Monday, January 29, 2018

Amsal 29,Habakuk 1

Amsal 29:7 (TB)  Orang benar mengetahui hak orang lemah, tetapi orang fasik tidak mengertinya.

Tadi dengar kabar kalau salah seorang stafku yang honorer mau ditarik ke bidang lain, atasan langsungku tanya pendapatku. Aku bingung awalnya. Stafku ini kerjanya bagus, cepat mempelajari hal baru dan sangat bertanggung jawab. Pokoknya, stafku ini sangat bisa diandalkan dan aku akan sangat kehilangan kalau dia ditarik ke bidang lain. Sebenarnya kalau aku ngotot mempertahankan dia, kurasa atasanku juga setuju, toh dia tenaga honorer dan yang meminta dia pindah sesama level juga denganku. Aku bisa memberikan banyak alasan untuk mempertahankan dia. Tapi aku coba berpikir dari sudut pandang lain, bagus buat staf honorer ini pindah ke bidang lain karena dia bisa belajar hal baru, selain itu memang di bidang lain dia akan mendapat kesempatan mendapat tambahan penghasilan dari perjalanan dinas dibandingkan di tempat kami sekarang yang memang banyak berkaitan dengan administrasi perencanaan jadi minim perjalanan dinas.

Aku belajar buat gak egois. Dan aku berkata, aku gak akan menahan stafku itu kalau memang harus dipindahkan. Terserah pimpinan kalau punya pertimbangan untuk memindahkan atau nggak. Bukan karena kerjanya gak bagus aku begini, sangat bagus malahan. Justru karena itu dia layak dapat reward dan mendapat kesempatan lebih baik di bidang lain. Salah satu rekan PNS di sekretariat protes mendengar aku ngomong gitu karena menurutnya kami akan kerepotan kalau staf honorer itu pindah. Aku kaget karena justru orang lain yang melarang. Aku gak takut kerepotan karena aku tahu mereka yang bekerja keras layak mendapat kesempatan lebih baik. Aku gak boleh egois. Kalau memang ada kesempatan dia untuk berkembang kenapa nggak. Justru kalau aku menahan-nahan dia, aku gak memperhatikan haknya.

Bersyukur Tuhan gak biarkan aku dengan pemikiranku yang egois, tapi benar-benar memikirkan kepentingan orang lain juga.

Habakuk 1:2 (TB)  Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: "Penindasan!" tetapi tidak Kautolong?

Seringkali kita merasa Tuhan gak menolong kita padahal kita sudah berteriak dan berseru padaNya. Kok sepertinya Tuhan gak adil.  Kenapa kehidupan orang benar kelihatannya malah lebih sulit dibandingkan dengan orang fasik? Kenapa Tuhan gak mengganjar kesetiaan orang benar dengan setimpal? Kenapa Tuhan kelihatannya diam? Kenapa seperti ini Tuhan?

Aku belajar, waktu Tuhan bukan waktu kita. Saat Tuhan kelihatannya gak bertindak adalah saat bagi kita untuk lebih mempercayaiNya. Saat bagi kita untuk mempercayai kedaulatanNya.  Kita maunya Tuhan bertindak sekarang, padahal Tuhan punya pertimbangan sendiri. Kehidupan tidak dirancang dengan rumus yang baik atau benar selalu menang. Kehidupan memang tidak dirancang untuk adil, kehidupan adalah serangkaian kesempatan untuk memuliakan Tuhan. Bagaimana kita tetap memuliakan Dia sekalipun banyak ketidakadilan.

Aku belajar sekalipun ada hal yang gak adil, atau ada ketidaknyamanan menimpaku, aku harus belajar bersyukur. Gak mengeluh dan tanya kenapa melulu,tapi tetap memuliakan Tuhan dengan sikap yang benar.

Kasongan, 29 Januari 2018
-Mega Menulis-

No comments: