Saturday, February 14, 2015

No More Christmas Christians



Sudah menjadi kebiasaan di daerah asal saya (Palangka Raya), momen Lebaran dan Natal menjadi momen bersilaturahmi dengan orang lain. Jika di hari raya Lebaran, saudara kita yang muslim membuka pintu rumah selebar-lebarnya, demikian juga saat Natal,mereka yang beragama Kristen bergantian melakukan hal tersebut. Pada hari itu, pintu-pintu yang selama ini tertutup,TERBUKA LEBAR, dari pagi hingga malam hari. Sang tuan rumah menyediakan rumahnya, waktunya, uang dan tenaganya bagi orang lain. Tetangga, teman dan kerabat yang biasanya memiliki kesibukan masing-masing di hari lain, tiba-tiba muncul di rumah kita, menyediakan waktunya secara khusus untuk berkunjung. Tak jarang, di jam istirahat siang pun, sang empunya rumah tidak dapat menutup pintunya karena tamu terus berdatangan. Tamu  yang datang pun sering kali bukan orang yang kita kenal, alias orang asing. Serius. Gak tahu tuh siapa, dari mana, anak siapa, tinggal dimana, tahu-tahu memasuki rumah kita, berkenalan, mengobrol bersama,menikmati makanan bersama, berbagi cerita dan tertawa bersama.

Saat kuliah, saya baru menyadari kalau apa yang kami lakukan merupakan sesuatu yang istimewa, rupanya di daerah lain hal ini tidak terjadi, kalau pun ada acara bersilaturahmi di momen-momen serupa, yang datang hanya orang yang dikenal, entah saudara, teman, tetangga, dan rekan kerja. Saat saya menceritakan apa yang kami lakukan di daerah saya, teman dari daerah lain malah keheranan mendengar kami membuka pintu rumah untuk orang asing. Apa itu tidak menjadi momen yang canggung, demikian pertanyaan mereka. Dan  saya menggeleng kepala kuat-kuat. Yang kami rasakan adalah, itu menjadi momen bagi kami untuk berbagi.  Momen yang menyenangkan. Momen untuk berbagi kasih. Sayang, hanya berlangsung setahun sekali.

Bagaimana jika ternyata kita semua bisa melakukan hal yang sama setiap harinya?
Tidak hanya pada hari Natal, ternyata kita bisa bersikap ramah dan membuka rumah kita bagi orang lain (yang bahkan tidak kita kenal) pada hari lain ^^ Dan melampaui dari sekedar membuka pintu rumah kita, ternyata kita dapat membuka hati kita bagi orang lain. SETIAP HARI. Mengasihi mereka dengan cara-cara sederhana yang menunjukkan bagaimana Allah mengasihi mereka.
“Ah, merepotkan Meg. Lagipula ngapain sih melakukan itu? Setiap hari lagiiii…Helloooww… ^^
Lah, bukannya itu perintah Tuhan?
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Lukas 10:25

Sebagai surat Allah yang terbuka, setiap hari kita memiliki kesempatan mencerminkan kasih-Nya dengan menjangkau orang lain, mengundang mereka untuk melihat Tuhan yang sebenarnya melalui sikap hati, perkataan dan perbuatan kita. Allah kita adalah Allah yang hangat looo… Dia penuh kasih dan penuh perhatian pada orang lain. Dia peduli. Dia penuh belas kasihan. Kebaikan dan kemurahanNya dirasakan mereka yang ada di sekelilingNya.  Bukankah sangat indah jika orang lain dapat melihat Yesus yang hidup di dalam kita?
Membuka hati bagi orang lain dan mempersilakan mereka mulai memasukinya bukanlah hal yang mudah, apalagi jika setiap harinya kita terbiasa bersikap tidak peduli pada orang lain. Jika membuka rumah kita setahun sekali pada hari Natal saja memerlukan usaha dan pengorbanan, apalagi membukanya setiap hari bagi orang lain. Mengundang orang lain masuk dalam hidup kita berarti membuka hati bagi orang lain dengan menunjukkan kepedulian dan kasih. Selalu sulit di awal-awal, namun jika hal tersebut telah menjadi gaya hidup, lambat laun akan menjadi mudah, setiap hari kita dapat melakukannya tanpa merasa terbeban.

Bagaimana caranya menjadikan hal ini (membuka rumah dan hati kita bagi orang lain) sebagai gaya hidup?
1.      Mengambil Inisiatif
Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Roma 12:10
Berinisiatif berarti membuka pintu bahkan sebelum orang lain mengetuk, memberikan undangan terucapkan maupun tidak terucapkan bagi orang lain untuk masuk ke dalam rumah dan hati kita tanpa kita tahu apakah undangan tersebut akan bersambut atau tidak. Undangan tersebut dapat berupa senyuman dan anggukan, menolong orang lain tanpa diminta dan berbagai hal kecil yang menunjukkan kita bersedia menawarkan keramahan. Bahkan pembicaraan sederhana dengan seseorang dapat menunjukkan kepedulian kita. Menawarkan makanan yang kita miliki untuk seseorang yang tidak kita kenal pun dapat menjadi cara untuk membuka perbincangan, hal yang mungkin tidak pernah kita sadari sebelumnya. Saat kita memiliki inisiatif memulai percakapan dengan orang lain, kita sedang mengetuk hatinya dan kita dapat mulai bertamu menawarkan kasih dan keramahan Kristus kepadanya. Mulailah tersenyum lebih dahulu kepada orang lain. Mulailah menanyakan kabar seseorang bukan sekedar basa-basi, tapi dengan kesungguhan. Mulailah tertarik pada kehidupan seseoran dan menaruh perhatian. Mulailah berinisiatif!

2.      Memiliki hati yang tulus
Janganlah menyeret aku bersama-sama dengan orang fasik ataupun dengan orang yang melakukan kejahatan, yang ramah dengan teman-temannya, tetapi yang hatinya penuh kejahatan. Mazmur28:3
Kita bisa mengucapkan perkataan yang ramah namun tanpa ketulusan. Kita selalu dapat berpura-pura mengundang orang lain memasuki hidup kita melalui perkataan, namun jika kita tidak dengan tulus melakukannya, wooo…hati-hati, orang lain dapat merasakan bila kita tidak tulus.  Dan bagaimana kita bisa menawarkan kasih Kristus bagi orang lain jika mereka merasakan kita tidak benar-benar peduli dan hanya berpura-pura saja?


3.      Peduli terhadap Kebutuhan Orang Lain
Penduduk pulau itu sangat ramah terhadap kami. Mereka menyalakan api besar dan mengajak kami semua ke situ karena telah mulai hujan dan hawanya dingin.
Kisah Para Rasul 28:2
Respon kita akan kebutuhan orang lain sudah jelas menunjukkan keramahan dan kasih yang nyata. Melampaui segala perkataan, kita memilih bertindak, dan ini akan membuka hati orang bagi kita. Siapa sih yang tidak akan mau membuka hatinya pada orang yang sudah jelas peduli padanya, gak Cuma omong doang.


4.      Menjadi orang yang mudah didekati
Jika ingin menjadi orang yang mudah didekati, kita harus belajar dari teladan Yesus yang sudah jelas ramah dan mudah didekati. Semua orang dari berbagai kalangan dapat berada di dekatnya, tidak peduli anak kecil atau orang dewasa, tidak peduli apa pekerjaannya, nelayan, pelacur, pemungut cukai, raja, pembesar-pembesar, hampir semua orang dapat mendekatinya dengan mudah. Yesus tidak pernah membatasi pergaulannya, Ia memilih bergaul dengan semua orang. Dan….Kebanyakan orang menyukaiNya \(“,)/ Berikut beberapa hal yang membuat Yesus mudah didekati, Dia :
a.      Tidak membeda-bedakan orang, semua sama di mataNya
Saat murid-muridnya menghalangi anak kecil yang ingin datang padaNya, Yesus membuka tangan dan hatinya lebar-lebar bagi anak kecil tersebut, Ia memberkati mereka (Markus 10:13-16). Jelas kan kalau Yesus mudah didekati? Seandainya Yesus tu orang yang kaku, yang jarang senyum, yang gak pedulian, kemungkina besar anak-anak takut mendekati Dia, tapi ngga tuh. Ia menyukai semua orang yang mau datang padanya, besar atau kecil, tua atau muda, Ia mengasihi mereka semua tanpa memandang rupa. Dia dengan leluasa berbaur dengan banyak orang, berjalan bersama mereka, mengajar mereka, makan bersama mereka, menyembuhkan dan mengautkan mereka.

b.      Tidak menghakimi orang lain
Saat orang lain mencemooh seorang wanita yang berzinah, Ia mengulurkan tangannya dan menerimanya (Lukas 7:36-50). Jika kita bersikap menghakimi orang lain, ini akan menghalangi kita untuk mendekat dan didekati oleh orang lain. Karena tidak ada orang yang merasa nyaman berada di sekeliling orang yang suka menghakimi orang lain. Orang lain tidak akan mau membuka hatinya pada seseorang yang punya kecenderungan suka menghakimi orang lain. Orang-orang yang dibebani perasaan bersalah perlu merasa leluasa untuk menghampiri orang-orang yang dapat membantu mereka memulihkan hubungan dengan Allah!

c.       Lemah lembut dan rendah hati
Kelemahlembutan dan kerendahan hati Yesus membuat orang lain betah berada di dekat Yesus. Ya iyalah, siapa yang tahan berlama-berlama berada dekat dengan seseorang yang kasar dan sombong. Yesus menunjukkan kelemahlembutan bukanlah kelemahan. Dibutuhkan kekuatan untuk memperlakukan orang lain dengan lemah lembut setiap saat. Yesus lemah lembut dan rendah hati, ini membuatNya mudah didekati orang lain.

Tuhan  juga meminta kita untuk menawarkan kasih dan keramahan bagi orang-orang yang bahkan tidak kita kenal dekat. Di zaman Perjanjian Lama, Tuhan memerintahkan orang Israel mengasihi orang asing yang tinggal bersama mereka.
Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu. Imamat 19:34
kasihilah dia (orang asing yang tinggal padamu) seperti dirimu sendiri, …
Sama seperti orang Israel diminta mengasihi orang asing yang tinggal pada mereka , Tuhan ingin kita mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri (Matius 22:39). Jika dalam kitab Imamat, orang Israel diminta Tuhan untuk mengasihi orang asing maka dalam perumpamaan Orang Samaria yang Murah Hati (Lukas 10:25-37) Yesus memberikan perumpamaan yang indah tentang siapa sebenarnya sesama kita.  Sesama kita bukan hanya orang yang kita kenal. Ini tentang mengasihi orang yang bahkan gak kita kenal dekat. Mereka yang bukan bagian dari komunitas kita. Bahkan mungkin saja mereka yang tidak kita tahu namanya. Orang asing ini bisa saja sopir angkot yang angkotnya kita naiki hari ini, atau sesama pengguna angkot, atau penjual buah langganan kita yang bahkan namanya pun tidak kita kenal, atau penjual martabak yang baru hari ini kita beli martabaknya, dan masih banyak orang lain yang kita jumpai setiap harinya, yang Tuhan minta untuk kita kasihi. Tuhan ingin menawarkan kasih dan keramahanNya kepada mereka melalui kita. Pertanyaannya, maukah kita?

Saat Tuhan berkata pada orang Israel: “Akulah TUHAN, Allahmu”setelah memerintahkan mereka mengasihi orang asing yang tinggal bersama mereka,  Dia ingin mengingatkan bahwa Dia telah bermurah hati dan berbuat baik kepada orang Israel seumur hidup mereka, bahkan saat mereka menjadi orang asing di Mesir. Dia ingin orang Israel meniru teladanNya yang gak pernah berhenti berbuat baik. Bahkan sebelum mereka mengenal dan mengasihi Dia, Ia telah menunjukkan kasihNya. Perintah yang sama juga berlaku bagi kita, Tuhan ingin kita memperlakukan orang dengan kasih dan keramahan tang berasal dariNya. Setiap perbuatan baik dan keramahan yang diberikan pada orang lain dapat menjadi sarana orang lain memuliakan Allah kita.  Sudah menjadi hal biasa jika kita bersikap ramah dan membuka hati bagi orang yang kita kasihi dan kita kenal baik. Tapi Tuhan mau memberikan pemisahan dan membedakan umat kepunyaanNya dan yang bukan. Umat kepunyaanNya akan dikenal karena mereka mengasihi orang lain bahkan orang asing karena Tuhan Allahnya.

Karena Allah kita adalah KASIH, maka Ia mau KASIHNya setiap saat memancar dari kita, umat kepunyaanNya. Bukan hanya pada saat Natal, atau pada saat-saat tertentu. Ia mau kita membuka hati kita dan menawarkan kasihNya setiap saat bagi orang-orang yang kita temui, hanya karena Dia, oleh Dia dan untuk Dia.

Ditulis  untuk Majalah Pearl edisi 25

4 comments:

Hendri said...

Bagus sharingnya. Kita harus melakukan hal tersebut setiap harinya. Gbu

Mega said...

Susah ya Hen ^^ Tapi pasti bisa dengan pertolongan Kristus ^^/ Semangaaatttttt!!!

Jerrytrisya said...

Ow tulisan yang sangat bagus dan pesannya amat sangat penting! Bullet points nya tepat banget, saya merasa dikoreksi dan menemukan panduan untk bersikap. Tks Mega!

Mega said...

Sama-sama Jerry ^^ Well, aku baru aja ketendang-tendang lo hari ini dengan apa yang aku tuliskan ^^'

Karakter di Dunia Kerja

Dari kecil karakter seseorang mulai terbentuk. Kalau sudah dewasa, sulit mengubah karakter seseorang. Jadi kalau kamu berkarakter buruk saat...