Kali ini, kita akan belajar dari seorang perempuan anonim—tidak diketahui siapa namanya—yang ada di Perjanjian Baru. Sebelumnya, yuk kita baca Markus 21:41-44 dan Lukas 12:1-4. Secara khusus, ada dua ayat yang akan kita soroti; yaitu:
“Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."
(Lukas 21:4)
Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."
(Markus 12:44)
***
Baik Markus maupun Lukas memberikan kesaksian yang sama tentang janda miskin ini. Ya, dia memberi dari kekurangannya, dan semua yang ada padanya—yaitu seluruh nafkahnya. Artinya, kalau janda ini memberikan persembahan, maka hari itu dia tidak bisa makan. Lah, gimana bisa makan, wong semua yang ada padanya habis.
Ta… tapi… kalau dikurskan ke rupiah, sebenarnya satu peser itu berapa, sih? Kok, kayaknya dikit banget nilainya.
Dalam artikel di sini, dikatakan bahwa 1 dinar (upah kerja sehari) senilai dengan 128 peser. Kalau upah kerja sehari (dalam kurs rupiah) diumpamakan sebesar 30 ribu, maka 30 ribu itu dibagi 128—hasilnya 234 peser. Di atas dinyatakan bahwa janda miskin itu memberi 2 peser; jadi nilai pemberiannya itu setara ±460 rupiah. Itu kalau upah sehari tiga puluh ribu rupiah, lhooo… Kalau nominalnya berbeda, silakan hitung sendiri.
Yang jelas, nilainya kecil sekali, bahkan untuk makan pun sebenarnya gak cukup. Ckckckck… Bayangin, deh. Apa sih, yang dipikirkan janda miskin itu waktu memberikan uangnya!? Kalau aku, yang aku pikirkan adalah: Dia pasti sudah gila!
Tapi Yesus memujinya.
Iya, janda yang memberi dari kekurangannya ini dipuji Yesus. Well sebenarnya, adalah hal yang mudah kalau kita memberi dari harta yang berlimpah. Tapi kalau buat hidup sehari-hari aja kita kekurangan, apa lagi yang bisa diberikan? Nah, pemberian janda miskin ini menunjukkan kalau dia:
1) Mempercayai Tuhan sepenuhnya yang akan mencukupkan segala keperluannya
Saat janda miskin ini memberikan segala yang dimilikinya, sepertinya dia tidak mengkuatirkan apa yang akan dia makan nantinya. Seakan-akan dia tahu, dia hidup bukan dari uang yang dimilikinya tapi karena dia tahu Allah lah yang memelihara kehidupannya. Dia telah menyerahkan kekuatirannya kepada Tuhan sepenuhnya.
2) Mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati
Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
(Matius 6:21)
Seseorang pernah berkata kepada saya: Tunjukkanlah di mana pengeluaran terbesarmu, di situlah hatimu berada. Itulah yang kamu anggap paling penting. Hm, sekarang kita tahu dengan jelas di mana hati janda miskin ini berada, vice versa. Kalau kita mengakui bahwa Tuhan yang bertahta dalam hati kita, maka seharusnya kita juga bersedia memberikan harta yang dimiliki kepada-Nya. Salah satu contoh yang bisa dilakukan adalah memberi bantuan dana ke ladang misi.
***
Oke, sekarang kita tahu bukti iman sang janda miskin kepada Tuhan. Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mengikuti apa yang dilakukannya itu?
// YOU ARE WHAT YOU ARE THINKING. Pikiranmu akan menentukan tindakanmu
Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci , semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
(Filipi 4:8)
Kalau kita merasa dan berpikir selalu kekurangan, sampai kapan pun kita tidak akan pernah memberi. Kapan kita merasa lebih? Atau merasa cukup? Wong kebutuhan manusia tidak terbatas kok. Setelah punya A, ingin B. Setelah punya B, ingin C. Dan seterusnya. Kita harus mulai berhenti mengasihani diri sendiri! Jangan cuma fokus memikirkan diri sendiri. Kita hidup bukan hanya untuk diri sendiri.
// BERSYUKUR
Saat bersyukur terasa sulit, mulailah menghitung berkat yang sudah kita terima dan bersyukurlah. Menghitung berkat yang kita terima melimpahkan rasa syukur di hati kita. Kalau kita nggak bersyukur, seberapa banyak pun yang kita miliki, kita nggak akan pernah merasa cukup. Contohnya, kita bisa menuliskan gratitude journal di penghujung hari. Percaya deh, saat kita membaca hari-hari yang kita lalui, kita akan kembali disadarkan bahwa ada banyaaaakkk hal yang Tuhan berikan bagi kita. Kalau sudah begitu, apakah kita masih ingin ngomel-ngomel pada-Nya?
// PERCAYALAH SEPENUHNYA KEPADA TUHAN YANG AKAN MEMENUHI SEGALA KEPERLUANMU
Ada banyak ayat yang membahas hal ini, di antaranya:
TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Mazmur 23:1
Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.
Mazmur 55:23
Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
Matius 6:26-27
Ketakutan mengalami kekurangan adalah tanda ketidakpercayaan kita kepada Tuhan. Tapi kalau dipikirkan baik-baik, pernahkah kita kekurangan?
Satu hal yang harus kita yakini: Tuhan selalu memberi apa yang kita butuhkan, bukan yang kita perlukan. Seperti yang dikatakan Yesus di poin ketiga, Tuhan berjanji bahwa Dia senantiasa memelihara kita. Burung dan bunga saja dipelihara, apalagi kita! Don’t be afraid! Anyway, aku nggak tahu nasib janda miskin itu setelah memberikan persembahannya; tapi aku percaya Tuhan memberkati dia.
“Tapi ini masa susah, bagaimana mungkin aku memberi?”
Masa ini boleh susah, tapi belum tentu kita akan hidup susah. Yuk, kita berjuang bersama untuk belajar memercayai Tuhan, dan beriman bahwa Dia akan menggenapi janji-Nya pada waktunya.
// MEMBERILAH DENGAN TAAT DAN TULUS
“Hah? Emangnya bisa!?”
Kita bisa memberi dalam ketaatan dan ketulusan kok, Pearlians. Tiga ayat berikut menegaskan hal itu:
“Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.”
(Amsal 11:24-25)
“sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.”
(Kisah Para Rasul 20:35b)
Tuhan berjanji memberikan kebahagiaan bagi mereka yang memberi. Bukan karena mengharapkan balasan yang berlipat dari Tuhan, tapi karena mereka tahu bahwa ketaatan dan ketulusan akan mendatangkan sukacita. Yups, sukacita memberi berasal dari Tuhan. Bahkan Dia memberikan janji yang indah ini:
“Ada limpahan kasih karunia dari Allah supaya kita senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.”
(2 Korintus 9:8)
--**--
Setelah kita membaca artikel ini, siapkah kita memberi?
“Hmmm… Kalau kamu gimana, Meg?”
Aku? Aku harus mengakui kalau aku bukan orang yang suka memberi. Ada ketakutan kalau banyak memberi, nanti aku akan kekurangan. Apalagi belakangan ini aku merasa nggak cukup dengan apa yang aku miliki. Tapi janda miskin ini mengajariku untuk memercayai Tuhan sepenuhnya, seberapa besar aku percaya Tuhan sanggup memenuhi segala keperluanku…
Kalau janda miskin ini bisa, kenapa kita nggak?
Ditulis untuk Majalah Pearl
No comments:
Post a Comment