Bacaan: MATIUS 18:21-35 (Perumpamaan tentang pengampunan)
Bertahun-tahun yang lalu, aku sangat membenci seseorang. Sulit rasanya mengampuni apa yang dia lakukan. Aku tahu aku akan lebih tenang kalau mengampuni, tapi rasanya gak sanggup. Tuhan ingatkan, “AKU sudah mengampuni kamu, Meg, perbuatlah yang sama baginya.” Tapi aku berdalih, “TUHAN, aku gak mau dia merasa menang setelah apa yang diperbuatnya padaku.” Sampai akhirnya seseorang menegurku, “Meg, ini bukan masalah menang atau kalah. Kamu mau taat ato gak sih? Katanya mau taat…”
Lalu, ayat-ayat yang berbunyi tentang pengampunan melintas di kepalaku. 1 Korintus 13:5 berkata "kasih tidak menyimpan kesalahan orang lain", dan TIDAK MENGAMPUNI berarti MENYIMPAN KESALAHAN ORANG LAIN.
Tapi Tuhan, aku tidak mengasihi orang ini setelah apa yang diperbuatnya kepadaku. Buat apa mengasihi orang seperti dia? Aku tidak bisa mengampuni dia. Aku membayangkan TUHAN berkata, “Lalu buat apa aku mengasihi kamu?”
"Karena jika kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tapi jika kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."
(Matius 6:14,15)
"Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah dalam Kristus telah mengampuni kamu."
(Efesus 4:32)
Aku memikirkan bagaimana perasaan KRISTUS waktu Ia harus mengampuni dan mati buat orang sepertiku. Sedangkan aku, hanya disuruh mengampuni, belum disuruh mati buat orang itu saja terasa berat. Kok Kristus mau ya?
Lalu, lagi-lagi, dengan sabar-Nya Dia berkata, “Meg, ini bukan tentang dia, ini tentang AKU berurusan denganmu sekarang. Segala sesuatu bukan tentang kamu atau dia, segala sesuatu adalah tentang AKU.”
Aku tertunduk dan kehilangan kata-kata. Rasanya hati masih sulit mengampuni, padahal sudah tahu kebenaran firman Tuhan. Aku masih mengeraskan hati.
Pada akhirnya, aku baru bisa mengampuni sepenuhnya saat membaca dan merenungkan bacaan Perumpamaan tentang pengampunan. Perumpamaan ini indah sekali karena dua hal:
Tuhan terlebih dahulu mengampuniku.
Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.
(Matius 18:27)
Sang Raja tahu kalau hambanya tidak sanggup membayar hutangnya, demikian juga Tuhan tahu kalau aku tidak sanggup menanggung dosa-dosaku. Dia tidak harus mengampuniku tetapi Dia berbelas kasihan lalu membebaskanku dan menghapus segala kesalahanku. Dia tidak memperhitungkan kesalahanku. Sang Raja memberikan teladan kepada hambanya bagimana mengampuni. Sama dengan Tuhan. Dia tidak memintaku mengampuni tanpa Dia memberikan teladan kepadaku.
Pengampunan yang telah kuterima dari Tuhan terlebih besar dari kesalahan yang dibuat orang lain kepadaku.
Raja dalam perumpamaan tersebut membebaskan hambanya dari hutang sebanyak sepuluh ribu talenta, tetapi si hamba ini mempermasalahkan hutang kawannnya yang ‘hanya’ seratus dinar. Menurut kamus Alkitab, 1 talenta sama dengan 6.000 dinar, sedangkan 10.000 talenta sama dengan 60.000.000 dinar.
Bandingkan, hamba tersebut punya hutang 60 juta dinar dan dibebaskan dari segala hutangnya tapi dia tidak sanggup merelakan hutang kawannya padanya yang hanya 100 dinar. Keterlaluan sekali hamba ini. Lah, bagaimana denganku yang sulit mengampuni orang lain, padahal kesalahanku yang begitu banyak telah diampuni Tuhan. Aku juga keterlaluan. Jadi, jika Tuhan telah mengampuni dosa-dosaku yang begitu banyak, kenapa aku mempermasalahkan kesalahan kecil yang dibuat orang lain padaku.
Mengampuni itu sulit. Gak mudah. Tapi bukan berarti gak bisa. Caranya? Dengan menerima pengampunan Kristus. Gak ada jalan lain. Saat aku sadar kalau aku sangat berdosa. Saat aku ingat betapa banyaknya kesalahanku dan gak ada yang bisa kulakukan untuk menebusnya. Aku teringat anugerah pengampunan-Nya yang besar telah diberikan kepadaku. Aku sadar, Tuhan begitu baik mau mengampuniku. Dia tidak harus mengampuniku tapi Dia mau mengampuni. Saat menyadari anugerah yang kuterima begitu besar, aku dimampukan mengampuni dia yang menyakitiku. Di kemudian hari, saat ada orang yang menyakitiku, aku bisa mengampuni dia karena aku tahu aku sudah diampuni dari dosa dan kesalahan yang jauh lebih besar daripada kesalahan yang dia lakukan padaku.
Kita tidak dapat memberikan apa yang tidak kita miliki. Jika pengampunan terasa sangat sulit diberikan, mungkin karena kita belum menyadari betapa besar anugerah pengampunan yang telah kita terima dari Tuhan.
Ditulis untuk Majalah Pearl
No comments:
Post a Comment