Monday, April 2, 2018

Amsal 1, 1 Korintus 1

1 Korintus 1:9 (TB)  Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.

Aku ingat tahun lalu di awal kehamilan keduaku, aku dan suami baru tahu kalau aku sedang hamil kedua. Ada kekuatiran akan banyak hal, utamanya kami merasa belum siap dalam banyak hal, Sara masih sangat kecil, kesehatanku (aku belum operasi miom di rahimku), keuangan, cs kedua dengan jarak gak ada 2 tahun, belum lagi rencana pindah ke Palangka Raya, dll. Fiuh.... Kami kuatir!

Waktu itu tepatnya tanggal 1 September 2017 aku test pack dan tahu hamil, kuatir sangat! LALU diteguhkan dengan ayat ini dan diingatkan kalau Tuhan setia,gak ada yang perlu kami kuatirkan. Tuhan yang taruh anak ini dalam kandunganku, Dia yang akan memelihara dengan setia. Dia Allah yang bertanggung jawab.

Sekarang, di akhir trimester ketiga kehamilanku, minggu depan aku mau kontrol kehamilan untuk menentukan kapan SC dan gak kebetulan lagi-lagi aku dapat *ayat yang sama*. Lagi, tepat pada waktunya. Beberapa hari ini aku kuatir bagaimana proses SCku nanti, bahkan pernah terpikir gimana kalau aku mati di meja operasi. Tapi ayat ini membuatku melihat kembali masa-masa Tuhan memelihara dengan setia kehidupan kami selama kehamilan keduaku. Yang aku kuatirkan banyak di antaranya gak terjadi. Kalau dulu waktu hamil pertama aku sering kontraksi tiap kecapean, yang kedua blas gak pernah. Kalau dulu sering tepar, sekarang ngapa-ngapain masih sendiri, bahkan bawa motor, naik turun tangga pun masih oke. Aku kuatir masalah keuangan, tapi Tuhan berikan banyak blessing selama aku hamil kedua, bahkan pernah ada satu toko yg mau tutup dan diskon besar-besaran dengan harga yang gak masuk akal, suamiku bisa nyetok susu ibu hamil buatku sampai aki mau lahiran ini. Gak cuma itu, popok Sara dan susunya pun bisa nyetok sampai berbulan-bulan.

Tuhan sungguh menunjukkan kesetiaanNya, gak pernah sekali pun kami merasa ditinggalkan. Dia sungguh buktikan firmanNya, Dia memelihara bayi di dalam kandunganku dengan setia, Dia memelihara kami dengan setia. Dan aku jadi ngerasa bodoh karena kok (lagi-lagi) kuatir lagi. Apapun yang terjadi saat operasi nanti aku mau serahkan semua ke tangan Tuhan, aku mau terus mempercayaiNya. Aku tahu kepada siapa aku percaya, aku gak perlu kuatir.

Amsal 1:25 (TB)  bahkan, kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku,

Selama hamil besar aku sering bangun malam dan susah tidur lagi, kalau dah gitu, aku akan main HP, entah baca buku atau online. Nah, karena paket dataku habis maka beberapa hari ini connect wifi dengan hp suami yang paket datanya masih banyak. Tadi malam suami menegurku karena masih online tengah malam, aku bilang aku susah tidur makanya online. Dan dibilang suami dengan tegas supaya aku tidur dan matikan HP ku dan HP nya. Itu ya, dalam hati aku kesel banget. Pikirku, suami gak ngerasain nih, hamil besar gak bisa tidur bingung ngapain. Kalau ada HP kan paling gak bisa baca e-book kalau gak online. Lah ini disuruh matikan HP. Sempat kepikiran mau ke ATM depan rumah mau beli paket data. Tapi kan ini artinya aku gak mau ditegur suami ya. Ntar gimana perasaan suami kalau tahu aku kayak gitu, bukannya nurut malah membangkang. Akhirnya aku mencoba tidur. Dan ternyata aku bisa tidur sepanjang malam dan bangun dengan segar pagi ini.

Ternyata saat aku menerima teguran, aku yang diuntungkan. Coba kalau aku menentang suami, apa coba hasilnya? Kami bertengkar, itu pasti. Malah tambah gak bisa tidur kan semalaman? Kalau dipikir, setiap teguran yang diberikan pasti maksudnya baik. Apalagi suami yang negur! Pastinya supaya aku istirahat dan punya waktu tidur yang berkualitas.

Waktu awal teguran diberikan pasti ada rasa gak enak. Apalagi kalau kita dah terlanjur nyaman dengan habit dan kesalahan yang lama, secara alami kita tahu kalau mengubah diri merupakan hal yang gak gampang. Tapiiiii.... Kalau menolak teguran, kita yang rugi. Kita sedang menolak kasih dari orang yang menegur kita.

👉  (Kembali) belajar bilang terima kasih saat ditegur dan menerima teguran. Gak mau menolak teguran, apalagi dari suami.

Palangka Raya,  1 April 2018
-Mega Menulis-

No comments: