Sunday, June 2, 2019

Sacred Marriage (Chapter 11)

Spiritual kristiani akan menolong kita setidaknya dalam 3 cara:
1. Mengajarkan kita sisi positif dari seks sekaligus mengingatkan kita akan hal-hal yang lebih penting dari seks.
2. Memungkinkan kita menikmati kesenangan, tanpa menjadikan kesenangan itu berhala kita.
3. Mengingatkan bahwa seks tidak akan pernah bisa sepenuhnya memuaskan dahaga kita.
Tuhan tidak memalingkan matanya ketika sepasang suami istri naik ke ranjang. Ini berarti, kita juga tidak perlu memalingkan mata kita dari Tuhan ketika berbagi momen intim bersama pasangan kita.
Hehehe, baca ini berasa emejing, aku pikir aku doang yang aneh pernah bertanya kayak gitu. Pernah dulu banget sebelum having sex sama suami aku bertanya-tanya, "Saat kami melakukan ini,apa yang dipikirkan Tuhan ya?". Ya, Tuhan Maha Hadir dan Maha Tahu. Awalnya merasa malu membayangkan Tuhan hadir, tapi lalu mikir, sex itu pemberian Tuhan dan ini indah. Kenapa juga yak kok harus malu. Sejak itu, yang bikin malu kalau Tuhan lihat aku egois saat berhubungan seks, hahaha. Ada saatnya sewaktu dorongan itu tinggi dan suami sedang kecapean. Lalu aku merasa gak berharga atau gak dikasihi suami. Kehadiran Tuhan mengingatkanku bagaimana harus bersikap ke suami.

Percaya atau tidak, kita memuliakan Tuhan dengan membangun hasrat seksual terhadap suami kita dan dengan menyambut hasrat seksual mereka terhadap kita.
Aku percayaaaa....!!!  Baca ini jadi makin semangat untuk berinisiatif having sex sama suami. Tuhan begitu baik ya, kita memuliakan Dia bukan dengan melakukan hal yang susah tapi melakukan hal yang menyenangkan. Saat-saat ini aku belajar untuk lebih murah hati dalam menawarkan ini ke suami. Belajar sungguh-sungguh peka dengan kebutuhan suami.

Seks tidak bisa memberikan manfaat rohani, jika diselubungi oleh rasa bersalah yang tidak perlu atau tidak pada tempatnya. Rasa syukur kepada Tuhan atas pengalaman yang menakjubkan ini sangatlah penting, sebab jika tidak, perasaan kuat yang ditimbulkannya akan membuat kita berfokus pada diri kita sendiri.
Bersyukur sekali buat anugerah menikmati seks bersama suami. Tuhan menciptakan sesuatu yang indah saat suami isteri bersatu dan saling melayani, dan aku bersyukur merasakannya, bersyukur buat perasaan yang menyertainya. Jadi merasa kagum dengan bagaimana Tuhan merancangkan seks dalam pernikahan.

Ketika Paulus berkata bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus, pemahaman kita tentang pentingnya seks mendapatkan makna yang sama sekali baru. Apa yang diizinkan masuk oleh seorang wanita dan apa yang dengan rela dimasuki seorang pria di dalam pernikahan kristiani, adalah tubuh yang telah dikhususkan, tempat di mana Tuhan hadir melalui Roh Kudus-Nya, tubuh yang saling menyatu dengan penuh nikmat namun juga dipenuhi kekudusan dan rasa hormat.
Wow! Baca bagian ini sungguh luar biasa. Seks bukan hanya sarana mendapatkan keturunan atau saling melayani suami istri, tapi menjadi pengingat bahwa tubuh seorang wanita adalah bait Roh Kudus yang hanya dikhususkan bagi satu orang saja, yaitu suami yang telah diberkati oleh Tuhan bersama-sama dengannya. Tubuhku adalah baitNya dan hanya dia yang menjadi suamiku yang diizinkanNya memasukinya.

Paulus melarang seorang pria untuk bersetubuh dengan pelacur karena tubuhnya adalah bait Allah, kita diminta mengingat gambaran ini untuk menghindari dosa.Inilah kenapa pria gak boleh sembarangan berhubungan seks dengan wanita yang bukan istrinya.*! Mengesankan bagaimana hubungan suami istri memberikan analogi mengenai hubungan manusia dengan Tuhan. Waktu Tuhan bilang aku mempelaiNya, maka dalam hubungan dengan suamiku, aku belajar lebih dalam menyelami peranku sebagai mempelaiNya Tuhan. Bagaimana Tuhan mau aku setia kepada suamiku, terlebih lagi ke Tuhan. Saat aku melayani suamiku, aku diingatkan untuk melayani Tuhan dengan sukacita. Saat aku menaruh hasrat pada suamiku, seperti itulah Tuhan ingin aku memiliki hasrat pada kekudusan. Saat aku belajar bagaimana menghadapi suami dan semakin mengenalnya maka aku akan semakin maksimal mengasihi dia. Begitu pun Tuhan mau aku mengenalNya dan mengasihiNya lebih sungguh.

Seks di luar pernikahan hanya akan menghilangkan kepekaan kita terhadap kekudusan, kebenaran, dan kehadiran Tuhan di dalam hidup kita.
Aku pernah dengar kutipan yang berkata, "Sebelum menikah, iblis berusaha agar kita melakukan hubungan seks dengan pacar kita. Tapi setelah kita menikah, iblis berusaha agar kita berhenti berhubungan seks dengan suami/istri kita". Ternyata ini sebabnya! Seks itu indah saat dilakukan dengan dia yang diberkati Tuhan bersama kita. Bahkan dapat mengasah kepekaan kita terhadap kekudusan, kebenaran, dan kehadiran Tuhan di dalam hidup kita. Berkebalikan dengan saat dilakukan sebelum menikah.

Seks tidak dapat menggantikan Tuhan dan tidak akan memadai untuk menggantikan posisi Tuhan dalam hidup kita.
Saat melakukan hubungan seks dan mencapai klimaks, rasanya sesuatu banget deh   Aku pernah gak mencapai klimaks  tapi anehnya aku merasakan hal yang beda untuk pengalaman yang sama. Waktu aku berfokus pada diri sendiri, waktu aku gak klimaks, aku frustrasi, aku kecewa, aku menyalahkan suami yang kuanggap kurang pemanasan, aku gak puas. Tapi waktu aku fokus sama Tuhan dan mulai melayani dengan sukacita, anehnya aku puas walaupun gak klimaks. Ada sukacita tersendiri saat melayani suami. Menikmati kedekatan fisik dan emosional kami. Tuhan lah yang memberikan kepuasan dalam hubungan suami istri ternyata,dan kepuasan itu gak bergantung keadaan.

Pernikahan memanggil kita untuk mengarahkan kembali fokus hasrat kita pada satu pria atau wanita secara khusus.
Sejak menikah aku gak pernah menginginkan pria lain selain suamiku, hasratku hanya tertuju ke dia (tsahhh....). Dan aku berdoa semoga dia pun juga. Aku diingatkan teman-temanku yang bergumul tentang hal ini dalam pernikahannya, yang suaminya selingkuh, yang sedang tergoda dengan pria/wanita lain. Supaya mereka kembali memfokuskan hasrat mereka kepada pasangannya sendiri. Sedih mendengarkan banyak pernikahan hancur karena ketidaksetiaan. 

Pengalaman seks yang disertai kehadirannya, prioritasNya dan moralitasNya akan menolong kita bertumbuh secara rohani;kita diubahkanNya melalui ranjang pernikahan sama seperti kita diubahkanNya melalui disiplin doa.
Aku berdoa supaya Tuhan sungguh mengubahkanku dan suami melalui ranjang pernikahan kami. Semoga setiap pengalaman seks membuat kami semakin merasakan kehadiran Tuhan dan mengubah karakter kami sesuai rancanganNya. Amin.

Palangka Raya, 1 Juni 2019
-Mega Menulis-

No comments: