#NulisRandom2015
Hari ke-14
Hari ke-14
Gara-gara ngomongin harmonika tambiku sama Echa, jadi pengen
nulis tentang tambiku.Ini dia tambiku. Tambi tu bahasa Dayak yang artinya ‘nenek’,
jadi tambi ni ibunya papahku. O, iya ini foto tambiku waktu menghadiri resepsi
pernikahan kami bulan Mei kemarin:
Umurnya dah 87 tahun looo…
Dan aku ngobrolin tambiku sama Echa karena teringat tambi
yang hobi banget main harmonika mengalunkan lagu-lagu Kidung Jemaat. Eh, tau
harmonika gak sih? Alat musik tiup harmonika ni, emang gak sepopuler alat musik
lain semacam gitar, keyboard, biola, dll. Mungkin yang bisa mainkan ni alat musik
juga gak banyak. Ini nih harmonika, kalau mau tahu klik sini ya
Tambiku jago banget mainnya, sayang anak-anaknya gak ada
yang bisa memainkan harmonika selihai tambiku. Cucunya apalagi :p Daku
melambaikan tangan ke kamera deh kalau disuruh main ini, satu-satunya alat musik
yang bisa aku mainkan Cuma recorder. Eh, tau recorder kan? Jangan bilang gak
tahu juga. Kalo gak tahu, gugling dah :p Hehehe.
Di umurnya yang ke-87 tahun, tambiku masih saja kuat main
catur. Catur? Iyaaaa…Tambi hobi banget main catur. Bahkan jika mendengar cerita
mina dan omku, almarhum Bue(Bue=kakek, bahasa Dayak) semasa hidupnya dulu kalah
kalau bertanding catur dengan tambi. Kalah beneran lho ini, bukannya dia
mengalah. Keren kan tambiku \(“,)/ Nah, kalo hobi ini diwariskan ke almarhum
papahku. Papahku juga hobi berat main catur, Cuma hobi sih, sayang gak
diseriusin, padahal menutur Mamah, pernah suatu kali Papahku melawan Utut
Adianto dan dia menang #proud, hehehe. Di masa tuanya, di usianya yang 87 tahun
ini, tambiku hampir tiap hari bermain catur melawan...DIRINYA SENDIRI.LOL.
Serius, tambi main catur sendirian melawan dirinya sendiri, hehehe. Mantap kan?
Satu lagi hobi tambiku yang baru kusadari (akhirnya) menurun
juga ke aku adalah… JRENG…JRENG…MEMBACA!!!
Seandainya dokter tidak menyuruhnya mengurangi aktivitas
ini, mungkin selain catur, membacalah yang akan dilakukannya tiap hari. Tambi diminta
dokter mengurangi membaca karena di usianya ini, terlalu banyak membaca
membuatnya pusing. Pasti sulit sekali untuk tambi mengurangi hobinya ini,
secara aku ingat,dulu setiap tambi berkunjung ke Palangka Raya, atau aku yang
main ke Bejarum, pertanyaan tambi adalah:
“Ada buku barumulah cu?”, ini artinya tambi mau pinjam
bukuku buat dibacanya.
Mau gak mau, suka gak suka, keluarlah koleksi buku yang baru
kubeli, emang tega gitu nolak tambi yang mencari sebongkah bacaan? Hehehe. Sewaktu
aku SD, malahan satu rumah kami membaca buku silat karangan Kho Ping Ho,
bergantian, aku, papahku dan tambi, seruuuuu…Hahaha. Tambi suka membaca buku
apa saja. Tambi gaul d^^b
Dulu tambi suka kesana kemari, Pangkalan Bun-Sampit-Palangka
Raya-Banjarmasin (balik lagi) untuk mengunjungi anak dan cucunya. Tak pernah
dia bertahan lama di satu tempat, padahal maunya anak cucunya mbok sekali
tinggal di suatu tempat ya berbulan-bulanlah biar dia gak terlalu lelah, apa
daya tambi tak bisa dilarang. Saat mamahku pernah mengingatkan tambi untuk
menjaga kesehatan dan gak terlalu sering bepergian dalam waktu singkat, jawaban
tambi adalah:”Biar am Mamah Mega, ada aja waktunya nanti aku gak bisa
kemana-mana”. Yah, benerlah kata tambiku, saat ini karena penyakit rematiknya,
tambi semakin sulit bepergian kemana-mana, berdiri saja dia gak bisa sendiri,
harus ada yang memegangnya. Untuk berjalan, harus ada yang memapahnya. Sebelum
berangkat ke pernikahanku semalam, tambiku sempat berujar kalau dia tidak akan
datang karena sulit baginya untuk pergi, kakinya gak kuat. Eh, tahu-tahu tambi
minta pergi dan berkata, “Ini terakhir kalinya aku jalan sampai sini (Palangka
Raya)”, sedih juga mendengarnya berucap demikian tapi aku senang tambi bisa
datang. Sungguh-sungguh berdoa semoga Tuhan berikan umur panjang dan kesehatan
untuk tambiku ^^
Ini adalah ayat Alkitab yang sering dikutip tambiku
akhir-akhir ini:
Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap. Mazmur 90:10
Sedih kan mendengarnya mengucap demikian?
Setiap kami bertemu, dan berpisah kemudian, tambiku akan
menangis haru seolah-olah itu pertemuan terakhirnya. Demikian juga kami, anak
dan cucunya yang berada jauh darinya tak kuasa juga menangis. Air mata tambi
menular :p Kemarin juga, sehari setelah acara di Palangka Raya, tambi beserta
omku kembali ke Bejarum, lagi-lagi tambi menangis…aku juga menangis.
”Yang
rukunlah cu sama suami….”, demikian pesan tambi.
“Iya Mbi, pasti. Tambi sehat-sehatlah, nanti kita ketemu
lagi”.
Kasongan, 15 Juni 2015
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment