Saturday, September 23, 2017

Zakharia 1-7, Amsal 20, 2 Korintus 4

Zakharia 1:4 (TB)  Janganlah kamu seperti nenek moyangmu yang kepadanya para nabi yang dahulu telah menyerukan, demikian: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Berbaliklah dari tingkah lakumu yang buruk dan dari perbuatanmu yang jahat! Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau menghiraukan Aku, demikianlah firman TUHAN.

Seram juga membayangkan nenek moyang Israel dan para nabi yang menyuruh orang bertobat tapi dia sendiri gak menghiraukan Tuhan. Aku? Saat aku share firman Tuhan yang kudapat, secara langsung maupun lewat tulisanku sudahkah aku juga memastikan kalau aku sudah menghidupi firman itu dan berbalik dari kelakuanku yang jahat? Atau aku masih terus bergumul dalam hal yang itu-itu aja tapi malah menasihati orang lain.

Zakharia 4:6 (TB)  Maka berbicaralah ia, katanya: "Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam. 

Diingatkan bahwa aku gak bisa mengandalkan kekuatan sendiri tapi haria bergantung sepenuhnya sama Tuhan. Di kehamilan ini aku merasa lebih pede daripada kehamilan pertama karena merasa sudah pengalaman dengan miom, tapi waktu kontrol sama dokter kandungan kemaren diingatin kalau ada hal-hal yang gak bisa aku KENDALIKAN, makanya aku perlu Tuhan. Dia lah pemilik hidupku. Aku harus ingat kalau semua bisa kulakui dengan lancar hanya karena Tuhan, bukan karena kekuatan,  pengalaman atau apapun yang aku punya, semua hanya karena Tuhan.

Zakharia 7:5 (TB)  "Katakanlah kepada seluruh rakyat negeri dan kepada para imam, demikian: Ketika kamu berpuasa dan meratap dalam bulan yang kelima dan yang ketujuh selama tujuh puluh tahun ini, adakah kamu sungguh-sungguh berpuasa untuk Aku?

Saat penduduk Betel bertanya, apakah mereka harus berpuasa,Tuhan gak menjawab dengan IYA ATAU TIDAK., Tuhan malah bertanya, adakah mereka sungguh berpuasa untuk Dia?
Setiap hari mungkin kita bertanya hal yang mirip pada Tuhan:
- Haruskah aku memberi persembahan kasih?
- Haruskah aku menolong tetanggaku?
- Haruskah aku melayani di sekolah Minggu?
- Haruskah aku jadi ibu rumah tangga atau ibu yang bekerja?

Kelihatannya baik sekali ya bertanya pada Tuhan setiap mengambil keputusan atau mau berbuat baik. Tapi,  Tuhan ingatkan kalau yang terpenting adalah MOTIVASI kita melakukannya, apakah benar untuk Tuhan atau nggak. Bisa jadi kita melakukan hal yang baik atau bahkan beribadah tetapi gak untuk Tuhan, tetapi diri sendiri.

Bagi Tuhan yang terpenting bukan hanya apa yang kita kerjakan tetapi juga sikap hati kita, apakah kita melakukannya dengan hati yang menyembah Dia atau nggak.

Amsal 20:18 (TB)  Rancangan terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperanglah dengan siasat.

Aku ingin ini itu, punya banyak keinginan tapi di antaranya ada yang tidak terlaksana. Sebenarnya aku bukan orang yang punya prinsip, "Jalani saja" tapi terkadang aku melakukan itu, melakukan sesuatu tanpa berpikir atau menimbang-nimbang segala faktornya. Saat aku melakukan itu, yang terjadi adalah kekacauan.  Seperti beberapa minggu yang lalu, kami sekeluarga pergi berlibur tiba-tiba padahal simpanan kami mepet,  akibatnya saat ada keperluan gak terduga, kami keteteran. Kami gak berhitung dengan cermat dan membuat perencanaan yang matang. Seharusnya kalau kami sungguh berhitung, kami gak perlu 'menderita' karena keputusan buruk kami. Tuhan sudah kasih hikmat, kasih otak buat dipakai, lah masa aku gak pakai.

Kemungkinan tahun depan kami sudah pindah ke Palangka Raya, tempat tinggal sementara sih sudah ada, mamahku kan di Palangka Raya. Tapi kami gak berencana tinggal di sana seterusnya, kami berencana mencari rumah sendiri. Tentunya banyak sekali biaya yang diperlukan, kami harus memutuskan apakah harus menjual rumah di Kasongan atau ngga, belum lagi mencari tempat tinggal yang baru, jadi banyak sekali yang harus dipikirkan. Kami gak mau membuat kesalahan, kami mau membuat perencanaan yang baik supaya dalam sesuatunya Tuhan dimuliakan.

2 Korintus 4:18 (TB)  Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.

Kita sering lebih memperhatikan yang kelihatan dibandingkan yang gak kelihaan, padahal seringkali yang gak kelihatan lebih penting. Aku membayangkan sebuah pohon yang tumbuh, sering kita anggap daun dan buah itu penting, kita lupa ada akar yang menopang pohon itu berdiri kokoh. Akarlah yang memastikan tumbuhan mendapatkan sari makanan dan air yang diperlukan, akarlah yang membuat tumbuhan kokoh dan gak mudah tercabut. Seringkali kita lebih memperhatikan bagian lain dari tumbuhan  dibandingkan akarnya. Pernah lihat orang menyirami tanaman? Apakah akarnya yang disirami?

Bagian apa yang gak kelihatan dalam hidup kita?
WAKTU PRIBADI DENGAN TUHAN.
Sudahkah ini jadi perhatian kita?
Atau jangan-jangan kita sibuk memperhatikan yang lain sampai melupakan 'akar'  yang gak kelihatan ini. Boleh saja kita melakukan pelayanan, tapi saat kita gak berakar di dalam Tuhan maka pelayanan akan  membuat frustasi dan kelelahan.

Pada saatnya nanti, apa yang tidak kelihatan ini yang akan menentukan apakah kita akan tetap teguh berdiri saat badai datang. Hubungan pribadi dengan Tuhan saja yang memampukan kita tetap bertumbuh dan berbuah bagi Dia. Berakar lebih dahulu di dalam Tuhan sebelum berbuah-buah.

Kasongan,  20 September 2017
-Mega Menulis-

No comments: