Wednesday, January 16, 2019

Sacred Marriage (Chapter 1)

REFLEKSI
Sacred Marriage - Chapter 1

Pernikahan bertujuan menguduskan saya lebih daripada membahagiakan saya.
Baca ini jadi teringat kalau kebahagiaan bukanlah tujuan dalam pernikahan, karena kalau pernikahan bertujuan hanya untuk bahagia sudah pasti pernikahan akan berakhir dengan perceraian. Ada kalanya aku gak bahagia, ada kalanya love tankku gak terisi penuh, ada saatnya aku merasa frustasi. Tapiii.... Jika pernikahan menjadikanku kudus, kebahagiaanku bukanlah yang utama.
Bagaimana aku menjadi kudus? Hidup dipimpin oleh Roh Kudus.
Bagaimana aku tahu aku sudah hidup sesuai pimpinan Roh Kudus?
Ada buah roh dalam hidupku : Galatia 5:22-23 (TB)  Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
➡️ Setiap pergumulan dalam pernikahan, setiap ada masalah dengan suami. Aku mau berespon dengan benar sesuai firman Tuhan. Aku mau tunduk pada pimpinan Roh Kudus.

Jika hubungan kami dengan Tuhan benar, maka kami tidak akan saling menuntut secara berlebihan di dalam pernikahan, meminta dan mengharapkan pasangan kami untuk mengisi kekosongan rohani.
Gak mungkin aku meminta suami melakukan apa yang hanya bisa dilakukan Tuhan. Gak adil buat suami.
Hanya Tuhan yang mengerti aku berarti aku gak bisa berharap suami baca pikiranku,aku harus komunikasikan mauku.
Suamiku gak bisa selalu fresh mendengarkan isi hatiku ada saatnya dia capek atau sibuk, hanya Tuhan yang selalu ada untuk mendengarkanku. Jadi, aku harus lebih pengertian saat suami gak bisa kasih telinga untukku.

Jika saya ingin Tuhan mentransformasi kehidupan saya secara menyeluruh, saya harus berkonsentrasi untuk mengubah diri saya dan bukannya mengubah pasangan saya. Makin sulit pasangan saya, makin besar kesempatan untuk saya bisa bertumbuh.
Gak jarang aku berharap suamiku lebih lembut dalam berkata-kata, gak to the point dan mengiris hati. Atau lebih romantis dan care. Ada saatnya aku berharap suamiku segera mengerjakan apa yang aku minta. Kalau suamiku gak melakukan yang kumau, aku bisa langsung ngambek atau mutung. Aku belajar kalau ada yang harus berubah dalam pernikahan kami, itu aku. Aku gak bertanggung jawab dengan perubahan suamiku, aku bertanggung jawab dengan diriku sendiri. Berespon benar dalam segala kesempatan yang Tuhan beri supaya aku bisa bertumbuh secara maksimal.Hanya Tuhan yang sanggup mengubahkan suamiku. Bagianku adalah mendoakan dia, mensupportnya dan berespon pada setiap kebutuhan suami.
➡️ Evaluasi diri, apa yang perlu berubah di aku lalu berusaha berubah. Semalam suami sempat bilang aku masih mutungan atau kalau gak dituruti maunya. Gak boleh gitu lagi.

‌Palangka Raya,  16 Januari 2019
-Mega Menulis-

No comments: