Monday, June 1, 2015

I Do Really Love Reading



#NulisRandom2015

Hari ke-1

Soal mendidik lewat buku, kebanyakan sekolah masih jauh dari berhasil – entah memilih jenis buku yang kurang bermutu (minim ide vital) atau cara memanfaatkan bukunya yang keliru (siswa sekadar menghafalkan fakta; tidak membaca buku seutuhnya; dan sebagainya). Alhasil, anak tidak terdidik menjadi pecinta buku, padahal tujuan pelajaran membaca bukan cuma agar anak secara teknis bisa membaca, melainkan sungguh suka membaca. Dan kalau anak tidak bergairah membaca, dengan sendirinya mereka sukar menjadi penulis yang mahir. – Ringkasan Vol. 3 School Education pp. 228 ff (7)

Aku suka bagian ini:
padahal tujuan pelajaran membaca bukan cuma agar anak secara teknis bisa membaca, melainkan sungguh suka membaca

I DO REALLY LOVE READING

Waktu kecil, aku memang gak punya video game, PS, android atau tablet seperti anak-anak zaman sekarang, tapi masa kecilku gak kalah indahnya. Komik yang sudah kubaca sejak kecil sudah ratusan (bahkan ribuan). Gak terbayangkan seandainya aku dilarang membaca komik, mungkin aku tidak akan mencintai buku seperti sekarang. Kesukaanku membaca dimulai dari membaca komik, I admit it. Candy-Candy, Pop Corn, Happy Mary Chan, Lovely Mari Chan, Doraemon, Doki-Doki, Seven Magic Flower, huaaaa….masa kecilku luar biasa \(“,)/

Bersyukur banget mengingat masa kecilku dan adek-adekku,kami tidak pernah dilarang membaca komik. Orang tua kami mendukung kegilaan kami pada komik, mereka berlangganan majalah Bobo, membelikan majalah Donal Bebek sesekali, mengantar ke perpustakaan daerah, mengantar kami ke rental buku, dan entah apalagi yang mereka lakukan yang telah membuat kami hingga sekarang masih suka membaca. Aku ingat, mereka gak pernah marah saat kami menghabiskan uang jajan kami untuk menyewa komik, mereka gak marah waktu komik yang aku bawa ke sekolah disita dan orang tua dipanggil.

Setiap anak berbeda, tapi satu kesamaanku dan kedua adekku, kami sama-sama suka membaca. Ini gak kebetulan. Sampai sekarang kami bertiga masih suka membaca, masih mencintai buku  dan sanggup melahap buku berjam-jam sementara orang lain asyik menonton TV. Dan aku berterima kasih pada papah dan mamah, kami sungguh suka membaca. Seandainya aku gak suka membaca, mungkin aku gak akan menulis. Siapa yang tahu?

Seorang temanku Bobby Rahman pernah berkata demikian:
Ibarat sebuah senjata, menulis adalah senjatanya, dan membaca adalah amunisinya.

Aku mengalami sendiri, membaca memberikan ide untuk menulis, membaca sungguh-sungguh memberikan inspirasi untuk menulis. Bahkan jauh setelah aku menyelesaikan membaca sebuah buku atau postingan di sebuah blog, di lain waktu tanpa direncanakan, tiba-tiba aku teringat bagian tertentu yang aku baca dan menginspirasiku menulis. Believe it or not, kutipan tulisan Bobby itu berasal dari catatannya di Facebook tahun 2010, dan aku mengingatnya sampai sekarang. Terima kasih telah menginspirasiku dengan tulisanmu Bob ^^

Mereka yang menulis biasanya suka membaca, namun aku menemukan, tidak berlaku sebaliknya, mereka yang membaca belum tentu suka menulis. Entah kenapa.

Jika jumlah mereka yang membaca saja lebih sedikit daripada yang tidak membaca, apalagi jumlah mereka yang  menulis? Sayang sekali bukan? Padahal,menulis memberikan banyak pengetahuan dan informasi. Gak terbayangkan jika di dunia ini, mereka yang menulis memutuskan berhenti menulis. Menulis juga memberikan orang lain kesempatan memandang dunia melalui sudut pandang orang lain. Menulis dapat menginspirasi banyak orang. Jika aku punya anak nanti, semoga Tuhan mampukan kami orang tuanya tidak hanya mendidiknya menjadi pecinta buku, tapi juga menjadi seorang penulis (yeahhh…minimal nulis di blog kayak emaknya laaaaa…, hahaha #berdoakuat2).


Kasongan, 1 Juni 2015
-Mega Menulis-

2 comments:

MaiaCan said...

Setuju dengan "rajin membaca belum tentu rajin menulis" *nohok banget*
Btw, Hapy Wedding kak Meg :D

Mega said...

Maia : Makasih Maia ^^ Btw, daku juga nohok diri sendiri nih :p