Friday, October 30, 2020
Mazmur 37
Amsal 3
Lukas 6
Amsal 30
Matius 6
Lukas 3
Amsal 13
Pengkhotbah 5
2 Korintus 9
Ayub 1
Markus 14
Monday, October 26, 2020
Mencatat Pengeluaran dan Pemasukan
Ada yang merasa gajinya gak cukup?
SAYAAA!!! *angkat tangan*
Gimana caranya memastikan gaji kamu cukup?
Pastikan pengeluaranmu lebih kecil dari pemasukan. Itu aja sih,
akakakak.
Gak penting banget ya, ini ma semua orang tahu Meg! ^^
Well, semua orang punya batasan, dan kuncinya di pengeluaran
bukan pemasukan. Cara memeriksa bagaimana pengeluaran kita, caranya adalah dengan
mencatat. Kenapa mencatat ini penting, ngapain sih?
UNTUK MENGETAHUI POLA PENGELUARANMU.
Ada beberapa kategori pengeluaran bulanan seseorang setiap
bulannya, di antaranya :
1. Cicilan utang
Jumlah utang sebaiknya maks 30% dari
penghasilan. Kalau lebih dari itu kemungkinan akan sangat berat untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari apalagi menabung.
2. Pengeluaran rutin
Jumlahnya sebaiknya berkisar antara 40-60%
dari penghasilan. Ini pengeluaran yang harus ada untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Kalau single dan masih tinggal bersama orang tua , pengeluaran ini
masih bisa ditekan lagi.
3. Menabung/investasi
Menabung/investasi sebaiknya 20-30%
dari penghasilan supaya kita dapat memenuhi tujuan-tujuan keuangan di masa
mendatang seperti : dana pendidikan anak, dana pensiun, dana menikah, dana
liburan, dll.
4. Pengeluaran sosial
Ini adalah pengeluaran untuk segala
yang berhubungan dengan kebutuhan sosial kita : memberi ke keluarga, menolong
orang lain, angpau ke nikahan, uang duka ,dll.
5. Pengeluaran Lifestyle
Di sini biasanya segala dosa
pengeluaran kita ada, hahaha. Harusnya prioritas dan persentasenya lebih rendah
dibandingkan 4 pengeluaran yang lain.
Dengan mencatat pengeluaran maka akan terlihat pola
pengeluaran bulanan kita dan kita bisa segera berbenah di bagian mana terjadi
bocor halus pengeluaran, atau bocor ambyar pengeluaran kita. Jadi teman-teman
mulailah mencatat pengeluaran bulananmu! Males? Sama dong.
“Waduh, aku gak telaten mencatat pengeluaran”, keluhku saat mendengar kalau mencatat pengeluaran itu harus dilakukan. Sudah berulang kali mendengar tips ini dan mencoba mencatat tapi baru beberapa hari gagal. Seringnya semangat di awal terus kemudian kelewat. Sering menggampangkan,”Ntar aja lah nyatatnya”, terus terlewat sampai beberapa hari dan lupa deh. Males lagi dongggg….Hahahaha. Tapi, awal tahun 2020 ini aku mulai mencatat pengeluaran dan pemasukan dengan menggunakan sebuah aplikasi yang ada di Play Store, namanya Catatan Keuangan
Eh, sampai sekarang di bulan Oktober 2020, aku masih mencatat
dong, hehehehe. Berhasil! Berhasil! Setiap pengeluaran dan pemasukan aku
masukkan di aplikasi tersebut. Yang aku suka, ada grafik yang memperlihatkan
persentase pengeluaran dan pemasukanku setiap bulan. Jadi aku bisa tahu bulan
ini dimana terjadi kebocoran pengeluaran kami, bulan depan tak akan terulang
lagi dong. Kita dapat membuat sendiri kategori apa saya yang termasuk pengeluaran dan pemasukan kita.
Kunci keberhasilanku mencatat keuangan ini adalah konsistensi
dan suami yang terus mengingatkan. Iya, aku ngomong sama suami kalau aku mau
mencatat pengeluaran dan pemasukan kami. Jadi setiap suami belanja atau dapat
duit, langsung lapor dan nyuruh aku nyatat. Gitu juga kalau aku belanja, suami
langsung ingatin untuk mencatat. Sekarang sudah jadi kebiasaan kami. Catatan
ini jadi kontrol kami, misal bulan ini kami kebanyakan makan di luar, bulan
depan tobat deh. Atau ternyata bulan ini pengeluaran jebol karena kebanyakan
belanja di Shopee #eh, bulan depan ga boleh lagi dong belanja, hahahaha.
O, iya ini juga sarana akuntabilitas masalah keuangan
keluarga. Gak ada lagi tuh cerita Tanya suami/istri ke mana aja duit selama
ini, wong dah tercatat kok.
Cobain deh mencatat pengeluaran dan pemasukanmu. Asyik kok.
Palangka Raya, 26 Oktober 2020
-Mega Menulis-
Friday, October 23, 2020
Empat Pilar Keuangan
Sudah lama gak ngomongin masalah keuangan alias duit. Dulu
sempat membuat beberapa postingan tentang keuangan di sini,
kalau ada yang mau baca monggo diobok-obok. Buat postingan tentang keuangan
bukan karena banyak uang atau dah expert, tapi gara-gara kalau gak ditulis
takut lupa, maklum daku pelupa.
Beberapa waktu yang lalu mendengarkan podcast Raditya Dika dan Ligwina Hananto (bukunya Mbak Ligwina yang menginspirasiku untuk mulai berinvestasi) yang membahas tentang keuangan alias duwit dan aku mau tuliskan tentang 4 pilar keuangan. Someday pengen nunjukin tulisan ini ke Sara dan Sofia, hahaha.
Jadi, pilar keuangan ada 4 yaitu :
1. Menghasilkan
Nah,
kenapa penting belajar menghasilkan uang terlebih dahulu? Ya iya lah, apa yang
mau ditabung kalau menghasilkan aja belum. Gimana mau berbagi? Apa yang mau
diinvestasikan? Ya kan? Sedini mungkin seseorang perlu belajar dan melihat
bagaimana uang dihasilkan (kalau memang belum memungkinkan untuk menghasilkan
uang sendiri). Anak-anak juga perlu tahu bagaimana uang dihasilkan, jangan
sampai mereka salah mengerti. Misal nih, selama ini anak melihat emak bapaknya
ke ATM, masukin kartu, eh uang keluar. Ntar kalau gak dijelaskan, jangan
salahkan mereka kalau mereka tahunya cara mendapatkan uang ya tinggal masukkan
kartu ke ATM, voila, uang keluar,segampang itu. Anak perlu diberi tahu, mama
papa bekerja, digaji dengan uang yang dimasukkan ke ATM. Jadi jumlahnya
terbatas, bisa habis setiap dipakai berbelanja. Tentu saja diberitahukan dengan
bahasa yang mudah dimengerti anak.
Aku mengenal seorang wanita yang
begitu lulus SMA langsung menikah, jadi dia belum pernah merasakan bekerja menghasilkan
uang dong. Begitu menikah, langsung mengelola uang keluarga yang dihasilkan
suami. Gak perlu lama bagi suaminya untuk mengeluh kalau sang istri boros dan
gak bisa menyimpan uang. Dapat hubungannya? Yes. Karena dia gak pernah
menghasilkan uang sendiri maka dengan mudah dia menghabiskan uang yang ada di
tangannya. Dia belum merasakan susahnya mencari uang. Dia belum merasakan
menghasilkan uang dari hasil kerjanya sendiri.
2. Berbelanja
Hah? Belajar berbelanja? Untuk apa?
Ini kan pekerjaan paling gampang ya? No. Berbelanja itu gak gampang. Belajar
berbelanja sama pentingnya lo dengan belajar berinvestasi. Berbelanja bukanlah
tentang menghabiskan semua uang yang kita miliki. Berbelanja adalah mengambil
keputusan, bukan soal paling murah bukan soal paling mahal, tapi value dari barang itu apa yng kita sukai. Maunya kalau belanja
barang yang bagus dan murah kan ya? Well, kalau bisa dapat yang bagus dan murah
bagus. Masalahnya kan biasanya barang bagus mahal ya? Jadi? Mending beli yang
murah? Gak papa lo beli barang yang lebih mahal dan awet, dibandingkan murah
tapi bentar aja pakenya.
Banyak hal-hal prinsip yang perlu dilatih
terkait masalah belanja ini :
a. Survei
Suamiku sebelum belanja barang tertentu,
menghabiskan banyak waktu buat survei. Kelebihan dan kekurangan barang yang mau
dibelinya, survei harganya, dll. Kadang sebel nih aku, mau beli satu barang aja
lamanya pol. Ish. Kalau dia sanggup tuh survei berhari-hari. Tapi barangnya
emang lebih awet dibandingkan aku yang gak pakai survei selama itu. Dan aku pelajari ini dari dia.
b. Beli barang yang dibutuhkan
Aku paling sering lapar mata, ingin ini
itu, apalagi kalau pas ada tulisan diskon. Akakakak. Suami ma nggak mau beli
barang yang dia gak perlu biarpun diskon. Kebalikan dari itu, kalau barang yang
memang diperlukan, ya cari yang harganya diskon dong. Hahahaha.
c. Beli barang yang berkualitas dan agak
mahal itu gak papa lo
Ingat, belanja bukan hanya tentang mahal
dan murahnya, tapi value dari barang yang akan dibeli. Ya bukan memaksakan diri
beli barang bagus pakai ngutang sih, tapi lebih ke berbelanja secara optimal.
Tetap punya budget tapi juga perhatikan kualitas. Bila perlu, tahan diri
berbelanja dan menabung supaya dapat yang berkualitas sekalian ketimbang asal
beli.
d. Punya budget dalam berbelanja
Bo, jangan ngasal ya kalau beli barang.
Duit gak numbuh di pohon. Jadi, sebelum berbelanja, tentukan budgetmu. Tentukan
dulu berapa nilai yang sanggup kita bayarkan. Jangan sampai beli barang tapi
nyusahin di kemudian hari.
e. Jangan berhutang untuk belanja konsumtif
Sebelum berhutang, pikirin deh. Worth it
gak kamu berhutang untuk belanja ini? Pastikan kamu berhutang untuk aset atau
barang-barang yang memberikan nilai tambah. Jangan berhutang untuk lifestyle.
Pikir baik-baik deh sebelum berhutang. Misal, berhutang alias kredit 15 tahun
untuk rumah yang dipakai seumur hidup, bolehlah ya. Berhutang tiket liburan 6
bulan sementara liburan Cuma 7 hari? Pikir lagi deh!
3. Berbagi
Kenapa harus berbagi ? Sesimple kalimat
saya diberkati untuk menjadi berkat bagi orang lain. Berat lo berbagi ini, perlu
hikmat dan ketaatan. Apalagi saat kita tidak terbiasa melakukannya. O, iya,
perlu latihan juga berarti. Eh, lebih berat lagi kalau kita gak punya budget
untuk diberikan. Benar atau benar? Bagaimana caranya berbagi?
a. Punya budget
Sisihkan/tetapkan sekian persen dari
penghasilan untuk diberikan. Berhikmat ya bo. Jangan sampai memberi tanpa sisa.
Ntar kebutuhan sendiri gak terpenuhi dan ngutang kan amsyong. Tuhan kasih
hikmat bagi setiap kita, jadi berilah sesuai dengan kemampuan. Punya budget
menolong sekali, karena saat kita bertemu kebutuhan, kita sudah siap. Aku
pernah baca buku tentang memberi,aku lupa persisnya, tapi ada beberapa cara
untuk memberi. Ntar kalau dah ketemu aku share.
b. Berilah dengan tulus tapi tetap
berhikmat
Tidak salah memberi atau berbagi
untuk menolong orang lain. Tapi ingat, sebisanya pastikan apa yang kita bagikan
bukan untuk membiayai gaya hidup. Gaya hidup gak ada habisnya. Kan gak lucu ya
kalau kita berbagi pada mereka yang gaya hidupnya lebih wow dari kita. Berilah
mereka yang benar-benar memerlukan. Kapan perlu, berdoa deh, supaya gak salah
beri.
4. Berinvestasi
Kenapa seseorang perlu
berinvestasi? Karena menabung saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kita di
masa mendatang. Berbahaya sekali menabung saja dalam jangka waktu lama karena
kita akan berhadapan dengan inflasi. Kenaikan biaya hidup sering kita lupakan
dalam merencanakan keuangan. Contohnya, biaya kuliah sekarang tentu akan berbeda
dengan 15 tahun lagi. Kalau Cuma nabung, susah lo memenuhi biaya tersebut. Beda
kalau diinvestasikan.
Nah, kesalahan terbesar
seseorang mendengar kata investasi adalah bertanya: Investasi mana yang paling
menguntungkan? Mana yang membuat cepat kaya? Woooo…. Tunggu dulu! Tujuan investasi
bukan kaya, tapi untuk memenuhi tujuan-tujuan keuangan seseorang. Nah, sebagaimana
setiap orang berbeda tentunya tujuan keuangannya berbeda kan? Makanya gak bisa
tuh mencontek investasi seseorang plek plek sama. Lah wong tujuannya beda. So
far, aku baru mulai berinvestasi untuk dana darurat, dana pensiun dan dana
pendidikan anak. Sudah tercapai? Belum bo! Soale masih sambil menanggung
cicilan 2 rumah. Akakakak. On going lah, pelan-pelan. Selama ini baru mencicipi
berinvestasi di reksadana, saham, emas, tanah dan rumah. Kapan-kapan ah
sharenya. Capek juga lama gak nulis ginian. LOL.
O, iya kalau mau ada yang share tentang keuangan, tinggalin
aja komentar ya. Kita sama-sama belajar.
Palangka Raya, 23 Oktober 2020
-Mega Menulis-
Monday, October 19, 2020
30 Hal yang Orang Lain Tidak Ketahui tentang Saya
Tulisan ini dibuat dalam rangka memenuhi tantangan 30 hari menulis dari LIKE (Komunitas di FB yang saya ikuti). Tapi sayang sekali saya gagal, saya cuma berhasil setor tulisan di hari pertama. Hari berikutnya bablas. Baiklah, saya coba melanjutkan hari kedua dan seterusnya di blog ini, semoga berhasil.
1. Saya pernah berpikiran mau menabrakkan motor ke mobil di depan saya. Lupa kenapa pengen nyelakain diri kayak gitu. Tapi saat mau nabrakin motor sempat mikir, ini kalau gak mati bisa cacat. Dan membayangkan diri jadi cacat tu ga enak, batal deh.
Amsal 11
Lukas 21
Maleakhi 3
Amsal 3
Amsal 14
Yosua 7
Amsal 10
Lukas 12
Matius 6
Amsal 21
Kejadian 41
1 Timotius 6
Kisah Para Rasul 5
2 Raja-raja 5
Mazmur 37
Lukas 16
Karakter di Dunia Kerja
Dari kecil karakter seseorang mulai terbentuk. Kalau sudah dewasa, sulit mengubah karakter seseorang. Jadi kalau kamu berkarakter buruk saat...
-
“Kerjakan apa yang menjadi bagianmu, dan Allah akan mengerjakan apa yang menjadi bagianNya.” Siapa yang pernah mendengar kalimat itu??...
-
GOOD RIDDANCE Tahu artinya gak? Ato...Pernah dengar gak kalimat demikian? Iyeee...itu bahasa Inggris, kalo dicari di kamus artinya...
-
“Mosok aku sih yang ngerjain kayak gitu.”, pikirku. Aku melihat setumpuk surat di atas meja kawanku dengan rasa malas. Sudah menjadi t...