Monday, January 29, 2018

Amsal 26, Matius 26

Matius 26:40 (TB)  Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?

"Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?", aku bangun tidur untuk yang kedua kali dan kalimat ini terngiang-ngiang di telingaku. Seperti Tuhan tegur aku juga. Tadi pagi aku dibangunkan alarm jam 4,aku baca Alkitab di tempat tidur karena Sara  menangis dan minta susu. Aku  memberi susu sambil membaca Alkitab lagi, belum dapat rhema malah ketiduran. Begitu bangun diingatkan seperti itu.

Kenapa dengan mudahnya aku ketiduran? Sama seperti Petrus dkk? Iya sih, namanya ketiduran pasti karena mengantuk. Tapi teguran Yesus benar, aku tidak dalam sikap berjaga-jaga. Kalau beneran berjaga-jaga akan sulit mengantuk, karena dari awal sikap yang benar harusnya waspada dan gak lengah. Ngantuk? Aku pernah dengar emotion ditentukan motion. Kalau baca Alkita sambil tiduran ya ujung-ujungnya ketiduranlah. Kalau berjaga-jaga sambil melamun dan gak ada yang dikerjain ya ngantuklah.

Namanya juga berjaga-jaga, ya harus waspada, gak boleh lengah! Kita gak tahu apa yang akan terjadi dalam hidup kita, sehari lagi,  sejam lagi atau bahkan sedetik lagi. Kita gak tahu apa yang akan mengguncangkan iman kita nanti, sekarang mungkin segala sesuatu kelihatan baik, tapi pesan Yesus aku percaya tetap sama, Dia mau kita tetap BERJAGA-JAGA DAN BERDOA. Supaya iman kita gak jatuh. Berwaspada dan melakukan segala yang diperlukan supaya iman kita tetap kuat. Bagaimana? Berdoa, berpuasa,baca FirmanNya, memuji Tuhan, lakukan firmanNya dengan setia,dll.Kalau Yesus saja berjaga-jaga dan berdoa, masa kita malah tidur?

Amsal 26 no rhema, tapi aku mau share sesuatu.

Aku bangun dan ternyata suamiku belum bangun, padahal hari ini jadwalku kontrol ke RS, kalau pakai BPJS memang harus antri pagi-pagi sekali. Memang biasanya suamiku yang akan mengantri untukku tapi karena dia kurang sehat aku berinisiatif hendak pergi ngantri, aku berniat mandi diam-diam dan baru memberi tahu saat mau berangkat. Niat yang baik bukan? Tapi entah kenapa, ketimbang melakukan niatku tadi, aku malah membangunkannya dengan lembut dan menawarkan lebih dulu, apakah aku saja yang pergi atau dia seperti biasanya. Suamiku yang sudah terjaga, malah langsung berkata, "Aku aja lah yang ngantri", lalu langsung mandi dan pergi dengan bersemangat. Dia bersyukur aku membangunkannya.

Aku bersyukur membangunkan suamiku dan memberikan tawaran dengan manis, ketimbang mengambil inisiatif tanpa bertanya. Aku diingatkan untuk membiarkan suamiku melakukan perannya sebagai pria dengan sukacita. Terkadang kita sebagai wanita ingin 'menolong'  suami tapi melupakan kalau kita tidak membiarkannya bersikap sebagai pria karena terlalu berinisiatif tanpa bertanya atau karena tidak sabaran. Kita menganggap mereka malas atau tidak punya inisiatif. Berapa banyak di antara kita yang ingin suami melakukan sesuatu tanpa kita ingatkan. Atap bocor, lalu kita minta tolong pada suami, suami belum melakukannya mungkin karena lupa, lalu kita malah naik ke atas rumah dan membereskan kekacauan itu sendiri (saking kesalnya) dan untuk menunjukkan kekesalan kita ke suami. Menyelesaikan masalah? Oke, mungkin atap dah beres, kita bisa melakukan apa yang suami harusnya lakukan. Tapi,  kita sedang merebut kesempatan suami melakukan yang bisa dilakukannya, kita merebut kebanggaannya atas kemampuannya menyelesaikan masalah, kita merebut perannya sebagai pria dengan paksa, kita kehilangan kesempatan untuk memujinya dan bersyukur atas apa yang sebenarnya bisa dilakukannya.

Kasongan, 26 Januari 2018
-Mega Menulis-

No comments:

Karakter di Dunia Kerja

Dari kecil karakter seseorang mulai terbentuk. Kalau sudah dewasa, sulit mengubah karakter seseorang. Jadi kalau kamu berkarakter buruk saat...