Friday, August 23, 2019

Sacred Influence (Chapter 4)

Kapan anda terakhir kali berterima kasih kepada suami anda yang telah membantu membentuk gaya hidup anda?
Ya, seharusnya aku berterima kasih sama suami karena menjadikanku sebagaimana sekarang. Gak sempurna, masih jauh pun. Tapi ada perubahan dari sebelum menikah. Aku 'dipaksa' berubah dan menyesuaikan diri dengan suami. Suami orang yang resikan, tertib banget naruh barang, ingatannya tajam. Aku sebelumnya paling gak suka bersih-bersih, sekarang masih sih, hahaha,tapi jadi lebih carelah dibandingkan sebelumnya. Masalah meletakkan barang pun aku gak bisa lagi sembarangan, mau gak mau harus lebih rapi, kalau nggak dicerewetin suami. Dan terutama, suami sebagai orang yang melihat keseharianku selalu mengingatkan kalau apa yang kutulis gak aku aplikasikan. Gak boleh munafik katanya. Duh, pedes banget gak sih. Aku awalnya gak terima karena merasa dah berusaha, tapi dilihat suami masih belum sesuai.



Untuk menggerakkan hati seorang pria, anda harus menghargai siapa dirinya dan apa yang telah ia kerjakan.
Reminder banget baca bab ini untuk menghargai apa yang dilakukan suami, bersyukur dan bilang makasih sama suami. Terkadang karena apa yang dikerjakan hal suami itu biasa, jadi gak bersyukur. Ada juga perasaan kalau hal itu memang semestinya dikerjakan suami, jadi kurang bersyukur. Padahal, banyak orang yang pengen suaminya melakukan itu. Aku jadi ingat kapan hari di grup ada sharing istri yang pengen suaminya lebih care urusan rumah tangga dan membantu, astagaaa.... Dan aku gak bilang makasih ke suami karena merasa itu memang 'tugas' suami. Kami memang berbagi tugas untuk pekerjaan rumah tangga. Aku sering gak menyadari apa yang dikerjakan suami karena bukan orang yang detail. Saat suami pancing-pancing, eh baru sadar. Misal suami bersihkan bak mandi kami, aku bisa lo gak sadar kalau dah kinclong dari biasanya.
✔ Setiap hari aku mau bersyukur atas apa yang dilakukan suami dan bilang makasih secara spesifik. Kalau gak bilang makasih, aku mau melakukan hal yang istimewa buat suami untuk menunjukkan terima kasihku.

Apakah anda akan menilai suami dengan berpatokan pada berbagai kekecewaan ini, ataukah anda akan berdoa supaya Allah membukakan mata anda pada hal-hal positif yang anda anggap biasa, yang telah dilakukan oleh suami anda dan seringkali anda dibutakan dari itu semua?
Disiplin berdoa buat suami selama 2 bulanan ini benar-benar menolong untuk fokus pada hal positif yang dilakukan suami. Terkadang, kalau kesal sama suami dan love tankku gak penuh, susah sekali untuk melihat hal positif dari suami, yang aku ingat cuma kekurangannya. Tapi kalau udah berdoa, diingatkan kelebihan suami dan menolongku meresponi suami dengan lemah lembut.

Berhentilah menerima suami anda dengan biasa-biasa saja. Ia ingin merasa diperhatikan, istimewa dan dihargai.Hal itu akan membawanya ke dalam suasana hati yang "dapat dibentuk".
Ini jadi PRku setiap hari:
- memerhatikan suami : menyiapkan segala keperluannya, memenuhi kebutuhan suami (seks, emosi, fisik) , peka pada perasaan/suasana hati suami.
- membuat suami merasa istimewa : mau buat notes /sms encourage suami atau bilang makasih seperti zaman pacaran.
- menghargai suami : mendengarkan suami dengan sungguh (gak main HP waktu ngobrol dengan suami), gak menginterupsi suami waktu mendisiplin anak, kalau minta pendapat suami ikuti sarannya, jangan bertanya sejak awal kalau gak berniat mengikuti saran suami.

Langkah awal anda-yang terutama-adalah mengasihi, menerima dan bahkan menghormati suami anda yang tidak sempurna itu.
Suami memang gak mungkin menjadi seperti yang aku mau,ada hal-hal yang aku harus berdamai dengan kenyataan kalau suami susah berubah. Aku perlu fokus dengan kelebihan suami. Gak boleh menjadikan kekurangan suami sebagai alasan gak menaatinya.

Palangka Raya, 22 Agustus 2019
-Mega Menulis-

No comments: