#NulisRandom2015
Hari ke-7
Saat aku dan abangku pacaran gak pernah
tuh marahan lama. Saat ada masalah, bentar aja kami baikan, gak pernah sampai
berhari-hari. Jika aku berbuat salah, aku minta maaf, maka abangku akan segera
memaafkan. Betapa aku bersyukur abangku gampang banget memberi maaf.Nah,
kebalikannya denganku, sewaktu abangku meminta maaf saat berbuat salah, aku
akan memberi maaf, tapiiii...beberapa waktu kemudian akan mengungkit kembali
masalah tersebut. Yah meskipun gak lama, tapi tetap saja, aku beda dengannya.
Sampai-sampai, saat kami punya masalah, abangku minta maaf dan dia bertanya
apakah dimaafkan atau tidak, waktu aku bilang iya, dia akan bertanya lagi,
yakin atau ngga, kalau ngga mending diomongin lagi.LOL.
Aku mengalami, sangat sulit bagi
seorang wanita untuk segera memaafkan jika pasangannya berbuat salah. Setelah
seorang suami meminta maaf atas kesalahannya, biasanya wanita dipenuhi keraguan
dan ketakutan untuk segera memaafkan. Entah kenapa. Mungkin karena masih sakit
hati, mungkin karena dia ingin memberi pelajaran bagi suaminya atau berbagai sebab
lain aku pun gak ngerti.
Setelah menikah, baru-baru ini aku
marah sama abangku. Posisinya aku di Kasongan, dia di Palangka Raya. Abangku
sudah minta maaf, tapi aku masih gak terima.
Pikirku awalnya gini,kalau aku segera
maafkan jangan-jangan ntar terulang lagi. Kalau aku maafkan segera, keenakan
banget dong...ntar dia anggap enteng perkara ini.
Puji Tuhan, karena gak ketemu muka
langsung, jadi sempat menenangkan diri, sempat berdoa, sempat mewek-mewek dan
ngadu sama BABE. Aku diiingatkan beberapa kejadian, betapa banyaknya rumah
tangga rusak karena istri gak mau memaafkan kesalahan suaminya. Mereka gak mau
memaafkan dan malahan mengungkit-ungkit kesalahan sang suami. Jangan salah,
suaminya dah nyesal dan minta maaf. Tapi karena kesalahannya terus-menerus
dibicarakan, suami yang awalnya nyesal malah balik marah. Lagipula, setelah
kupikir-pikir, aku juga turut bersalah. Bukan kesalahan suamiku sepenuhnya maka
terjadi hal yang gak diinginkan tersebut. Aku membayangkan, bisa saja abang
yang marah sama aku, lah...mau gimana, wong aku juga salah, kalau dia yang
marah-aku minta maaf, tentunya aku mau kesalahanku dimaafkan. Tentunya aku gak
suka jika dia terus-menerus mengulang kesalahanku. Kalau dipikir-pikir lagi,
abangku bisa aja menyalahkanku dan gak minta maaf, tapi dia dengan rendah hati meminta
maaf. Lalu kenapa aku harus jual mahal maafku saat dia bermurah hati bersedia
mengaku salah?
Perlakukan orang lain seperti kamu
ingin diperlakukan Meg, perbuat padanya seperti kamu ingin dia perbuat padamu.Aku
ingin dimaafkan jika berbuat salah, pastinya abangku juga demikian kan? Akhirnya,
aku memutuskan. Aku memaafkan abangku. Selesai. Habis perkara. Gak ada cerita
memperpanjang lagi masalah. Ga ada lagi mengungkit-ungkit masalah. Happy ending
\(“,)/ Suami senang. Aku juga :p
Almarhum Ruth Graham, istri Pendeta
Billy Graham, berkata, "Pernikahan adalah kesatuan antara dua pribadi yang
saling memaafkan”. Saat aku berjanji mengasihi suamiku seumur hidupku (dengan
pertolongan Tuhan), itu artinya aku juga berjanji memaafkan dia seumur hidupku
(dengan pertolongan Tuhan juga pastinya). Kalau aku dan abangku gak mau belajar
meminta maaf dan memberi maaf, bagaimana pernikahan kami akan bertahan? Kami
sama-sama gak sempurna, ada kalanya aku yang akan jatuh dan bersalah padanya,
demikian juga sebaliknya. Nah, kalau maaf begitu mahal, apa jadinya pernikahan
dua orang yang sama-sama gak sempurna ini?
Palangka Raya, 7 Juni 2015
-Mega Menulis-
2 comments:
Sukaaaa banget sama post ini^^ Tul Meg, akhir2 ini aku belajar buat ngga marah lewat matahari tenggelam, seperti kata Firman Tuhan hehehe.... Apalagi sebenernya dasarnya aku ini orangnya tukang ngambek wkwkw... Beneran banyak diproses Tuhan dalam hal ini :))
Serius Dit, gak keliatan lo kalo dirimu tukang ngambek.Trnyata susah ya gak mengungkit-ungkit kesalahan tu, bener2 perlu doa dulu minta dimampukan mengampuni, gak memperpanjang masalah.
Post a Comment