Wednesday, June 10, 2015

Metrologi, Uji dan Standar


#NulisRandom2015
Hari ke-10

METROLOGI
Ada yang pernah mendengar tentang metrologi sebelumnya?
Bukaaannn...metrologi gak ada kaitannya sama sekali dengan cuaca, itu ma METEOROLOGI, beda kelesss ^^ Hehehehe. Metrologi menurut Undang-Undang Metrologi Legal tahun 1981 adalah ilmu pengetahuan tentang ukur-mengukur secara luas.

Tahun kemarin, dari bulan Agustus hingga Desember aku dan dua orang teman sekantorku mendapat kesempatanmengikuti Diklat Kemetrologian di Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemetrologian (PPSDMK) di Cihanjuang, Jawa Barat. Ini diklat terlama yang pernah kami ikuti. Di sana kami belajar tentang metrologi, metrologi legal tepatnya. Masih menurut UUML tahun 1981, metrologi legal adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran, metoda-metoda pengukuran dan alat-alat ukur, yang menyangkut persyaratan teknik dan peraturan berdasarkan Undang-undang yang bertujuan melindungi kepentingan umum dalam hal kebenaranpengukuran.  

Di PPSDMK kami mulai mengenal berbagai istilah yang selama ini asing bagi kami, seperti tera, tera ulang, menera, UTTP (alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya), justir, dll. Kami juga belajar bagaimana melakukan pengujian terhadap UTTP,supaya nantinya kami dapat melakukan pengujian terhadap UTTP dan memutuskan apakah UTTP tersebut sah atau batal t, o iya...yang berhak memberikan tanda tera hanyalah mereka yang disebut Pegawai Berhak (mereka yang telah lulus dalam uji kompetensi-artinya, kami yang mengikut diklat ini belum bisa disebut Pegawai Berhak  jika belum lulus dalam uji kompetensi, diklat ini adalah sarana mendapatkan ilmu tentang metrologi).Kami belajar banyak hal di sini.

Salah satu hal yang menarik dalam melakukan pengujian terhadap UTTP adalah selalu ada UTTP standar yang kita gunakan. Misal nih, kita mau menguji sebuah timbangan meja. Eh, tau kan timbangan meja?Ituuu...timbangan bebek yang banyak di pasar-pasar tradisional, kira-kira seperti ini gambarnya:
 Gambar dipinjam dari sini 

Dalam setiap pengujian UTTP, selalu diperlukan yang namanya standar. Uji dibandingkan dengan standar untuk mengetahui apakah yang diuji ini telah sesuai dengan standar yang benar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui, berapa penyimpangan/kesalahan atau ketidaksesuaian uji dengan standar, apakah masih dalam batas yang diizinkan atau tidak, jika tidak, maka UTTP uji tersebut tidak boleh digunakan atau harus diperbaiki(dijustir)  dulu sebelum dapat digunakan kembali. Contohnya, jika kita menggunakan timbangan meja diperlukan AT (anak timbang) standar. Demikian pula jika kita menguji AT, kita menggunakan Timbangan Elektronik yang standarnya di atas yang di uji (ada sertifikat yang menyatakan kelas/level atau tingkatan standar dari UTTP standar yang ada). Jadi, gak boleh tuh UTTP yang standarnya lebih rendah dipakai sebagai standar untuk menguji UTTP yang standarnya lebih tinggi.

Hampir dalam setiap praktikum pengujian yang kami lakukan selama diklat, mau gak mau aku selalu diingatkan Tuhan tentang bagaimana Ia mau aku menguji diriku.
Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.2 Korintus 3:5
Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal! Mazmur 139:23-24.

Tuhan ingin aku sungguh-sungguh dengan jujur memeriksa hatiku, melihat kehidupanku, membongkar pikiranku,Dia ingin aku diuji. Bukannya Dia gak tahu seberapa besar kesalahan/penyimpangan yang aku lakukan, HE ALWAYS KNOW ^^ Dia ingin supaya aku menyadari seberapa jauh aku dari rancanganNya yang sempurna. Jika pengujian pada UTTP berguna bagi si penguji, pengujian pada diriku berguna bagi diriku sendiri. Saat aku tahu apa yang salah, maka aku dapat bertobat dan memperbaiki diriku. Kalu tidak, lama-lama aku akan semakin rusak.LOL. Lah, motor saja kita servis setiap bulannya untuk memeriksa kondisinya karena takut rusak jika tidak pernah diperiksa, lalu kenapa kita tidak memeriksa kehidupan kita?

Bagaimana memeriksa diri kita?
Jika UTTP punya standar, demikian pula kita anak Tuhan punya standar.
YES. Kita punya juga standar. Stadarnya ya Firman Tuhan. Jika hidup kita gak selaras dengan Firman Tuhan berarti kita sudah mulai menyimpang.

Bagaimana kita hidup sesuai standar Tuhan?
1.      Cek dengan Firman Tuhan
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar,  untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. 2 Timotius 3:16
See? Firman Tuhan mampu menyatakan kesalahan kita. FirmanNya hidup dan berkuasa atas hidup kita. Jika kita mau memeriksa hidup kita, kita harus tahu standarNya Tuhan yang benar tuh seperti apa. Caranya? Cek hidup kita dan bandingkan dengan apa kata Firman Tuhan. Kalo gak sesuai, ya berarti kita dah menyimpang. Nah, harus rajin baca Alkitab dong biar tahu firmanNya apa, supaya tahu kesalahan kita apa. Alkitab tu manual book kita dalam hidup. Jangan lupa dilakukan kalau dah tahu firmanNya. Kalo dah tahu hidup kita gak sesuai FirTu tapi tetap bebal dan mengeraskan hati, gak mau berubah ya sama aja bohong.

2.      Peka terhadap suara Roh Kudus
tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus , yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu. Yohanes 14:26
Seringkali kita diingatkan oleh yang biasa kita sebut ‘suara hati’, dia menegur kita saat kita berbuat salah, ia menggelisahkan kita pada saat kita melakukan sesuatu, terkadang kita merasa ini hal yang tidak benar namun kita mengabaikannya. Dalam kehidupan orang percaya, kita tahu Roh Kudus tinggal dalam diri kita dan bekerja dalam kita untuk mengubahkan kita. Tapi perkara apakah kita membiarkanNya leluasa bekerja dalam hidup kita atau tidak, itu perka lain. Roh Kudus bukan roh pemaksa, Dia mengingatkan kita dan membiarka kita mengambil keputusan apakah kita mau mendengarkannya atau tidak. Jika kita sering memilih mengabaikannya, lama-lama kita akan semakin pandai untuk menjadi tidak peduli pada teguranNya.

3.      Melihat kehidupan Yesus
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.Yohanes 1:14
Ia adalah gambar  Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan. Kolose 1:15
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Kejadian 1:27
Yesus adalah Firman Allah yang telah menjadi manusia, Ialah gambaran sempurna dari BAPA di sorga. Saat kita melihat Dia, kita juga telah melihat ALLAH. Yesus menjadi manusia supaya kita melihat kebenaran, bagaimana sebenarnya Allah ingin manusia hidup. Sejak awal, manusia diciptakan sesuai gambarNya, namun manusia memilih memberontak dan hidup sesuai jalannya. Kehidupan dan karakter Yesus adalah segala yang Allah inginkan untuk jadi di dalam kehidupan kita manusia, karena Yesus adalah firmanNya yang telah menjadi manusia.

WWJD, pernah dengar? WWJD berarti ‘What Would Jesus Do’, sebuah kalimat tanya singkat yang belakangan sering disarankan untuk ditanyakan pada diri sendiri untuk menjadi pedoman dalam mengambil keputusan-keputusan atau tindakan apa yang akan dilakukan. Pertanyaan yang sederhana memang, tapi sangat dalam maknanya. Sebuah pertanyaan yang akan membuat kita gelisah antara melakukan atau tidak melakukan apa yang Yesus lakukan jika dia berada di tempat unik kita. Jika kita tidak melakukan seperti yang akan Dia lakukan, jangan-jangan kita telah menyimpang dari rancangan Allah, atau jangan-jangan kita tidak mengenal Yesus dengan sungguh sehingga melakukan berbeda dari yang Dia lakukan. Well, ujung-ujungnya memang kita harus mengenal Dia secara pribadi untuk benar-benar mengetahui apa yang akan Dia lakukan ^^.

Apakah dengan bertanya demikian, maka kita selalu dapat hidup memenuhi standar Allah yang sempurna. Oooo...tentu saja tidak. Susah boooo. Setelah tahu yang Yesus lakukan pun kita masih susah melakukan seperti Dia. Kita butuh pertolongan. Dan lebih dari itu, kita butuh pengampunan waktu kita berbuat dosa (alias gagal hidup dengan standar sempurnanya Tuhan-melakukan seperti yang Yesus lakukan ^^). Cuma Yesus yang mampu menolong kita. Selain Yesus menunjukkan kepada kita bagaimana kita harus hidup, Dia melakukan sesuatu yang gak akan pernah dapat kita lakukan.Dia mengorbankan nyawa-Nya sendiri untuk dosa-dosa kita sehingga saat kita menerima Yesus sengan iman, kita menerima pengampunan atas segala dosa kita dan kita menerima kehidupan yang baru, kita masih dapat berbuat dosa, tapi kita tidak mau tinggal lama dalam dosa.

Yogyakarta, 10 Juni 2015
-Mega Menulis-

No comments: