Sudah menjadi kebiasaan di daerah asal saya (Palangka Raya),
momen Lebaran dan Natal menjadi momen bersilaturahmi dengan orang lain. Jika di
hari raya Lebaran, saudara kita yang muslim membuka pintu rumah
selebar-lebarnya, demikian juga saat Natal,mereka yang beragama Kristen
bergantian melakukan hal tersebut. Pada hari itu, pintu-pintu yang selama ini
tertutup,TERBUKA LEBAR, dari pagi hingga malam hari. Sang tuan rumah
menyediakan rumahnya, waktunya, uang dan tenaganya bagi orang lain. Tetangga,
teman dan kerabat yang biasanya memiliki kesibukan masing-masing di hari lain,
tiba-tiba muncul di rumah kita, menyediakan waktunya secara khusus untuk
berkunjung. Tak jarang, di jam istirahat siang pun, sang empunya rumah tidak
dapat menutup pintunya karena tamu terus berdatangan. Tamu yang datang pun sering kali bukan orang yang
kita kenal, alias orang asing. Serius. Gak tahu tuh siapa, dari mana, anak
siapa, tinggal dimana, tahu-tahu memasuki rumah kita, berkenalan, mengobrol
bersama,menikmati makanan bersama, berbagi cerita dan tertawa bersama.
Saat kuliah, saya baru menyadari kalau apa yang kami lakukan
merupakan sesuatu yang istimewa, rupanya di daerah lain hal ini tidak terjadi,
kalau pun ada acara bersilaturahmi di momen-momen serupa, yang datang hanya
orang yang dikenal, entah saudara, teman, tetangga, dan rekan kerja. Saat saya
menceritakan apa yang kami lakukan di daerah saya, teman dari daerah lain malah
keheranan mendengar kami membuka pintu rumah untuk orang asing. Apa itu tidak
menjadi momen yang canggung, demikian pertanyaan mereka. Dan saya menggeleng kepala kuat-kuat. Yang kami
rasakan adalah, itu menjadi momen bagi kami untuk berbagi. Momen yang menyenangkan. Momen untuk berbagi
kasih. Sayang, hanya berlangsung setahun sekali.
Tidak hanya pada hari Natal, ternyata kita bisa bersikap
ramah dan membuka rumah kita bagi orang lain (yang bahkan tidak kita kenal) pada
hari lain ^^ Dan melampaui dari sekedar membuka pintu rumah kita, ternyata kita
dapat membuka hati kita bagi orang lain. SETIAP HARI. Mengasihi mereka dengan
cara-cara sederhana yang menunjukkan bagaimana Allah mengasihi mereka.
“Ah, merepotkan Meg. Lagipula ngapain sih melakukan itu? Setiap hari lagiiii…Helloooww… ^^
Lah, bukannya itu perintah Tuhan?
"Kasihilah Tuhan, Allahmu,
dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu
dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Lukas 10:25
Sebagai surat Allah yang terbuka, setiap hari kita memiliki
kesempatan mencerminkan kasih-Nya dengan menjangkau orang lain, mengundang
mereka untuk melihat Tuhan yang sebenarnya melalui sikap hati, perkataan dan
perbuatan kita. Allah kita adalah Allah yang hangat looo… Dia penuh kasih dan
penuh perhatian pada orang lain. Dia peduli. Dia penuh belas kasihan. Kebaikan
dan kemurahanNya dirasakan mereka yang ada di sekelilingNya. Bukankah sangat indah jika orang lain dapat
melihat Yesus yang hidup di dalam kita?
Membuka hati bagi orang lain dan mempersilakan mereka mulai
memasukinya bukanlah hal yang mudah, apalagi jika setiap harinya kita terbiasa
bersikap tidak peduli pada orang lain. Jika membuka rumah kita setahun sekali
pada hari Natal saja memerlukan usaha dan pengorbanan, apalagi membukanya
setiap hari bagi orang lain. Mengundang orang lain masuk dalam hidup kita
berarti membuka hati bagi orang lain dengan menunjukkan kepedulian dan kasih.
Selalu sulit di awal-awal, namun jika hal tersebut telah menjadi gaya hidup, lambat
laun akan menjadi mudah, setiap hari kita dapat melakukannya tanpa merasa
terbeban.
Bagaimana caranya menjadikan hal ini (membuka rumah dan hati
kita bagi orang lain) sebagai gaya hidup?
1.
Mengambil
Inisiatif
Hendaklah kamu saling mengasihi
sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Roma 12:10
Berinisiatif berarti membuka pintu bahkan
sebelum orang lain mengetuk, memberikan undangan terucapkan maupun tidak
terucapkan bagi orang lain untuk masuk ke dalam rumah dan hati kita tanpa kita
tahu apakah undangan tersebut akan bersambut atau tidak. Undangan tersebut
dapat berupa senyuman dan anggukan, menolong orang lain tanpa diminta dan
berbagai hal kecil yang menunjukkan kita bersedia menawarkan keramahan. Bahkan
pembicaraan sederhana dengan seseorang dapat menunjukkan kepedulian kita. Menawarkan
makanan yang kita miliki untuk seseorang yang tidak kita kenal pun dapat
menjadi cara untuk membuka perbincangan, hal yang mungkin tidak pernah kita
sadari sebelumnya. Saat kita memiliki inisiatif memulai percakapan dengan orang
lain, kita sedang mengetuk hatinya dan kita dapat mulai bertamu menawarkan
kasih dan keramahan Kristus kepadanya. Mulailah tersenyum lebih dahulu kepada
orang lain. Mulailah menanyakan kabar seseorang bukan sekedar basa-basi, tapi
dengan kesungguhan. Mulailah tertarik pada kehidupan seseoran dan menaruh
perhatian. Mulailah berinisiatif!
2.
Memiliki
hati yang tulus
Janganlah menyeret aku bersama-sama
dengan orang fasik ataupun dengan orang yang melakukan kejahatan, yang ramah dengan teman-temannya, tetapi
yang hatinya penuh kejahatan. Mazmur28:3
Kita bisa mengucapkan perkataan yang
ramah namun tanpa ketulusan. Kita selalu dapat berpura-pura mengundang orang
lain memasuki hidup kita melalui perkataan, namun jika kita tidak dengan tulus
melakukannya, wooo…hati-hati, orang lain dapat merasakan bila kita tidak tulus.
Dan bagaimana kita bisa menawarkan kasih
Kristus bagi orang lain jika mereka merasakan kita tidak benar-benar peduli dan
hanya berpura-pura saja?
3.
Peduli
terhadap Kebutuhan Orang Lain
Penduduk pulau itu sangat ramah
terhadap kami. Mereka menyalakan api besar dan mengajak kami semua ke situ
karena telah mulai hujan dan hawanya dingin.
Kisah Para Rasul 28:2
Respon kita akan kebutuhan orang lain sudah jelas menunjukkan keramahan
dan kasih yang nyata. Melampaui segala perkataan, kita memilih bertindak, dan
ini akan membuka hati orang bagi kita. Siapa sih yang tidak akan mau membuka
hatinya pada orang yang sudah jelas peduli padanya, gak Cuma omong doang.
4.
Menjadi
orang yang mudah didekati
Jika ingin menjadi orang yang mudah
didekati, kita harus belajar dari teladan Yesus yang sudah jelas ramah dan
mudah didekati. Semua orang dari berbagai kalangan dapat berada di dekatnya,
tidak peduli anak kecil atau orang dewasa, tidak peduli apa pekerjaannya,
nelayan, pelacur, pemungut cukai, raja, pembesar-pembesar, hampir semua orang
dapat mendekatinya dengan mudah. Yesus tidak pernah membatasi pergaulannya, Ia
memilih bergaul dengan semua orang. Dan….Kebanyakan orang menyukaiNya \(“,)/
Berikut beberapa hal yang membuat Yesus mudah didekati, Dia :
a. Tidak membeda-bedakan orang, semua
sama di mataNya
Saat
murid-muridnya menghalangi anak kecil yang ingin datang padaNya, Yesus membuka
tangan dan hatinya lebar-lebar bagi anak kecil tersebut, Ia memberkati mereka (Markus 10:13-16). Jelas kan kalau Yesus mudah
didekati? Seandainya Yesus tu orang yang kaku, yang jarang senyum, yang gak
pedulian, kemungkina besar anak-anak takut mendekati Dia, tapi ngga tuh. Ia menyukai semua orang yang mau
datang padanya, besar atau kecil, tua atau muda, Ia mengasihi mereka semua
tanpa memandang rupa. Dia dengan leluasa berbaur dengan banyak orang, berjalan
bersama mereka, mengajar mereka, makan bersama mereka, menyembuhkan dan
mengautkan mereka.
b. Tidak menghakimi orang lain
Saat
orang lain mencemooh seorang wanita yang berzinah, Ia mengulurkan tangannya dan
menerimanya (Lukas 7:36-50). Jika kita bersikap menghakimi orang lain, ini akan menghalangi kita untuk
mendekat dan didekati oleh orang lain. Karena tidak ada orang yang merasa
nyaman berada di sekeliling orang yang suka menghakimi orang lain. Orang lain
tidak akan mau membuka hatinya pada seseorang yang punya kecenderungan suka
menghakimi orang lain. Orang-orang yang dibebani perasaan bersalah perlu
merasa leluasa untuk menghampiri orang-orang yang dapat membantu mereka
memulihkan hubungan dengan Allah!
c. Lemah lembut dan rendah hati
Kelemahlembutan dan kerendahan hati Yesus membuat
orang lain betah berada di dekat Yesus. Ya iyalah, siapa yang tahan
berlama-berlama berada dekat dengan seseorang yang kasar dan sombong. Yesus
menunjukkan kelemahlembutan bukanlah kelemahan. Dibutuhkan kekuatan untuk
memperlakukan orang lain dengan lemah lembut setiap saat. Yesus lemah lembut
dan rendah hati, ini membuatNya mudah didekati orang lain.
Tuhan juga meminta kita untuk menawarkan kasih dan
keramahan bagi orang-orang yang bahkan tidak kita kenal dekat. Di zaman
Perjanjian Lama, Tuhan memerintahkan orang Israel mengasihi orang asing yang
tinggal bersama mereka.
Orang asing yang
tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu,
kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir; Akulah
TUHAN, Allahmu. Imamat 19:34
kasihilah dia (orang
asing yang tinggal padamu) seperti dirimu sendiri, …
Sama seperti orang Israel diminta mengasihi orang asing yang
tinggal pada mereka , Tuhan ingin kita mengasihi sesama kita seperti diri kita
sendiri (Matius 22:39). Jika dalam kitab Imamat, orang Israel diminta Tuhan
untuk mengasihi orang asing maka dalam perumpamaan Orang Samaria yang Murah
Hati (Lukas 10:25-37) Yesus memberikan perumpamaan yang indah tentang siapa
sebenarnya sesama kita. Sesama kita
bukan hanya orang yang kita kenal. Ini tentang mengasihi orang yang bahkan gak
kita kenal dekat. Mereka yang bukan bagian dari komunitas kita. Bahkan mungkin
saja mereka yang tidak kita tahu namanya. Orang asing ini bisa saja sopir
angkot yang angkotnya kita naiki hari ini, atau sesama pengguna angkot, atau
penjual buah langganan kita yang bahkan namanya pun tidak kita kenal, atau
penjual martabak yang baru hari ini kita beli martabaknya, dan masih banyak
orang lain yang kita jumpai setiap harinya, yang Tuhan minta untuk kita kasihi.
Tuhan ingin menawarkan kasih dan keramahanNya kepada mereka melalui kita.
Pertanyaannya, maukah kita?
Saat Tuhan berkata pada orang Israel: “Akulah TUHAN, Allahmu”setelah memerintahkan mereka mengasihi orang
asing yang tinggal bersama mereka, Dia ingin mengingatkan bahwa Dia telah
bermurah hati dan berbuat baik kepada orang Israel seumur hidup mereka, bahkan
saat mereka menjadi orang asing di Mesir. Dia ingin orang Israel meniru
teladanNya yang gak pernah berhenti berbuat baik. Bahkan sebelum mereka
mengenal dan mengasihi Dia, Ia telah menunjukkan kasihNya. Perintah yang sama
juga berlaku bagi kita, Tuhan ingin kita memperlakukan orang dengan kasih dan
keramahan tang berasal dariNya. Setiap perbuatan baik dan keramahan yang
diberikan pada orang lain dapat menjadi sarana orang lain memuliakan Allah kita. Sudah menjadi hal biasa jika kita bersikap
ramah dan membuka hati bagi orang yang kita kasihi dan kita kenal baik. Tapi Tuhan
mau memberikan pemisahan dan membedakan umat kepunyaanNya dan yang bukan. Umat
kepunyaanNya akan dikenal karena mereka mengasihi orang lain bahkan orang asing
karena Tuhan Allahnya.
Karena Allah kita adalah KASIH, maka Ia mau KASIHNya setiap
saat memancar dari kita, umat kepunyaanNya. Bukan hanya pada saat Natal, atau
pada saat-saat tertentu. Ia mau kita membuka hati kita dan menawarkan kasihNya
setiap saat bagi orang-orang yang kita temui, hanya karena Dia, oleh Dia dan
untuk Dia.
Ditulis untuk Majalah Pearl edisi 25
4 comments:
Bagus sharingnya. Kita harus melakukan hal tersebut setiap harinya. Gbu
Susah ya Hen ^^ Tapi pasti bisa dengan pertolongan Kristus ^^/ Semangaaatttttt!!!
Ow tulisan yang sangat bagus dan pesannya amat sangat penting! Bullet points nya tepat banget, saya merasa dikoreksi dan menemukan panduan untk bersikap. Tks Mega!
Sama-sama Jerry ^^ Well, aku baru aja ketendang-tendang lo hari ini dengan apa yang aku tuliskan ^^'
Post a Comment