Monday, May 17, 2021

1 Korintus 8, Amsal 20

1 Korintus 8

Scripture
1 Korintus 8:13 (TB)  Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.

Observation
Paulus rela berkorban jika yang dilakukannya menjadi batu sandungan orang lain. Apakah aku juga sanggup melakukannya? Apakah aku sanggup berhenti makan yang kusukai kalau itu berpengaruh dalam kehidupan orang lain? Apakah aku mau berhenti melakukan yang aku sukai supaya orang lain diberkati? Manusia tidak hidup untuk dirinya sendiri, karena kalau demikian segala sesuatu akan berpusat pada dirinya sendiri, mana yang menyenangkannya saja. Hari ini aku diingatkan kalau hidupku gak boleh jadi batu sandungan bagi orang lain karena hidupku bagi kemuliaan Allah. Kalau yang kulakukan malahan membuat orang lain gak tertarik sama Tuhan, atau menjauhkan mereka dari Tuhan, aku gagal. Berarti aku telah menjadi batu sandungan bagi mereka untuk mengenal Allah.

Prayer
Tuhan, tunjukkanlah hal-hal yang kulakukan yang menjadi penghalang bagi orang lain untuk mengenal Engka, tolong aku untuk menghentikannya. Amin.

Amsal 20

Scripture
Amsal 20:11 (TB)  Anak-anak pun sudah dapat dikenal dari pada perbuatannya, apakah bersih dan jujur kelakuannya. 

Observation
Kami sedang melatih anak-anak untuk jujur, terutama Sara. Kami mendapati dia berbohong karena takut menerima konsekuensi perbuatannya. Misal, dia menumpahkan air lalu berkata dedek yang melakukannya. Evaluasi kami juga sebagai orang tua, respon kami saat dia jujur selama ini mungkin salah jadi dia 'mengamankan' dirinya dengan berbohong. Kami belajar untuk lebih mengendalikan respon kami saat anak-anak melakukan kesalahan, penerimaan terlebih dahulu sebelum teguran. Anak bisa berbuat salah tapi kami tidak perlu bereaksi berlebihan. Tetap berusaha tenang, terima, baru kasih tahu dengan baik. Kami ingin Anak tahu bahwa kesalahan yang dibuat tidak mengurangi rasa sayang kami, kami tunjukkan caranya supaya tidak terulang lagi (yah, walaupun kadang terulang), kami menegur supaya mereka tahu melakukan yang benar. Bukan sekedar mengekspresikan emosi karena kesal, kok kesalahan yang sama terulang. Pokoke belajar sabar, fiuh.... 

Nah, akhir-akhir ini kami sedang mendisiplin anak untuk tidak berteriak, tidak menangis (tanpa alasan yang jelas) dan saling mengganggu waktu main. Sudah seminggu lebih dan tiada hari tanpa tangisan atau teriakan atau saling mengganggu dong. Kami merasa gagal. Bagian menyenangkannya, Sara dan Sofia saat diajak ngobrol tiap malam, ditanya apakah ada yang menangis/teriak/mengganggu, mereka mulai jujur lo. Di hari-hari awal mereka enggan mengaku kalau ditanya. Tapi kami ingatkan, gak papa mengaku, besok kita coba lagi. Tadi adek menangis karena apa, oh karena kakak ganggu dedek, jadi besok jangan isengin dedek lagi ya. 

Sekarang kalau ditanya pas malam, mereka ingat dan jujur menjawab yang dilakukannya, hari itu Sara menangis, atau Sofia berteriak, dll. Ditanya karena apa, mereka ingat dan mengaku. Tidak ada acara 'menyelamatkan diri' dengan berbohong. Terkadang sebelum tidur, Sara berdoa dan cerita sama Tuhan, hari ini membuat dedek nangis 🤭

Setiap hari memang masih dipenuhi kehebohan, tapi melihat kejujuran mereka saat malam. Ini yang kami syukuri sekali. Bahan evaluasi kami, mungkin tiada hari tanpa tangisan, teriakan dan saling ganggu itu terlalu berat 🤣 Mungkin seharusnya dimulai hanya dengan 'tidak saling menganggu waktu bermain saja' 🤔

Prayer
Tuhan, kami bersyukur anak-anak mulai jujur saat berbuat kesalahan. Tolong kami supaya memberikan teladan kejujuran dan mereka terus tumbuh menjadi jujur bahkan dalam hal kecil. Amin.
Gratitude Journal
15 Mei 2021

1. Bersyukur beberapa hari jalan pagi dibawakan bekal buat sarapan sama mamaku. 
2. Bersyukur ada diskon es krim di Indomaret. 
3. Bersyukur suami pulang ke rumah dan ambil paket yang sampai untuk Omku. 
4. Bersyukur suami pulang ke rumah ternyata mencuci pakaian kami. 
5. Bersyukur seharian ada aja ide permainan bocah di rumah eyangnya. Bersyukur banyak orang di rumah jadi bocah-bocah belajar berkomunikasi, ngobrol dengan orang lain. 
6. Bersyukur bisa makan kulat siau yang sedang musim, pas juga ada iparku yang bisa masaknya. Kalau gak bisa mengolahnya berbahaya karena beracun.

Palangka Raya, 15 Mei 2021
-Mega Menulis-

No comments: