Hidup kita
adalah bukti kemurahan Tuhan.
Itu kata
penyiar radio yang kudengar beberapa hari yang lalu.
As simple as
that.
Dan aku
tersenyum mendengarnya.
Sudah berapa
lama aku gak mengingat hal ini? Sudah berapa lama aku baru menyadarinya?
Bukankah berulang
kali aku membaca dan mendengar ayat ini:
Kebajikan
dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam
dalam rumah Tuhan sepanjang masa. Mazmur 23:6
Gimana bisa
aku gak menyadarinya?
Padahal
setiap hari kemurahanNya ada dalam setiap hembusan nafasku.
Detak
jantungku gak berhenti bertabuh merayakan kemurahanNya.
Mungkin
karena selama ini hidup hanyalah sesuatu yang dijalani, tanpa dipandang sebagai
anugerah. Tanpa dipandang sebagai titipan dari yang Maha Kuasa. Betapa pendek
ingatan kita, sampai-sampai gak mengingat siapa pemilik hidup kita yang
sesungguhnya.
Akhir-akhir
ini, aku berdoa meminta Tuhan memberikan A, B,C, dan seterusnya memohon
kemurahanNya akan beberapa hal yang aku perlukan. Sampai-sampai, karena merasa
Tuhan belum juga memberikan, aku berpikir kalau Tuhan lagi pelit, hehehe.
Konyol ya. Mosok anakNya yang tunggal aja dikasih, terus karena Dia gak berikan
apa yang aku inginkan lalu aku mikir gitu, rumusnya dari mana coba
Tuhan masih
bermurah hati padaku.
Buktinya,
aku masih hidup sampai hari ini ^^
Kasongan, 10
Februari 2015
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment