Amsal 28:24 (TB) Siapa merampasi ayah dan ibunya dan menyangka bahwa itu bukan suatu pelanggaran, ia sendiri adalah kawan si perusak.
Aku teringat omku, sebenarnya aku sudah malas mengingat-ingat omku yang satu itu, tapi hari ini aku mau mendoakan dia supaya sadar dengan kelakuannya yang jahat ke eyangku,ibunya sendiri. Gak perlu aku ceritakan detailnya, tapi aku sungguh berdoa supaya omku bertobat dan minta ampun ke eyangku. Eyangku sekarang terbaring stroke tanpa bisa bicara dan bergerak sejak awal tahun 2014, bahkan makan pun harus menggunakan selang yang dipasang di hidungnya. Semoga omku segera bertobat 🙏
1 Yohanes 3:17 (TB) Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?
Tadi malam aku ngobrol dengan adikku yang kuliah lama di Banjarmasin dan belum juga menyelesaikan kuliahnya. Well, lebih tepatnya aku memarahinya. Dia mengalami kendala di tesisnya dan pembiayaan sudah lama sekali. Aku marah karena berkali-kali dia membohongi kami dan memberikan berbagai alasan selama studinya. Padahal mamahku yang habis-habisan untuk membiayainya. Ternyata dia sempat bekerja dan tidak melakukan apa-apa yang berhubungan dengan studinya. Puncaknya di tahun ini ketahuan segala kebohongannya saat aku mulai benar-benar menanyainya. Yang sangat aku sesali, sejak lama sebenarnya aku bisa mengusahakan untuk menolongnya tapi karena dia terus berbohong jadi kesempatan itu hilang. Gimana mau menolong wong aku gak tahu masalahnya. Dia terus berusaha menutup-nutupi. Beberapa kebohongannya membuat aku ilfil dan gak mau tahu urusannya. Bahkan hubunganku dan mamah sempat jelek karena mamahku sempat berucap kalau aku ini hanya memikirkan diri sendiri dan gak mau menolong adikku, lah gimana mau menolong kalau yang ditolong berbohong terus.
Baca ayat ini aku diingatkan untuk buka hati buat adikku. Jadi merasa sangat bersalah juga. Memang dia terus berbohong, tapi ada yang salah dengan diriku sampai dia gak bisa berkata jujur tentang masalahnya selama bertahun-tahun. Aku jadi sadar, memang mamahku benar, aku fokus memikirkan diriku sendiri. Ada tahun-tahun di mana aku melakukan itu, saat aku mulai ambil rumah, saat aku dalam persiapan pernikahan, saat kehamilanku dulu bermasalah. Rupanya aku sama saja dengan omku yang gak peduli dengan eyangku. Aku bersalah karena gak peka dengan kebutuhan adikku dan memberikan hati buat sungguh peduli. Kupikir karena dia gak bercerita, semua baik-baik saja. Kupikir aku gak perlu bertanya terus-menerus karena dia sudah dewasa.
👉 Mulai tahun kemarin sebenarnya aku sudah mulai sering menanyakan dia perihal studinya karena kasihan dengan mamahku yang memikirkan dia. Tapi aku mau lebih peduli ke dia bukan karena mamahku, tapi karena aku sungguh peduli ke adikku.
Palangka Raya, 28 Desember 2017
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment