#NulisRandom2015
Hari ke-3
Teringat SIAR PKBI-Sentra Informasi Antar Remaja Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia, apa kabarnya sekarang ya, masih adakah?
Aku googling dan menemukan ini:
PKBI (Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia) memiliki 26 pusat konsultasi dan pelayanan
kesehatan reproduksi remaja (Youth Center) di 23 propinsi di
Indonesia.
Youth Center "SIAR" PKBI Kalimantan
Tengah
Jl.Putri Junjung Buih I No. 38A Palangkaraya 731113 Telp. (0536) 34141
Yeaaa….masih ada rupanya, hehehehe.
Sewaktu SMA kelas 2 aku dan beberapa orang teman dikirim mengikuti
kegiatan SIAR PKBI selama beberapa hari. Di sana, kami bertemu perwakilan dari
SMA yang lain, kami mendapatkan kenalan baru. Selama kegiatan, kami mendapatkan
pengetahuan dan informasi mengenai kesehatan secara umum, kesehatan reproduksi,
LSD (Love, Sex and dating), PMS (penyakit menular seksual), zat adiktif dan
psikotropika, dll. O, iya bahkan kami dilatih menjadi konselor oleh psikolog
yang menjadi narasumber pada waktu itu.
Menyenangkan? Sangat. Lucu juga. Kami yang awalnya malu-malu
membahas berbagai hal, lama-kelamaan aktif dan semangat bertanya pada
narasumber. Ingat, zaman itu, akses internet gak segampang sekarang, boro-boro
browsing di internet, punya hape aja ngga. Hape merupakan barang mewah pada
masa itu. Endingnya yang dinanti-nanti, kami mendapatkan uang saku.LOL. Sebelum
mendapat uang saku, kami para remaja dari berbagai SMA menyetujui bergabung menjadi
anggota SIAR PKBI (Sentra Informasi Antar Remaja Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia). Rupanya tujuan pelatihan kami agar di setiap SMA
di Palangka Raya terdapat remaja yang mampu menjadi konselor sebaya bagi
teman-temannya, pantas saja kami dibekali berbagai hal yang menjadi
permasalahan remaja.
Satu konsep konseling yang aku ingat
sampai sekarang adalah:
JANGAN PERNAH MENGAMBIL KEPUTUSAN UNTUK
ORANG YANG KONSELING DENGANMU.
Why?
Menurut narasumber waktu itu, hal ini
akan sangat berbahaya di masa mendatang. Jika konselor yang mengambil keputusan
bagi orang yang dikonselingi maka bisa saja terjadi orang yang dikonseling
menyalahkan konselor jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, karena si
kawan ini merasa hal tersebut bukanlah keputusannya. Ia tidak memiliki rasa
tanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.
Lalu bagaimana menolong seseorang
mengambil keputusan? Seingatku, saat itu, kami diajari demikian:
1.Dengarkan dia dengan seksama.
2.Tunjukkan dia opsi yang dapat dia
pilih, sembari membantunya melihat dengan jelas dampak-dampak dari opsi
tersebut.
3.Persilakan dia memilih dengan bebas
APAPUN yang menjadi pilihannya, tanpa kita mengintervensi atau mengarahkannya
pada salah satu opsi.
4. Pastikan, kita tidak memaksa dia
memilih apa yang menjadi pilihannya, jika kita berada di posisinya.
Kami diingatkan
seringkali mereka yang konseling dengan kita bertanya,”Kalau kamu jadi aku,
kamu bakal gimana?”
Hati-hati,
kita bukan dia, demikian pula sebaliknya. Bila kita sanggup menanggung dampak
dari suatu keputusan, belum tentu dia sanggup, hal yang sama berlaku
sebaliknya. Terkadang seseorang memutuskan sesuatu Cuma ngasal alias
ikut-ikutan. Sering lho kejadian di SMA, seseorang memilih jurusan kuliahnya
hanya karena ikut-ikutan teman-temannya. Parah banget kan? Mosok sih untuk
keputusan yang menyangkut masa depan, kita Cuma ikut-ikutan teman,hadehhh. Jangan
sampai dah seseorang mengambil keputusan tanpa sadar dampaknya
Intinya sih, kalau
aku bilang, saat itu kami diajari hanya menjadi pendamping bagi mereka yang
butuh konselor. Terserah deh, mereka mau mutusin apa. Even keputusannya salah,
ya biarin deh. Kita gak ikut bertanggung jawab. Dan itu yang aku lakukan untuk
beberapa saat. Dulu, aku gak berani mengarahkan seseorang untuk mengambil
keputusan, even saat aku tahu itu pilihan yang benar. I AM A COWARD.
SEKARANG?
Aku pegang
Firman Tuhan aja:
”Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa,” Yakobus 4:17
AKU GAK MAU BERBUAT DOSA.
Kalau
aku tahu yang bener adalah keputusan A, ya udah, aku bilang aja A menurutku.
Tentunya dengan berbagai dasar pertimbangan dan alasan yang tepat. Keputusan
tetap pada orang yang curhat, tapi aku menyatakan dengan jelas sikap dan
pandanganku, gak ada tuh area abu-abu, semua opsi baik. Kagak! Kalo menurut
Firman Tuhan gak boleh ya aku bilang gak boleh. Misal nih, ada seseorang teman
yang berhubungan khusus dengan orang lain yang sudah menikah. Bah, langsung aja
aku bilang dia mesti putuskan hubungan itu!
Ingat gak Adam dan Hawa? Iya, Adam berdosa karena ikut makan buah
terlarang. Tapi Adam juga berdosa karena dia tidak menegur dan melarang Hawa
melakukan perbuatan tersebut. Dosa Adam bukanlah hanya pada apa yang Adam telah
lakukan, TETAPI juga apa yang Adam tidak lakukan – Adam berdiam diri melihat
perbuatan yang ia tahu terlarang terjadi di depan matanya. See? Ada dampak yang
besar waktu kita memilih berdiam diri saat sesuatu yang salah terjadi. Lebih
baik dengan jelas menyatakan kebenaran dan tidak mendiamkan sesuatu yang salah.
I DON’T WANT TO BE A COWARD!
Kasongan, 3 Juni 2015
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment