Sunday, April 29, 2018

Amsal 29, 2 Korintus 13

2 Korintus 13:11 (TB)  Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah, usahakanlah dirimu supaya sempurna. Terimalah segala nasihatku! Sehati sepikirlah kamu, dan hiduplah dalam damai sejahtera; maka Allah, sumber kasih dan damai sejahtera akan menyertai kamu!

*bersukacitalah*
Tiap hari kita dihadapkan pada pilihan, mau bersukacita atau mengeluh?
Lebih mudah rasanya untuk mengeluh. Tapiiiii.... Aku diingatkan ada Kristus yang hidup di dalamku. Dia memampukanku untuk bersukacita, persoalannya aku mau atau nggak.

Kemarin malam suamiku datang dan aku senang banget awalnya. Lah kok pas malam aku kesal sekali karena saat tiap 2 jam aku harus bangun ngurus Sofi dan suamiku malah tidur. Kalau aku mengeluh ya pastilah aku tambah kesal, tapi aku menolak mengeluh dan berpikir negatif. Suamiku terlalu capek. Tapi lalu ada pikiran jelek, lah emang aku gak capek, ditinggal beberapa hari dengan 2 balita. Tapi aku memilih menolak pikiran tersebut! Aku mengingatkan diriku, kalau suami gak capek dia biasanya bantuin kok ngurus anak.  Biarkan dia istirahat. Dan aku mengurus Sofia sambil bersyukur karena dia bersama kami di rumah, bukannya seperti minggu lalu yang harus menginap sendiri di RS. Sukacitaku penuh 😆

Aku bisa bersukacita!
Aku mau bersukacita!
Aku memilih bersukacita!
Aku akan bersukacita!
Aku bersukacita!

Amsal 29:11 (TB)  Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak akhirnya meredakannya.

Amsal 29:11 (BIMK)  Orang bodoh marah secara terang-terangan, tetapi orang bijaksana bersabar dan menahan kemarahan.

Salah satu perbedaan orang bebal/bodoh dan orang bijak terlihat dari bagaimana dia bertindak saat marah. Orang bebal melampiaskan amarahnya tanpa berpikir tetapi orang bijak memilih meredakan amarahnya. Bukan berarti orang bijak tidak bisa marah, tapi dia tahu cara yang lebih baik untuk menyampaikan marahnya. Bukan pula dia menyimpan marahnya dan mendendam. Orang bijak akan menyampaikan perasaannya dengan tenang bukan membabi buta, makanya dia memilih bersabar dan meredakan amarahnya sebelum menyampaikannya.

Bagaimana aku bertindak saat marah?
Sekarang aku sudah lumayan bisa mengendalikan diri, gak langsung membabi buta marah, tapi terkadang jeleknya,  amarah reda tapi gak disampaikan. Jadi,  ada konflik yang belum terselesaikan. Lain kali gak boleh gitu lagi. Kalau masih ada yang mengganjal harus tetap disampaikan, tapi bukan saat emosi meluap. Tunggu tenang dan kepala dingin baru deh disampaikan.

Palangka Raya, 29 April 2018
-Mega Menulis-

No comments: