Aku benar-benar prihatin dengan
bagaimana orang berhutang sekarang.
Jadi, beberapa hari lalu aku
diceritain temanku yang temannya mau pinjam uang satu juta ke dia untuk beli
mainan anaknya. Lah, trus apa masalahnya Meg?
Masalah dong kalau :
Beli mainan pakai berhutang.
MAINAN lo iniiii…
Penghasilanmu sebulan gak nyampe
sejuta tapi mau beli mainan harga segitu.
Jenis mainannya hanyalah
pagar-pagar plastik pembatas buat main, yang tentunya gak bakal dipakai lama
(aku bisa ngomong ini karena aku mom of 2).
Suamimu gak tahu kamu pinjam uang
segitu dan bakal marah kalau tahu. Lah, berarti dalam berkeluarga ada rahasia
dong dalam pengelolaan keuangan.
Jadi temannya temanku ini bekerja
part time dengan penghasilan kurang dari sejuta tiap bulan, suaminya bekerja di
kota lain. Saat ini dia masih tinggal bersama orang tuanya (berarti belum punya
rumah sendiri kan ya berarti). Anaknya berumur kurang lebih setahun, berarti
kebutuhan masih besar sekali untuk popok dan susu. Masalah kan?
Jadi, gak boleh berhutang Meg?
Jujur, aku masih berhutang. Tapi
ya gak buat beli mainan keles ^^’ Tiap orang mungkin punya pendapat sendiri,
tapi kalau aku sebagai peminjam,
waktu berhutang aku :
Berhutang dengan perhitungan, pastikan punya uang untuk membayarnya
Logis gak penghasilan cuma sejuta
lalu berhutang sejuta buat beli mainan? Lalu ntar bayarnya pakai apa? Mau makan
pakai apa? Bayar keperluan yang lain gimana? Okelah dalam kasus di atas dia
punya suami berpenghasilan tapi ceritanya kan dia mau berhutang tanpa
sepengetahuan suaminya. Kita harus berhitung, kalau saya berhutang sekian,
skema pembayarannya berapa bulan, berapa kita akan mencicil, sanggup gak
menyisihkan uang sejumlah sekian selama beberapa lama untuk membayar. Jangan
halu. Aku sering pakai kartu kredit suami untuk membeli tiket, pesan hotel,
dll. Tapiiii….Biasanya sebelum jatuh tempo sudah dibayar dan uangnya pasti ada
karena itu dinas dari kantor. Jadi jangan asal berhutang kalau gak sanggup
bayar.
Saat ini aku punya tanggungan
kredit dua buah rumah dan LM (logam mulia). Kenapa aku berhutang? Harga rumah
memang mahal aku belum bisa beli cash, lalu untuk beberapa alasan tertentu
memang aku gak mau kalau harus menabung dulu baru membeli rumah. Kalau LM, karena
pas beli harganya sedang murah dan ada cicilan 0% dari kartu kredit suami.
Hitung-hitung, bisa menyisihkan dari bulanan. Cus…Beli deh. Jadi, pikir dulu deh
sebelum berhutang.
Kasih tahu suami (khusus yang berkeluarga)
Kenapa harus kasih tahu suami?
Karena kalau suami isteri tu apa-apa milik bersama, bukan cuma harta, utangnya
juga. Kecuali yang punya perjanjian pra nikah lah ya. Yang kagak, jangan
coba-coba ngutang deh, ntar kalau ketahuan pecah perang dunia. Lagian, kalau
suami isteri gak jujur masalah keuangan berarti bisa jadi indikasi kalau gak
ada keterbukaan. Mosok mau mempertaruhkan keutuhan rumah tangga cuma gara-gara
hutang. Buatku nggak bangetlah ya.
Nah, dari segi yang meminjamkan.
Well, untuk sekarang aku gak mau
meminjamkan uang ke orang, hahahaha. Bukannya apa, lah aku aja masih punya
tanggungan hutang, mosok aku ngasih utang. Dodol kan? Gak mau ah sok kaya,
padahal gak punya. Malu. Mungkin nanti bisa, tapi itu pun aku pasti bakal tanya pinjam untuk apa dan minta
perjanjian tertulis.
“Yaelah Meg, masa kamu gak
percaya sama aku?”
Kalau ada yang bilang kayak gini
waktu pinjam uangku, aku bakal balik bilang,”Lah, emang kamu niat gak bayar?
Ngapain takut ada perjanjian?”.
Di mana-mana, kalau orang perlu
pinjaman bakal ngemis-ngemis, giliran yang dihutangin nagih kebalik, yang
pinjemin yang ngemis-ngemis. Jadi curcol nih aku, hahaha.
Palangka Raya, 7 Januari 2021
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment