Aku bukan termasuk orang yang memberi dengan spontan, kalo pun aku memberi, aku dah punya perencanaan, punya jadwal, punya perhitungan, pos-pos mana dari yang ada, berapa jumlahnya, kepada siapa, untuk apa. Sebelumnya aku sudah memikirkan dan memperhitungkan segalanya, aku sudah konsultasi dulu sama konsultan keuanganku yang sudah berpengalaman (Roh Kudus) tiap awal bulan ato pas dapat duit, jadi hasil konsultasi itulah yang akan aku berikan, jarang aku nanya-nanya lagi sesudahnya. Bukannya aku hitung-hitungan sama Tuhan, hehehe, tapi aku suka keteraturan. Dan kupikir dalam memberi pun kita harus teratur, harus dipersiapkan, jadi gak asal memberi. Iya kan? Hohohohoho.....
Hmm, jadi...kalo merujuk pada tipe2 memberi yang pernah diajarkan kak Johan, aku termasuk orang yang memberi dengan keteraturan. That’s me....hehehehehe.....
O, iya, jadi aku kadang jengkel kalo ngeliat orang yang pas kantong persembahan diedarkan eh dianya baru sibuk nyari uang persembahannya, udah dekat kolektannya dia masih sibuk nyari-nyari gitu, apalagi ngeliat orang yang sibuk nukar uang buat persembahan sesaat sebelum persembahan diedarkan. Cape decchhh.....
Tapi aku mengalami sendiri, memberi di luar jadwal ato perencanaan yang aku buat ternyata merupakan pengalaman yang menarik. Melakukan sesuatu di luar kebiasan memberikan hal-hal yang di luar dugaan , ada unsur kejutan di dalamnya, hohohohoho.
Sewaktu aku mengunjungi keluargaku di kota lain, hari Minggunya aku beribadah di Gereja setempat. Aku selalu menyiapkan persembahan yang akan aku berikan dari rumah. Jadi gak pernah aku nanya lagi, Tuhan, sebenarnya saat ini Kau ingin aku memberikan berapa? Secara, aku kan udah konsultasi di awal bulan, hehehehe. Tapi hari itu ada yang berbeda, khotbah pendetanya bilang, kalo mau dengar suara Tuhan kita harus mau taat dengan apapun yang dikatakanNya. Mulailah dengan tanya apa yang Tuhan mau, dengan hati yang bertekad untuk melakukan apapun perkataanNya. Seringkali kita gak mau nanya apa yang Tuhan mau karena kita takut apa yang Tuhan mau beda dengan apa yang kita mau. Padahal, ngapain takut, toh gak mungkin Tuhan ingin hal yang buruk-buruk kan?
Oke deh, aku mau coba, aku mau taat. Jadi sebelum kantong persembahan diedarkan aku nanya: Tuhan, sebenarnya kali ini Tuhan mau aku memberikan persembahan berapa? Diam. Hening. Gak ada tuh suara Tuhan ato suara dari sorga yang tiba-tiba muncul dan bilang nominal yang harus aku berikan. Aku tersenyum. Oke deh..... Berarti jumlah yang biasanya kan God?
Dan saat aku mau ngambil persemabahan yang dah aku siapkan, aku malah ngerasain dorongan untuk memberikan nominal yang berbeda dari yang biasanya aku berikan, lebih besar.... Gubrak!!! Hadoh, kalo ini benar apa yang Tuhan mau, berarti benar dah kejadian yang dibilang pendeta tadi, emang beda nih sama yang aku mau. Sampe sempat berucap dalam hati, serius nih God, masa sih segitu, ntar aku gimana jajan pas jalan-jalan (itu kan hari Minggu, jadi kami mau jalan-jalan pulang dari gereja, mana ada jalan-jalan gak perlu duit kan?^^’). Masi sempat juga bilang ke diri sendiri, berhikmat Meg.....
Setelah baku hantam dalam diriku antara the dark side dan the bright side, akhirnya dengan berat hati aku serahkan nominal yang gede tadi, hikssss.....Jadi kapok nih nanya lagi God. Sekali-kalinya nanya gitu, kok langsung Tuhan jawab gueeedeeee gitu. Hiks.....
Saat pulang dari Gereja aku masih meratapi kejadian tadi, tragis..... Melayanglah rencana jalan-jalan ntar. Emang sih ada perasaan bangga dalam diriku karena berhasil taat dan mengalahkan keinginanku. Kenapa bangga? Karena ternyata taat tu gak gampang, sekalinya kita berniat taat, Tuhan gak nanggung-nanggung loooo...... Itu pelajaran yang aku dapat, hehehehehe......
Pulang dari Gereja, aku dipanggil sama omku dan tiba-tiba dikasih uang yang nilainya 4x lipat dari persembahan yang tadi aku berikan di Gereja. Aku sampe bengong, gak percaya. Hadohh...... Tuhan pasti lagi bercanda kan sama aku? Kok bisa-bisanya sih, hehehehe. Ada-ada aja nih..... Thank’s God. Aku senang banget. Tuhan ternyata gak pernah ngutang ya? Wekekekekekkkk. Aku senang bukan main.
Pelajaran lagi,ternyata apa yang kita tabur, kita tuai berlipat ganda, hohohohoho. Gak deng, pelajaran yang gak aku lupakan sampai sekarang dari apa yang aku alamin hari itu bukan sekedar tabur-tuai gitu kok. Tuhan memperhitungkan setiap ketaatan kita, itu yang aku pelajari.
Kasongan, 29 September 2010
-Mega Menulis-
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Karakter di Dunia Kerja
Dari kecil karakter seseorang mulai terbentuk. Kalau sudah dewasa, sulit mengubah karakter seseorang. Jadi kalau kamu berkarakter buruk saat...
-
“Kerjakan apa yang menjadi bagianmu, dan Allah akan mengerjakan apa yang menjadi bagianNya.” Siapa yang pernah mendengar kalimat itu??...
-
GOOD RIDDANCE Tahu artinya gak? Ato...Pernah dengar gak kalimat demikian? Iyeee...itu bahasa Inggris, kalo dicari di kamus artinya...
-
“Mosok aku sih yang ngerjain kayak gitu.”, pikirku. Aku melihat setumpuk surat di atas meja kawanku dengan rasa malas. Sudah menjadi t...
No comments:
Post a Comment