Monday, June 15, 2015

Tambiku



#NulisRandom2015
Hari ke-14

Gara-gara ngomongin harmonika tambiku sama Echa, jadi pengen nulis tentang tambiku.Ini dia tambiku. Tambi tu bahasa Dayak yang artinya ‘nenek’, jadi tambi ni ibunya papahku. O, iya ini foto tambiku waktu menghadiri resepsi pernikahan kami bulan Mei kemarin:


Umurnya dah 87 tahun looo…
Dan aku ngobrolin tambiku sama Echa karena teringat tambi yang hobi banget main harmonika mengalunkan lagu-lagu Kidung Jemaat. Eh, tau harmonika gak sih? Alat musik tiup harmonika ni, emang gak sepopuler alat musik lain semacam gitar, keyboard, biola, dll. Mungkin yang bisa mainkan ni alat musik juga gak banyak. Ini nih harmonika, kalau mau tahu klik sini ya 
Tambiku jago banget mainnya, sayang anak-anaknya gak ada yang bisa memainkan harmonika selihai tambiku. Cucunya apalagi :p Daku melambaikan tangan ke kamera deh kalau disuruh main ini, satu-satunya alat musik yang bisa aku mainkan Cuma recorder. Eh, tau recorder kan? Jangan bilang gak tahu juga. Kalo gak tahu, gugling dah :p Hehehe.

Di umurnya yang ke-87 tahun, tambiku masih saja kuat main catur. Catur? Iyaaaa…Tambi hobi banget main catur. Bahkan jika mendengar cerita mina dan omku, almarhum Bue(Bue=kakek, bahasa Dayak) semasa hidupnya dulu kalah kalau bertanding catur dengan tambi. Kalah beneran lho ini, bukannya dia mengalah. Keren kan tambiku \(“,)/ Nah, kalo hobi ini diwariskan ke almarhum papahku. Papahku juga hobi berat main catur, Cuma hobi sih, sayang gak diseriusin, padahal menutur Mamah, pernah suatu kali Papahku melawan Utut Adianto dan dia menang #proud, hehehe. Di masa tuanya, di usianya yang 87 tahun ini, tambiku hampir tiap hari bermain catur melawan...DIRINYA SENDIRI.LOL. Serius, tambi main catur sendirian melawan dirinya sendiri, hehehe. Mantap kan?

Satu lagi hobi tambiku yang baru kusadari (akhirnya) menurun juga ke aku adalah… JRENG…JRENG…MEMBACA!!!
Seandainya dokter tidak menyuruhnya mengurangi aktivitas ini, mungkin selain catur, membacalah yang akan dilakukannya tiap hari. Tambi diminta dokter mengurangi membaca karena di usianya ini, terlalu banyak membaca membuatnya pusing. Pasti sulit sekali untuk tambi mengurangi hobinya ini, secara aku ingat,dulu setiap tambi berkunjung ke Palangka Raya, atau aku yang main ke Bejarum, pertanyaan tambi adalah:
“Ada buku barumulah cu?”, ini artinya tambi mau pinjam bukuku buat dibacanya.
Mau gak mau, suka gak suka, keluarlah koleksi buku yang baru kubeli, emang tega gitu nolak tambi yang mencari sebongkah bacaan? Hehehe. Sewaktu aku SD, malahan satu rumah kami membaca buku silat karangan Kho Ping Ho, bergantian, aku, papahku dan tambi, seruuuuu…Hahaha. Tambi suka membaca buku apa saja. Tambi gaul d^^b

Dulu tambi suka kesana kemari, Pangkalan Bun-Sampit-Palangka Raya-Banjarmasin (balik lagi) untuk mengunjungi anak dan cucunya. Tak pernah dia bertahan lama di satu tempat, padahal maunya anak cucunya mbok sekali tinggal di suatu tempat ya berbulan-bulanlah biar dia gak terlalu lelah, apa daya tambi tak bisa dilarang. Saat mamahku pernah mengingatkan tambi untuk menjaga kesehatan dan gak terlalu sering bepergian dalam waktu singkat, jawaban tambi adalah:”Biar am Mamah Mega, ada aja waktunya nanti aku gak bisa kemana-mana”. Yah, benerlah kata tambiku, saat ini karena penyakit rematiknya, tambi semakin sulit bepergian kemana-mana, berdiri saja dia gak bisa sendiri, harus ada yang memegangnya. Untuk berjalan, harus ada yang memapahnya. Sebelum berangkat ke pernikahanku semalam, tambiku sempat berujar kalau dia tidak akan datang karena sulit baginya untuk pergi, kakinya gak kuat. Eh, tahu-tahu tambi minta pergi dan berkata, “Ini terakhir kalinya aku jalan sampai sini (Palangka Raya)”, sedih juga mendengarnya berucap demikian tapi aku senang tambi bisa datang. Sungguh-sungguh berdoa semoga Tuhan berikan umur panjang dan kesehatan untuk tambiku ^^

Ini adalah ayat Alkitab yang sering dikutip tambiku akhir-akhir ini:

Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap. Mazmur 90:10

Sedih kan mendengarnya mengucap demikian?

Setiap kami bertemu, dan berpisah kemudian, tambiku akan menangis haru seolah-olah itu pertemuan terakhirnya. Demikian juga kami, anak dan cucunya yang berada jauh darinya tak kuasa juga menangis. Air mata tambi menular :p Kemarin juga, sehari setelah acara di Palangka Raya, tambi beserta omku kembali ke Bejarum, lagi-lagi tambi menangis…aku juga menangis.
”Yang rukunlah cu sama suami….”, demikian pesan tambi.
“Iya Mbi, pasti. Tambi sehat-sehatlah, nanti kita ketemu lagi”.

Kasongan, 15 Juni 2015
-Mega Menulis-

No comments: