Friday, October 23, 2020

Empat Pilar Keuangan

 

Sudah lama gak ngomongin masalah keuangan alias duit. Dulu sempat membuat beberapa postingan tentang keuangan di sini, kalau ada yang mau baca monggo diobok-obok. Buat postingan tentang keuangan bukan karena banyak uang atau dah expert, tapi gara-gara kalau gak ditulis takut lupa, maklum daku pelupa.

Beberapa waktu yang lalu mendengarkan podcast Raditya Dika dan Ligwina Hananto (bukunya Mbak Ligwina yang menginspirasiku untuk mulai berinvestasi) yang membahas tentang keuangan alias duwit dan aku mau tuliskan tentang 4 pilar keuangan. Someday pengen nunjukin tulisan ini ke Sara dan Sofia, hahaha.

Jadi, pilar keuangan ada 4 yaitu :

1. Menghasilkan

            Nah, kenapa penting belajar menghasilkan uang terlebih dahulu? Ya iya lah, apa yang mau ditabung kalau menghasilkan aja belum. Gimana mau berbagi? Apa yang mau diinvestasikan? Ya kan? Sedini mungkin seseorang perlu belajar dan melihat bagaimana uang dihasilkan (kalau memang belum memungkinkan untuk menghasilkan uang sendiri). Anak-anak juga perlu tahu bagaimana uang dihasilkan, jangan sampai mereka salah mengerti. Misal nih, selama ini anak melihat emak bapaknya ke ATM, masukin kartu, eh uang keluar. Ntar kalau gak dijelaskan, jangan salahkan mereka kalau mereka tahunya cara mendapatkan uang ya tinggal masukkan kartu ke ATM, voila, uang keluar,segampang itu. Anak perlu diberi tahu, mama papa bekerja, digaji dengan uang yang dimasukkan ke ATM. Jadi jumlahnya terbatas, bisa habis setiap dipakai berbelanja. Tentu saja diberitahukan dengan bahasa yang mudah dimengerti anak.

            Aku mengenal seorang wanita yang begitu lulus SMA langsung menikah, jadi dia belum pernah merasakan bekerja menghasilkan uang dong. Begitu menikah, langsung mengelola uang keluarga yang dihasilkan suami. Gak perlu lama bagi suaminya untuk mengeluh kalau sang istri boros dan gak bisa menyimpan uang. Dapat hubungannya? Yes. Karena dia gak pernah menghasilkan uang sendiri maka dengan mudah dia menghabiskan uang yang ada di tangannya. Dia belum merasakan susahnya mencari uang. Dia belum merasakan menghasilkan uang dari hasil kerjanya sendiri.

 

2. Berbelanja

            Hah? Belajar berbelanja? Untuk apa? Ini kan pekerjaan paling gampang ya? No. Berbelanja itu gak gampang. Belajar berbelanja sama pentingnya lo dengan belajar berinvestasi. Berbelanja bukanlah tentang menghabiskan semua uang yang kita miliki. Berbelanja adalah mengambil keputusan, bukan soal paling murah bukan soal paling mahal, tapi value dari barang itu  apa yng kita sukai. Maunya kalau belanja barang yang bagus dan murah kan ya? Well, kalau bisa dapat yang bagus dan murah bagus. Masalahnya kan biasanya barang bagus mahal ya? Jadi? Mending beli yang murah? Gak papa lo beli barang yang lebih mahal dan awet, dibandingkan murah tapi bentar aja pakenya.

     Banyak hal-hal prinsip yang perlu dilatih terkait masalah belanja ini :

     a. Survei

     Suamiku sebelum belanja barang tertentu, menghabiskan banyak waktu buat survei. Kelebihan dan kekurangan barang yang mau dibelinya, survei harganya, dll. Kadang sebel nih aku, mau beli satu barang aja lamanya pol. Ish. Kalau dia sanggup tuh survei berhari-hari. Tapi barangnya emang lebih awet dibandingkan aku yang gak pakai survei selama itu. Dan aku pelajari ini dari dia. 

b. Beli barang yang dibutuhkan

     Aku paling sering lapar mata, ingin ini itu, apalagi kalau pas ada tulisan diskon. Akakakak. Suami ma nggak mau beli barang yang dia gak perlu biarpun diskon. Kebalikan dari itu, kalau barang yang memang diperlukan, ya cari yang harganya diskon dong. Hahahaha.  

     c. Beli barang yang berkualitas dan agak mahal itu gak papa lo

     Ingat, belanja bukan hanya tentang mahal dan murahnya, tapi value dari barang yang akan dibeli. Ya bukan memaksakan diri beli barang bagus pakai ngutang sih, tapi lebih ke berbelanja secara optimal. Tetap punya budget tapi juga perhatikan kualitas. Bila perlu, tahan diri berbelanja dan menabung supaya dapat yang berkualitas sekalian ketimbang asal beli.

     d. Punya budget dalam berbelanja

     Bo, jangan ngasal ya kalau beli barang. Duit gak numbuh di pohon. Jadi, sebelum berbelanja, tentukan budgetmu. Tentukan dulu berapa nilai yang sanggup kita bayarkan. Jangan sampai beli barang tapi nyusahin di kemudian hari.

     e. Jangan berhutang untuk belanja konsumtif

     Sebelum berhutang, pikirin deh. Worth it gak kamu berhutang untuk belanja ini? Pastikan kamu berhutang untuk aset atau barang-barang yang memberikan nilai tambah. Jangan berhutang untuk lifestyle. Pikir baik-baik deh sebelum berhutang. Misal, berhutang alias kredit 15 tahun untuk rumah yang dipakai seumur hidup, bolehlah ya. Berhutang tiket liburan 6 bulan sementara liburan Cuma 7 hari? Pikir lagi deh!

    

3. Berbagi

     Kenapa harus berbagi ? Sesimple kalimat saya diberkati untuk menjadi berkat bagi orang lain. Berat lo berbagi ini, perlu hikmat dan ketaatan. Apalagi saat kita tidak terbiasa melakukannya. O, iya, perlu latihan juga berarti. Eh, lebih berat lagi kalau kita gak punya budget untuk diberikan. Benar atau benar? Bagaimana caranya berbagi?

     a. Punya budget

     Sisihkan/tetapkan sekian persen dari penghasilan untuk diberikan. Berhikmat ya bo. Jangan sampai memberi tanpa sisa. Ntar kebutuhan sendiri gak terpenuhi dan ngutang kan amsyong. Tuhan kasih hikmat bagi setiap kita, jadi berilah sesuai dengan kemampuan. Punya budget menolong sekali, karena saat kita bertemu kebutuhan, kita sudah siap. Aku pernah baca buku tentang memberi,aku lupa persisnya, tapi ada beberapa cara untuk memberi. Ntar kalau dah ketemu aku share.

b. Berilah dengan tulus tapi tetap berhikmat

Tidak salah memberi atau berbagi untuk menolong orang lain. Tapi ingat, sebisanya pastikan apa yang kita bagikan bukan untuk membiayai gaya hidup. Gaya hidup gak ada habisnya. Kan gak lucu ya kalau kita berbagi pada mereka yang gaya hidupnya lebih wow dari kita. Berilah mereka yang benar-benar memerlukan. Kapan perlu, berdoa deh, supaya gak salah beri.

 

4. Berinvestasi

Kenapa seseorang perlu berinvestasi? Karena menabung saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kita di masa mendatang. Berbahaya sekali menabung saja dalam jangka waktu lama karena kita akan berhadapan dengan inflasi. Kenaikan biaya hidup sering kita lupakan dalam merencanakan keuangan. Contohnya, biaya kuliah sekarang tentu akan berbeda dengan 15 tahun lagi. Kalau Cuma nabung, susah lo memenuhi biaya tersebut. Beda kalau diinvestasikan.

Nah, kesalahan terbesar seseorang mendengar kata investasi adalah bertanya: Investasi mana yang paling menguntungkan? Mana yang membuat cepat kaya? Woooo…. Tunggu dulu! Tujuan investasi bukan kaya, tapi untuk memenuhi tujuan-tujuan keuangan seseorang. Nah, sebagaimana setiap orang berbeda tentunya tujuan keuangannya berbeda kan? Makanya gak bisa tuh mencontek investasi seseorang plek plek sama. Lah wong tujuannya beda. So far, aku baru mulai berinvestasi untuk dana darurat, dana pensiun dan dana pendidikan anak. Sudah tercapai? Belum bo! Soale masih sambil menanggung cicilan 2 rumah. Akakakak. On going lah, pelan-pelan. Selama ini baru mencicipi berinvestasi di reksadana, saham, emas, tanah dan rumah. Kapan-kapan ah sharenya. Capek juga lama gak nulis ginian. LOL.

 

O, iya kalau mau ada yang share tentang keuangan, tinggalin aja komentar ya. Kita sama-sama belajar.

 

Palangka Raya, 23 Oktober 2020

-Mega Menulis-

No comments: