Wednesday, February 25, 2015

Untuk Apa Sih?



Ngapain sih tetap rajin, toh yang rajin sama gak yang rajin sama aja tuh gajinya, malahan banyakan gajinya mereka yang gak rajin?

Ngapain sih mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh jika orang hanya melihat hasil dan bukannya proses?

Ngapain bekerja cepat sementara banyak yang bekerja lambat, mengapa tidak mencontoh mereka dan berlagak sibuk?

Untuk apa memberikan yang terbaik bila yang baik sudah cukup?

Untuk apa menyelesaikan pekerjaan dalam sehari jika orang lain mengerjakannya seminggu?

Untuk apa gelisah jika pekerjaanmu tak selesai, sementara yang lain bersantai?

Untuk apa peduli, jika orang lain tak peduli?

Untuk apa sampai gak bisa tidur memikirkan pekerjaan, jika orang lain tidur nyenyak tak peduli deadline?

Untuk apa menulis surat izin bila berhalangan masuk kantor sementara banyak aja tuh yang suka-sukanya masuk kantor?

Untuk apa ikut apel pagi sore toh gak ada punishment dan reward untuk mereka yang rajin dan yang malas?

Untuk apa mengerjakan yang bukan tanggung jawabmu di saat yang harusnya bertanggung jawab malahan kabur?

Untuk apa sih merasa bersalah saat membolos?

Untuk apa datang kantor dan pulang tepat waktu, toh banyak yang sesukanya datang dan pergi hidupnya baik-baik aja, ditegur aja kagak.

Untuk apa sih kerja keras dan cerdas, toh banyak aja yang malas dan bodoh hidupnya baik-baik aja.

Gak henti-hentinya aku menanyakan pertanyaan itu. Bolak-balik seputaran itu.
Tuhan, bodoh banget ya aku, kok aku mau-maunya melakukan itu semua.
UNTUK APA?
KENAPA SIH, aku masih melakukan semua itu?

Sejujurnya, aku melakukannya karena aku masih berharap.
Aku masih punya pengharapan.

Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir. Ibrani 6:19

Kasongan, 25 Februari 2015
-Mega Menulis-

No comments:

Karakter di Dunia Kerja

Dari kecil karakter seseorang mulai terbentuk. Kalau sudah dewasa, sulit mengubah karakter seseorang. Jadi kalau kamu berkarakter buruk saat...