Friday, November 5, 2010

“Ia menyegarkan jiwaku.”

“Ia menyegarkan jiwaku.”




Biasanya kita berasumsi, bahwa orang-orang yang dalam pemeliharaan Tuhan sang Gembala Agung gak akan begitu tertekan jiwanya sampai-sampai perlu dipulihkan apalagi disegarkan. Tapi kenyataannya gak demikian. Bahkan Daud pun tahu rasanya ditolak dan putus asa. Dia tau rasanya frustasi, bahkan jatuh dalam dosa.



Ada kesamaan yang tepat dengan hal ini dalam memelihara domba. Terdapat suatu kondisi dan situasi dari domba yang ”jatuh” atau ”terjerembap”. Ini adalah istilah untuk domba yang telentang dan gak bisa bangkit lagi. Domba yang seperi ini adalah pemandangan yang menyedihkan, dengan punggung di bawah dan kaki di udara, dia berusaha mati-matian untuk berdiri, tapi gagal. Dia akan mengembik minta tolong, didera rasa frustasi sampai akhirnya stres dan mati, kalo tidak segera ditolong. Saat-saat dia dibangkitkan lagi oleh gembala adalah saat dia dipulihkan dan disegarkan.



Terjadinya seperti ini. Seekor domba yang berat, gemuk, atau berbulu panjang tidur di sebuah lubang kecil atau merunduk di tanah. Dia mungkin berguling sedikit untuk relaks. Tiba-tiba pusat gravitasi bergeser sehingga punggungnya tertarik cukup jauh sampai kakinya tidak menyentuh tanah lagi. Saat si domba sedang telentang dalam perjuangan itu, gas menumpuk di lambungnya. Keadaan ini akan semakin parah, sirkulasi darah mereka cenderung melambta dan terhenti ke anggota badan, terutama kaki. Jika cuaca panas dan terik, seekor domba yang terjerembap dapat mati dalam beberapa jam.



Kita menemukan bahwa sering kali kita jatuh waktu kita paling yakin dengan diri sendiri. Paulus dalam tulisannya kepada jemaat di Korintus juga bilang, ”Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh.” (1 Kor 10:12).



Seperti pada domba, begitu pula dengan kita, beberapa hal pada domba membantu kita memahami kenapa kita bisa jatuh:



1. Adanya kecenderungan memilih tempat yang empuk

Domba yang memilih tempat yang nyaman, empuk, sebagai temmpat berbaring, seringkali menjadi terjerembap, mudah terguling, dan jatuh terlentang. Sama seperti kita, ada bahaya yang besar kalau kita selalu mencari tempat yang mudah, atau nyaman, posisi yang enak dimana tidak ada kesukaran, dan gak ada tuntutan untuk mendisiplinkan diri. Kadang-kadang, sang Gembala yang baik perlu menggiring dombaNya ke padang rumput yang tidak terlalu mudah, untuk kebaikan dombanya dan untuk kepentinganNya.DombaNya perlu belajar mengorbankan atau menghentikan jalan yang mudah, kehidupan yang lunak dan pojok nyamannya.



2. Mempunyai wol terlalu tebal

Tidak ada seorang imam besar pun yang diperbolehkan mengenakan wol ketika ia memasuki ruang maha kudus. Ini berbicara tentang keakuan, kesombongan, kesenanga pribadi-dan Tuhan tidak dapat mentolerir itu. Kalo kita mau berjalan terus bersama Tuhan tanpa jatuh terjerembap, kita perlu membuang wol yang kita kenakan.

Domba yang berbulu panjang dan lebat perlu dicukur. Gak mudah melakukan ini, karena domba gak senang bulunya dicukur, perlu kerja keras sang gembala. Sebenarnya si domba juga akan lega kalo semua bulunya dah dicukur. Dia dibebaskan. Seringkali bulunya dipenuhi pupuk, lumpur, duri-duri, ranting dan kutu. Leganya jika sudah bebas. Begitu pula saat Tuhan melepaskan kita sari kehidupan lama kita, mungkin urusan itu gak menyenangkan, kita mungkin akan memberontak, tapi waktu semua sudah selesai, kita merasakan pemulihan dan kesegaran.



3. Terlalu gemuk

Domba yang terlalu gemuk akan mudah jatuh. Karenanya sang gembala akan menempatkan domba-domba di rerumputan yang lebih keras, mereka akan mendapatkan gandum lebih sedikit. Hal ini bertujuan agar si domba menjadi kuat, kekar dan energik, bukannya gemuk, lembek dan lemah. Begitu pula di kehidupan kita, ada orang-orang yang merasa diri berhasil, atau bertumbuh hanya sampai disitu saja. Mereka merasa sudah sejahtera dan terlalu yakin pada diri sendiri, hal ini bisa menyebabkan kejatuhan. Mungkin saat ini, Tuhan mengenakan semacam ”diet” atau ”hukuman” yang gak enak bagi kita, tapi yakinlah, ini untuk kebaikan kkita.



Sumber: A Shepherd Looks At Psalm 23-W. Phillip Keller



Kasongan, 22 Juli 2010

-Mega Menulis-

No comments: