Wednesday, June 3, 2015

I Don't Want To Be A Coward



#NulisRandom2015
 Hari ke-3

Teringat SIAR PKBI-Sentra Informasi Antar Remaja Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, apa kabarnya sekarang ya, masih adakah?

Aku googling dan menemukan ini:
PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) memiliki 26 pusat konsultasi dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (Youth Center) di 23 propinsi di Indonesia.
Youth Center "SIAR" PKBI Kalimantan Tengah
Jl.Putri Junjung Buih I No. 38A Palangkaraya 731113 Telp. (0536) 34141
Yeaaa….masih ada rupanya, hehehehe.

Sewaktu SMA kelas 2 aku dan beberapa orang teman dikirim mengikuti kegiatan SIAR PKBI selama beberapa hari. Di sana, kami bertemu perwakilan dari SMA yang lain, kami mendapatkan kenalan baru. Selama kegiatan, kami mendapatkan pengetahuan dan informasi mengenai kesehatan secara umum, kesehatan reproduksi, LSD (Love, Sex and dating), PMS (penyakit menular seksual), zat adiktif dan psikotropika, dll. O, iya bahkan kami dilatih menjadi konselor oleh psikolog yang menjadi narasumber pada waktu itu.

Menyenangkan? Sangat. Lucu juga. Kami yang awalnya malu-malu membahas berbagai hal, lama-kelamaan aktif dan semangat bertanya pada narasumber. Ingat, zaman itu, akses internet gak segampang sekarang, boro-boro browsing di internet, punya hape aja ngga. Hape merupakan barang mewah pada masa itu. Endingnya yang dinanti-nanti, kami mendapatkan uang saku.LOL. Sebelum mendapat uang saku, kami para remaja dari berbagai SMA menyetujui bergabung menjadi anggota SIAR PKBI (Sentra Informasi Antar Remaja Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia). Rupanya tujuan pelatihan kami agar di setiap SMA di Palangka Raya terdapat remaja yang mampu menjadi konselor sebaya bagi teman-temannya, pantas saja kami dibekali berbagai hal yang menjadi permasalahan remaja.

Satu konsep konseling yang aku ingat sampai sekarang adalah:
JANGAN PERNAH MENGAMBIL KEPUTUSAN UNTUK ORANG YANG KONSELING DENGANMU.

Why?
Menurut narasumber waktu itu, hal ini akan sangat berbahaya di masa mendatang. Jika konselor yang mengambil keputusan bagi orang yang dikonselingi maka bisa saja terjadi orang yang dikonseling menyalahkan konselor jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, karena si kawan ini merasa hal tersebut bukanlah keputusannya. Ia tidak memiliki rasa tanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.

Lalu bagaimana menolong seseorang mengambil keputusan? Seingatku, saat itu, kami diajari demikian:
1.Dengarkan dia dengan seksama.
2.Tunjukkan dia opsi yang dapat dia pilih, sembari membantunya melihat dengan jelas dampak-dampak dari opsi tersebut.
3.Persilakan dia memilih dengan bebas APAPUN yang menjadi pilihannya, tanpa kita mengintervensi atau mengarahkannya pada salah satu opsi.
4. Pastikan, kita tidak memaksa dia memilih apa yang menjadi pilihannya, jika kita berada di posisinya.

Kami diingatkan seringkali mereka yang konseling dengan kita bertanya,”Kalau kamu jadi aku, kamu bakal gimana?”
Hati-hati, kita bukan dia, demikian pula sebaliknya. Bila kita sanggup menanggung dampak dari suatu keputusan, belum tentu dia sanggup, hal yang sama berlaku sebaliknya. Terkadang seseorang memutuskan sesuatu Cuma ngasal alias ikut-ikutan. Sering lho kejadian di SMA, seseorang memilih jurusan kuliahnya hanya karena ikut-ikutan teman-temannya. Parah banget kan? Mosok sih untuk keputusan yang menyangkut masa depan, kita Cuma ikut-ikutan teman,hadehhh. Jangan sampai dah seseorang mengambil keputusan tanpa sadar dampaknya

Intinya sih, kalau aku bilang, saat itu kami diajari hanya menjadi pendamping bagi mereka yang butuh konselor. Terserah deh, mereka mau mutusin apa. Even keputusannya salah, ya biarin deh. Kita gak ikut bertanggung jawab. Dan itu yang aku lakukan untuk beberapa saat. Dulu, aku gak berani mengarahkan seseorang untuk mengambil keputusan, even saat aku tahu itu pilihan yang benar. I AM A COWARD.

SEKARANG?
Aku pegang Firman Tuhan aja:
”Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa,” Yakobus 4:17

AKU GAK MAU BERBUAT DOSA.
Kalau aku tahu yang bener adalah keputusan A, ya udah, aku bilang aja A menurutku. Tentunya dengan berbagai dasar pertimbangan dan alasan yang tepat. Keputusan tetap pada orang yang curhat, tapi aku menyatakan dengan jelas sikap dan pandanganku, gak ada tuh area abu-abu, semua opsi baik. Kagak! Kalo menurut Firman Tuhan gak boleh ya aku bilang gak boleh. Misal nih, ada seseorang teman yang berhubungan khusus dengan orang lain yang sudah menikah. Bah, langsung aja aku bilang dia mesti putuskan hubungan itu!

Ingat gak Adam dan Hawa? Iya, Adam berdosa karena ikut makan buah terlarang. Tapi Adam juga berdosa karena dia tidak menegur dan melarang Hawa melakukan perbuatan tersebut. Dosa Adam bukanlah hanya pada apa yang Adam telah lakukan, TETAPI juga apa yang Adam tidak lakukan – Adam berdiam diri melihat perbuatan yang ia tahu terlarang terjadi di depan matanya. See? Ada dampak yang besar waktu kita memilih berdiam diri saat sesuatu yang salah terjadi. Lebih baik dengan jelas menyatakan kebenaran dan tidak mendiamkan sesuatu yang salah.
I DON’T WANT TO BE A COWARD!

Kasongan, 3 Juni 2015
-Mega Menulis-

No comments:

Karakter di Dunia Kerja

Dari kecil karakter seseorang mulai terbentuk. Kalau sudah dewasa, sulit mengubah karakter seseorang. Jadi kalau kamu berkarakter buruk saat...