Friday, June 26, 2015

Bagaimana Suamiku Dikenal?



#NulisRandom2015
Hari ke-25

“Abangmu itu baik Megi. Keliatan dari cerita2mu. Tapi lebih baik suamiku. Hahahahhaha....”
Lasma berkata demikian waktu aku komen di salah satu postingannya. Aku tertawa. Ya iya lah, serem banget lah ya kalau kita menganggap suami orang lain lebih baik daripada suami kita :p. Eniwei, aku teringat ayat ini sewaktu membaca komen Lasma:

Suaminya dikenal di pintu gerbang, kalau ia duduk bersama-sama para tua-tua negeri.Amsal 31:23


Berapa banyak di antara kita yang menikah dan  lebih suka meneceritakan keburukan pasangan dibandingkan kebaikannya?
Kupikir-pikir, dan setelah direnung-renungkan ayat di atas,bisa jadi suami sang istri yang cakap di Amsal 31 itu dikenal orang lain karena andil istrinya juga. Mungkin istrinya tanpa sengaja atau dengan sengaja ngeblog kaya eike dan menceritakan tentang suaminya. Dunno lah gimana, bisa jadi dia pas nonggo (maen ke rumah tetangga) bercerita tentang suaminya. Yang jelas suaminya dikenal orang lain.

Bagaimana kita ingin suami kita dikenali orang lain?

Apakah kita ingin dia dikenal karena keburukannya? Ngga kan?

Lalu, kenapa banyak istri yang membicarakan keburukan suaminya di hadapan orang lain?

Kenapa tidak memulai membicarakan kebaikan suami?


Untuk apa Meg membicarakan kebaikan suami sendiri?
Lah, aku balik nanya deh, ngapain coba ngomongin keburukan suami? Taruhlah, suami punya keburukan, lalu, apa manfaatnya menceritakannya pada orang lain? Pandangan orang lain pada suami kita akan jadi buruk loooo…Mending kalau ada kejelekan suami, diomonginlah sama suami secara langsung, tapi ngomongnya dengan kasih ya ^^ Jangan diem aja di hadapan suami, tapi ngomong di belakangnya ato di samping kanan kiri ke tetangga. Jangan-jangan selama ini suami gak tahu kalau kita gak suka dengan kejelekannya itu tapi kita ngarep dia berubah. Kalau suami kita bisa baca pikiran, bolehlah kita ngarep gitu, tapi kalau ngga, sebenarnya kita sedang berlaku gak adil lo. Gak adilnya gini, mosok kita ngarepin suami minta maaf atas kesalahan yang dia gak tau atau berubah atas sifat/karakter yang dia gak tahu kalau itu menganggu kita? Gak mungkin kan? Well, kecuali dia emang bisa baca pikiran.LOL

Lagipula, saat kita menceritakan kesalahan suami pada orang lain, sebenarnya apa sih motivasi kita? Hanya untuk mendapatkan kelegaan dari sesi curhat? Come on, leganya bentar aja lo, sementara reputasi suami kita dipertaruhkan di sini. Yang jelek dari ‘curhat supaya lega’ adalah, kita harus menceritakan hal tersebut berulang kali sampai puas baru lega, lah…mo cerita ke berapa orang sampai lega? Gak kasihan sama suami? Kalau mau cari kelegaan, berdoalah. Lalu, bicarakan pada suami, dan cari solusi bareng.

Bayangkan deh, seandainya kita punya kesalahan tapi suami gak pernah membicarakan hal tersebut langsung, ehhh…malahan dia bercerita ke seantero RT/RW tentang kesalahan dan keburukan kita. Sakit gak tuh? Sakit banget kan? Well, ini ekstrim banget sih. Cowok jarang banget melakukan ini jika ada masalah dengan pasangan. Tapi bayangkan aja deh *maksa* kalau ini terjadi, sakit gak? Udah sakit, malu pulak, ya kan?

Bukannya sombong tuh Meg, pamer kebaikan suami sendiri?
Ya bukan pamer kelesss, balik deh ke motivasi diri kita, mau pamer atau mau apa, kalau aku sih berkeyakinan gini, saat kita mengucapkan kebaikan suami sesungguhnya kita sedang mengingatkan diri sendiri betapa bersyukurnya kita memiliki suami seperti yang kita miliki sekarang.

Saat kita lebih memilih membicarakan kebaikan suami orang lain, kita jadi gak bersyukur lo punya suami seperti sekarang. Bayangkan, kita tiap hari ngeliat dan ngomongin kebaikan suami si A, atau si B. kayak gini:
- Waduh, suami si A tu romantis banget yaaaa…tiap hari sebelum ke kantor selalu cium si A (ini orang yang gini kerjaannya ngeliatin tetangga mulu kali ya, kok sampe tahu tiap hari gitu.LOL), suamiku mana pernah gitu.
-Suami si B hebat banget ya, penghasilannya gede banget tuh kayaknya, tiap bulan sekeluarga berlibur ke luar negeri, lah kamiii…mana pernah liburan bareng sekeluarga. Payah ah.

See? Membicarakan kebaikan suami orang membuat kita ujung-ujungnya membandingkan dengan suami sendiri, jatuh-jatuhnya jadi gak bersyukur.Sedih lo suami kita kalau tahu dirinya dibanding-bandingkan dengan orang laen.Bahaya loooo...kalau jadi istri yang gak bersyukur. Pasti jadi istri yang gak bahagia ntar.Coba kita mikir sebelum ngomong, I know ini sulit banget, tapi hai wanita (tsahhhh...), perhatikan ini:
Hidup dan mati dikuasai lidah,siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya. Amsal 18:21
Perkataan kita bisa membangkitkan suami dan membuatnya semakin bersemangat, menjadikannya pribadi yang lebih baik ATAUUUU...perkataan kita bisa mematahkan hati suami dan membuatnya terpuruk. Gak percaya? Cobain deh. Tapi jangan nyoba ngata-ngatain yang jelek ya kalau gak mau menyesal ^^ Perkatakan deh hal yang baik tentang suami kepada orang lain dan di hadapan suami.


Tapi Meg, susah lo mencari kebaikan suamiku. Gimana dong?
Hellooooowwwww… Susah ato karena kita lebih fokus pada kejelekannya dibanding kebaikannya? Fokus deh pada kebaikan suami. Lalu berdoa dan bersyukur untuk hal-hal baik yang dia lakukan, karakter dan sifatnya yang kamu kagumi, hal-hal yang membuatmu jatuh cinta padanya. Syukurilah. Ucapkan terima kasih sama Tuhan karena suamimu ada sebagaimana dia ada sekarang, biarkan hatimu dipenuhi ucapan syukur karena Tuhan telah menganugerahi seseorang yang istimewa bagimu. Seseorang yang sudah memilihmu dan sudah kamu pilih menjadi teman hidupmu.

Aku ingin suamiku dikenal di pintu gerbang karena kebaikannya \(“,)/ Gimana dengan kamu?

Kasongan, 23 Juni 2015
-Mega Menulis-




No comments: