Friday, November 8, 2019

Sacred Influence (Chapter 8)

Sacred Influence
Chapter 8

Berhentilah mengharapkan pria bertindak atau berpikir seperti seorang wanita. Ia tidak mungkin melakukan hal itu.
Tahu banget sih kalau hal ini gak realistis tapi entah kenapa tetap aja sering banget mengharapkan hal ini. Misal, mengharap suami mengerti perasaanku dan ngomong gak nyablak. Suami tipe yang kalau ada sesuatu yang gak disukainya bisa ngomong sesukanya tanpa mikirin perasaan orang lain. Sementara aku kan wanita yang perasa jadi sakit tak berdarah gitu kan waktu suami asal ngomong. Terkadang berharap suami lebih memperhatikan perasaanku  waktu ngomong. Cuma, kalau aku mikir positifnya, ya suamiku jujur. Eh, beneran kejujuran itu menyakitkan 😂 

Penelitian neurologis menunjukkan bahwa pria membutuhkan waktu tujuh jam lebih lama untuk memproses data emosi yang kompleks.
Ini terkait banget ternyata dengan kutipan pertama. Gimana suami mau peduli dengan perasaanku ya kalau kami emang didesain beda. Ibaratnya dia ngomong sesuatu, aku langsung sakit hati seketika itu juga. Terus waktu saat itu aku bilang sakit hati, dia gak ngerti karena dia butuh waktu buat mikir. Tujuh jam kemudian baru ngerti, sementara saat dia ngomong, saat itu juga aku meledak. Kuncinya di sini berarti waktu. 
✔️ Saat mau berbicara dengan suami masalah perasaanku atau sakit hatiku, aku kasih tahu suami dulu beberapa jam sebelumnya supaya dia siap. Kasih waktu untuk suami berpikir apa yang akan kami bicarakan nantinya. 

Sebagian besar pria bersedia mendiskusikan sesuatu jika mereka tidak merasa dipojokkan atau disalahkan untuk kesalahan yang mereka lakukan.
Sebagaimana aku juga gak mau dipojokkan dan disalahkan maka aku harus belajar:
- gak menghakimi dan merasa benar sendiri
- mikir dari sudut pandang suami
- berkompromi, cari win win solutionq

Mengkritik, mengeluh, dan sikap merendahkan tidak akan membuat anda dapat berkomunikasi secara efektif dengan suami. Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman (Amsal 15:1).
Bagaimana berkomunikasi secara efektif dengan suami? Berarti aku harus nerubah caraku berkomunikasi, ganti kritik dengan pujian, ganti keluhan dengan ucapan syukur, ganti sikap merendahkan dengan menghormati dan menghargai suami. Dan yang terpenting, tetap bersikap lemah lembut. Jaga nada bicara. Karena seringkali ini yang bikin ribut. Bersikap lembut, sabar dan beri suami waktu yang diperlukannya. 

Ingatlah, apa yang baik untuk suami anda pasti baik bagi anda berdua. Ingat :Jika hal itu indah bagi dia, hal itu pasti indah bagi kami.
Apa hal yang disukai suami? Aku harus lakukan. Jangan selalu mikir hanya apa yang aku inginkan.  Jadi, yang disukai suamiku adalah:
- rumah yang bersih 
- movie time tanpa the girls sambil ngobrol dan minum teh
- baca berita di HP tanpa terganggu bocah 
- masakan bersantan
Jadilah seorang wanita yang berpengertian. Bagian dari hidup bersama seseorang adalah belajar menyesuaikan diri dengannya, dan hal itu mencakup menyesuaikan diri dengan seluruh kebiasaan dan ritusnya yang tidak logis.
REMINDER! Aku perlu mengerti berbagai hal yang disukai suami dan MENERIMANYA, sekalipun gak logis buatku. Aku pernah protes ngapain sih nonton bareng waktu bocah tidur? Aku lebih suka   pillow talk di tempat tidur yang gak terganggu bocah dan TV. Atau ngapain sih rumah harus super duper bersih sementara namanya juga ada bocah, maklumlah kalau sesekali kotor. Banyak hal yanh yang gak masuk akal buatku, tapi aku harus belajar menerima dan mikir : Apa yang baik untuk suami anda pasti baik bagi anda berdua. Ingat:Jika hal itu indah bagi dia, hal itu pasti indah bagi kami. 

Palangka Raya, 6 November 2019 
-Mega Menulis-


No comments: