Friday, January 12, 2018

Amsal 12, Matius 12

Amsal 12:2 (TB)  Orang baik dikenan TUHAN, tetapi si penipu dihukum-Nya.

Baca ini teringat adikku yang sampai sekarang belum selesai studinya, kemarin waktu terakhir kali ketahuan berbohong, dia berjanji gak akan berbohong lagi. Sejujurnya, aku sudah gak percaya lagi, sudah terlalu banyak dia berbohong bahkan aku dulu pernah berkata ke dia kalau yang membuat studinya gak selesai adalah karena dia terus berbohong. Bagaimana Tuhan mau berkati orang yang berbohong terus. Ini bukan masalah biaya atau dosennya yang sulit, tapi masalah perkenan Tuhan. Aku berpikir, Tuhan ingin dia lulus di area ini (kejujuran) sebelum Tuhan bawa dia ke tempat di luar studinya.

Sudah beberapa minggu ini aku kepikiran dia, aku sudah meminta dia jujur apa yang dia mau, melanjutkan studinya atau nggak. Kalau nggak, ya sudahlah. Segera cari kerja, pikirkan masa depannya. Kalau mau lanjut ya harus ada deadline dan konsekuen dengan pilihannya, jangan beralasan ini itu dan berbohong.

👉 Hari ini aku berdoa lagi supaya dia mendapat hikmat dan mengambil keputusan yang dapat dilaksanakannya. Aku juga berdoa supaya mamahku menerima segala keputusannya, karena memang selama ini mamahku sudah berkorban banyak untuk sekolah adikku, jadi mungkin ini juga yang membuat adikku bingung dan terus berbohong.

Matius 12:7 (TB)  Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah.

Yang dikehendaki Tuhan adalah belas kasihan.

Apakah aku memiliki belas kasihan?
Hari-hari belakangan ini aku benar-benar marah sama adikku. Sulit mengerti alasannya berbohong berkali-kali. Aku gak tahu jalan pikirannya. Dan aku juga kesal dengan mamahku yang gak tegas sehingga percaya terus dengan adikku padahal sudah berkali-kali dibohongi. Kalau menuruti hati, rasanya ingin memaki-maki adikku.

Membaca kata 'belas kasihan'  ini, aku jadi berpikir lagi, sudahkah aku berbelas kasihan dengan adikku? Mencoba menempatkan diri dalam situasinya,  bukan membesarkan apa yang dilakukan adikku, tapi mencoba melihat dari sisi lain. Dan aku benar-benar merasakan kalau dia terjepit, di satu sisi mungkin dia sudah ga enak dengan mamaku yang sudah banyak berkorban buat sekolahnya, di satu sisi dia mungkin merasa gak mampu menyelesaikan, aku gak tahu. Aku sedih jadinya karena di usianya harusnya dia sudah bekerja dan memulai hidup baru tapi dia hanya terus bergumul dengan hal-hal ini saja. Duh.

👉 Mudah untuk marah dan terus menyalahkan orang yang kita anggap salah, tapi saat kita berbelas kasihan, kita jadi mencoba memahami, bukan terus menghakimi.

Palangka Raya, 12 Januari 2018
-Mega Menulis-

No comments:

Karakter di Dunia Kerja

Dari kecil karakter seseorang mulai terbentuk. Kalau sudah dewasa, sulit mengubah karakter seseorang. Jadi kalau kamu berkarakter buruk saat...