#NulisRandom2015
Hari ke-1
Soal
mendidik lewat buku, kebanyakan sekolah masih jauh dari berhasil – entah
memilih jenis buku yang kurang bermutu (minim ide vital) atau cara memanfaatkan
bukunya yang keliru (siswa sekadar menghafalkan fakta; tidak membaca buku
seutuhnya; dan sebagainya). Alhasil, anak tidak terdidik menjadi pecinta buku, padahal tujuan pelajaran membaca bukan cuma
agar anak secara teknis bisa membaca, melainkan sungguh suka membaca. Dan
kalau anak tidak bergairah membaca, dengan sendirinya mereka sukar menjadi
penulis yang mahir. – Ringkasan Vol. 3 School Education pp. 228 ff (7)
Aku suka bagian ini:
padahal
tujuan pelajaran membaca bukan cuma agar anak secara teknis bisa membaca,
melainkan sungguh suka membaca
I DO REALLY LOVE READING
Waktu kecil, aku memang gak punya video game,
PS, android atau tablet seperti anak-anak zaman sekarang, tapi masa kecilku gak
kalah indahnya. Komik yang sudah kubaca sejak kecil sudah ratusan (bahkan
ribuan). Gak terbayangkan seandainya aku dilarang membaca komik, mungkin aku
tidak akan mencintai buku seperti sekarang. Kesukaanku membaca dimulai dari
membaca komik, I admit it. Candy-Candy, Pop Corn, Happy Mary Chan, Lovely Mari
Chan, Doraemon, Doki-Doki, Seven Magic Flower, huaaaa….masa kecilku luar biasa
\(“,)/
Bersyukur banget mengingat masa kecilku dan
adek-adekku,kami tidak pernah dilarang membaca komik. Orang tua kami mendukung
kegilaan kami pada komik, mereka berlangganan majalah Bobo, membelikan majalah
Donal Bebek sesekali, mengantar ke perpustakaan daerah, mengantar kami ke
rental buku, dan entah apalagi yang mereka lakukan yang telah membuat kami
hingga sekarang masih suka membaca. Aku ingat, mereka gak pernah marah saat
kami menghabiskan uang jajan kami untuk menyewa komik, mereka gak marah waktu
komik yang aku bawa ke sekolah disita dan orang tua dipanggil.
Setiap anak berbeda, tapi satu kesamaanku dan
kedua adekku, kami sama-sama suka membaca. Ini gak kebetulan. Sampai sekarang
kami bertiga masih suka membaca, masih mencintai buku dan sanggup melahap buku berjam-jam sementara
orang lain asyik menonton TV. Dan aku berterima kasih pada papah dan mamah,
kami sungguh suka membaca. Seandainya aku gak suka membaca, mungkin aku gak
akan menulis. Siapa yang tahu?
Seorang temanku Bobby Rahman pernah berkata demikian:
Ibarat
sebuah senjata, menulis adalah senjatanya, dan membaca adalah
amunisinya.
Aku mengalami sendiri, membaca memberikan ide
untuk menulis, membaca sungguh-sungguh memberikan inspirasi untuk menulis.
Bahkan jauh setelah aku menyelesaikan membaca sebuah buku atau postingan di
sebuah blog, di lain waktu tanpa direncanakan, tiba-tiba aku teringat bagian
tertentu yang aku baca dan menginspirasiku menulis. Believe it or not, kutipan
tulisan Bobby itu berasal dari catatannya di Facebook tahun 2010, dan aku
mengingatnya sampai sekarang. Terima kasih telah menginspirasiku dengan
tulisanmu Bob ^^
Mereka yang menulis biasanya suka membaca,
namun aku menemukan, tidak berlaku sebaliknya, mereka yang membaca belum tentu
suka menulis. Entah kenapa.
Jika jumlah mereka yang membaca saja lebih
sedikit daripada yang tidak membaca, apalagi jumlah mereka yang menulis? Sayang sekali bukan? Padahal,menulis
memberikan banyak pengetahuan dan informasi. Gak terbayangkan jika di dunia
ini, mereka yang menulis memutuskan berhenti menulis. Menulis juga memberikan
orang lain kesempatan memandang dunia melalui sudut pandang orang lain. Menulis
dapat menginspirasi banyak orang. Jika aku punya anak nanti, semoga Tuhan
mampukan kami orang tuanya tidak hanya mendidiknya menjadi pecinta buku, tapi juga menjadi
seorang penulis (yeahhh…minimal nulis di blog kayak emaknya laaaaa…, hahaha
#berdoakuat2).
Kasongan, 1 Juni 2015
-Mega Menulis-
2 comments:
Setuju dengan "rajin membaca belum tentu rajin menulis" *nohok banget*
Btw, Hapy Wedding kak Meg :D
Maia : Makasih Maia ^^ Btw, daku juga nohok diri sendiri nih :p
Post a Comment