tidak ada lembu sapi dalam kandang. TAPI aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang MENYELAMATKAN aku.
Habis baca SMS itu, malamnya aku nulis gini di diaryku:
BAPA, aku mau jadikan Habakuk 3-17-19 yang dibilang Patar tadi sebagai doaku. Apapun yang terjadi di dalam hidupku, aku akan bersorak-sorak karena ENGKAU yang sudah menyelamatkanku. Ga ada alasan buat aku kecewa padaMU. Tiap hari ada alasan untuk memujiMu, aku percaya itu. Tiap hari, berapa pun sulitnya keadaanku, aku gak mau berhenti memujiMu. Aku suangat mengasihiMU dan aku percaya padaMu. Trima kasih BAPA, aku boleh mengenal dan dikenal olehMu, dan dikasihi luar biasa dalamnya olehMu. Makasih BAPA.....
Wahyu 19:5 (TB) Maka kedengaranlah suatu suara dari takhta itu: "Pujilah Allah kita, hai kamu semua hamba-Nya, kamu yang takut akan Dia, baik kecil maupun besar!"
Baca ayat ini membuatku berkata-kata seperti Daud di Mazmur 103:
Pujilah Tuhan hai jiwaku! Pujilah namalNya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikanNya.
Suara dari takhta itu menyuruh kita memuji Tuhan. Daud meminta hati dan jiwanya sendiri untuk memuji Tuhan. Aku pun perlu mengingatkan diriku sendiri untuk memuji Tuhan atas segala apa yang dilakukanNya. Bukannnn...!!! Bukan karena Tuhan haus pujian. Tapi, bukankah itu tujuan hidupku? Untuk menyembah dan memuliakan Dia. Memuji Tuhan, menyadari betapa banyak yang telah Dia lakukan, gak bisa nggak, membuatku hatiku jatuh dalam penyembahan pada Tuhan. Hatiku limpah dengan ucapan syukur atas segala perbuatanNya.
👉 Pujilah Tuhan hai jiwaku! Pujilah namalNya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikanNya. Aku mau memuji Tuhan sepanjang hari ini atas segala perbuatanNya. Aku mau mensyukuri campur tanganNya dalam hidupku.
Amsal 19:13 (TB) Anak bebal adalah bencana bagi ayahnya, dan pertengkaran seorang isteri adalah seperti tiris yang tidak henti-hentinya menitik.
Kami sekeluarga sedang di Jakarta dan menginap di tempat keluaga suamiku. Kemarin ada kejadian, Sara menangis keras saat ditegur suamiku, sudah berkali-kali dilarang tapi dia masih saja mengulanginya. Kami sepakat untuk gak membela di depan anak saat dia ditegur, kami harus sehati, jangan sampai Sara merasa dibela lalu seenaknya. Mudah melakukannya saat berada di rumah sendiri, lah ini.... Di rumah orang tahu-tahu anak nangis jejeritan, apa nggak malu tuh kalau gak segera didiamkan (dipeluk, dibelain). Aku pengen banget segera melakukan itu, tapi karena kutahu nanti efeknya ke belakang, dan Sara jadi susah dikasih tahu. Akhirnya aku diam. Aku dan suami tetap tegas dan membiarkan Sara menangis supaya dia benar-benar tahu kalau dilarang. Setelah dia capek menangis, baru kami peluk dan kasih tahu lagi.
Anak menjadi bebal kalau tidak dididik dan kami sebagai orang tua gak konsisten. Dan kami bertekad untuk tetap mendidik dia melakukan yang benar. Kami gak mau Sara menjadi bebal dan membuat kami berduka nantinua. Emang sih jadi gak enak sama tuan rumah, apalagi kalau posisi kami seperti kemarin. Tapi bagaimana lagi, daripada Sara makin susah dikasih tahu nantinya.
Kasongan, 19 Agustus 2017
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment