Pertengahan November 2014 kemaren, hanya beberapa minggu sebelum istrinya
melahirkan, calon abang iparku diminta pindah dari rumah kontrakannya
sebelumnya di daerah Kelapa Gading. Gara-garanya, itu rumah kontrakan ternyata
rumah dinas. Nah lo, rumah dinas bukannya ditempati malah dikontrakin. Ya abang
itu gak tahu sebelumnya kalo itu rumah dinas, padahal kontrakan rumah itu masih
setahunan lagi kalo gak salah. Mereka diminta pindah sebelum akhir bulan
November. Kebayang gak sih, istri dah hamil tua gitu, eh…harus pindahan rumah.
Mana barang mereka banyak banget pulak. Lagipula, memangnya cari kontrakan di
Jakarta dalam waktu yang singkat gitu emang gampang? Banyak hal yang harus
dipertimbangkan, biaya sudah pasti, lokasi rumah dan tempat kerja, trus kondisi
rumah kontrakan yang baru (apakah sudah siap dimasuki atau belum, jangan
sampailah atapnya bocor, ato masi perlu rehab lagi), kan urgent banget tuh.
Aku baru tahu, ternyata susah buanget lo nyari kontrakan di Jakarta.
Asliiii... Aku tahu karena aku sempat keliling-keliling juga nyariin. Kadang kita
dah sampe rumah yang dibilang, eh…ternyata dah ada penghuninya yang baru. Ada
juga yang baru bisa dimasuki beberapa bulan lagi, padahal kan perlunya saat itu
juga. Giliran dapat yang bagus dan pas, eh harganya selangit. Akhirnya, dapet juga tuh rumah kontrakan yang
nyaman dan harganya terjangkau, walaupun terhitung mahal, tapi ya apa boleh
buatlah. Dapetnya di masa saudara-saudara? Dekat Kota Harapan Indah, Bekasi.
Huaaaa…T_T Nangis kan, jauh banget.
Sayang banget pindah dari Kelapa Gading, kan strategis
banget tuh mo kemana-mana.
Bersyukur Tuhan berikan tempat kontrakan bagi mereka tepat
pada waktunya, gak kebayang kalau mau melahirkan belum ada tempat tinggal yang
baru.
Sayangnya, jarak dari rumah ke kantor semakin jauh, sekali
jalan bisa sejam tuh baru nyampe.
Bersyukur banget, ternyata rumah kontrakan mereka yang baru
dan rumah tanteku dekat, jadi kalo pas aku maen ke Jakarta, abangku gak usah
jauh-jauh jemput aku ^^V
Sayangnya, kalo hujan agak lamaan, jalan yang menuju rumah
kontrakan mereka banjirrrrr, seperti saat-saat ini.
Bersyukurnya, banjirnya gak masuk rumah.
Dalam segala sesuatu, kita bisa memilih, mau menghitung
kemalangan kitakah?
Atau mau menghitung berkatNya?
Atau mau menghitung berkatNya?
Seringkali berkat Tuhan menyamar menjadi kemalangan.
Seringkali, kita terlalu sibuk mengeluhkan apa yang tidak
kita miliki dibandingkan mensyukuri apa yang kita miliki.
Seringkali melepaskan terasa begitu berat padahal melepaskan
membuat beban kita semakin ringan.
Seringkali kita hanya mensyukuri apa yang dilihat mata,
sementara apa yang tidak terlihat oleh mata terkadang lebih berharga.
Semua tergantung sudut pandang.
Semua tergantung pilihan.
Maukah kita memilih bersyukur?
Kasongan, 10 Februari
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment