Sebagai pendidik, Charlotte Mason prihatin karena sekolah ternyata tidak mampu meningkatkan kualitas pribadi seorang anak. Berbagai cara dilakukan di sekolah dari membuat berbagai aturan, memberikan hukuman dan hadiah, mengajarkan agama bahkan pendidikan akademis tidak berpengaruh banyak. Anak yang pintar tapi malas, tetap malas. Begitu pula anak yang lambat mengerjakan sesuatu, terus saja begitu. CM penasaran dan melakukan banyak pengamatan, dia mendapati masalahnya ada pada kodrat manusia. Anak manusia tidak terlahir 100% baik atau buruk tapi setiap anak memiliki potensi menjadi baik atau buruk. Tapi kecenderungan menjadi buruk lebih besar dibandingkan menjadi baik. Masalahnya adalah kehendak anak masih lemah, tidak sekuat orang dewasa. Mereka melakukan sesuatu hanya berdasarkan suka atau tidak suka. Bahkan setelah tahu apa yang benar mereka sulit untuk terus melakukan yang benar. Mereka lebih dipengaruhi kodratnya tersebut, melakukan apa yang diinginkan, meniru lingkungan dan keluarganya. Charlotte Mason sadar karakter anak tidak bisa dibentuk hanya melalui pendidikan akademis di sekolah. Tapi CM belum tahu bagaimana caranya. Sampai suatu hari di Gereja CM mendengar pendeta berkata : Kebiasaan itu punya kekuatan 10 kali lipat dari sifat bawaan. Akhirnya CM sadar Habit Training adalah apa yang diperlukan dalam proses pendidikan seorang anak. Segala sesuatu yang sulit dilakukan, kalau terus dilakukan berulang kali, lama kelamaan akan semakin mudah. Seseorang yang berdisiplin melakukan kebiasaan-kebiasaan baik akan terbiasa melakukannya sehingga akan melekat menjadi karakternya. Anak perlu dilatih berdisiplin sehingga terbiasa mengalahkan kehendaknya. Disiplin atau latihan melakukan kebiasaan baik yang optimal memerlukan: tujuan yang jelas (rencana), metode yang tepat (cara yang sesuai dengan fisiologi dan psikologi anak), dan ketekunan. Habit training ibarat menyusun rel satu demi satu yang mengantar gerbong kesuksesan anak melaju. Apa yang ditabur, itu yang akan dituai. Menabur tindakan akan menuai kebiasaan. Menuai kebiasaan maka akan menuai karakter.
Refleksi
:
Apa
yang dialami CM ini mirip banget dengan yang kami alami sehari-hari. Berusaha
mendidik anak dengan bilang Tuhan gak suka kamu kayak gini, mama papa gak suka
lo. Lalu di lain waktu mengancam anak, kalau kamu gak melakukan ini maka ini
lo. Atau menjanjikan berbagai hadiah kalau anak berhasil melakukan apa yang aku
inginkan. Gak berhasil dong. Mendengar pemikiran CM ini saya baru sadar kalau
anak bukannya gak mau, tapi dia belum terlatih dan terbiasa melakukan yang
benar. Saya harus menyesuaikan setiap tindakan dengan kondisi fisik dan
psikologis anak. Anak perlu dilatih secara konsisten melakukan berbagai
tindakan baik sampai terbiasa dan sebagai orang tua saya harus sabar untuk
melatihkannya. Tidak mudah menghasilkan kebiasaan baik yang mantap hingga
menjadi karakter. Penggunaan kata menabur dan menuai oleh CM mengingatkan saya
adanya proses. Semua hal butuh proses. Petani yang menabur hari ini, tidak
sekejap mata menuai saat ini juga. Menabur hari ini pun tidak mungkin menuai
besok. Sampai waktunya menuai, tugas saya adalah terus menabur tindakan yang
baik, menyirami anak dengan kasih sayang dan kesabaran, membuang segala hama
pengganggu yang akan mencegah saya menuai yang baik. Hama pengganggu ini bisa
jadi kebiasaan jelek saya sebagai orang tua, ketidaksabaran saya, dll. Jika
ingin proses pendisiplinan ini maksimal, saya terlebih dahulu harus mendisiplin
diri sendiri. Tekun melakukan yang benar bahkan saat saya belum melihat tuaian.
Kalau saya gagal saya harus terus bangkit dan melakukannya lagi. Tidak mungkin
saya mendisiplin anak jika saya tidak konsisten mendisiplin diri sendiri.
Kata-kata saat saya mendisiplin anak akan memiliki kekuatan saat tindakan saya
sejalan dengan perkataan saya. Betapa pentingnya berlatih melakukan apa yang
baik secara konsisten.
Tidak
mudah mendisiplin diri membereskan segala apa yang saya kerjakan segera setelah
selesai, ini bukan kebiasaan saya, saya aslinya suka menunda. Sialnya ini
diikuti oleh anak saya, padahal pasangan saya punya kebiasaan yang berbeda.
Saya mau seperti pasangan yang rapi, tapi saya tidak terbiasa. Memulainya
sangat sulit. Tapi jika saya ingin menjadi contoh terbaik bagi anak saya, saya
harus mulai merapikan peralatan kerja saya segera setelah selesai. Saya jadi
teringat beberapa hari lalu menonton podcast Panji Pragiwaksono yang berkata:
“Disiplin tidak mengekang sebaliknya justru membebaskan. Kalau dulu saya
disiplin les piano, mungkin saat ini saya akan dengan mudah composing lagu. Disiplin yang bertujuan
akan memudahkan saya melakukan apa yang ingin saya lakukan sekarang.” Saya tidak ingin menyesal di masa mendatang
melihat diri saya atau anak saya menjadi pribadi yang berkarakter buruk hanya
karena tidak mulai melakukan tindakan yang baik hari ini.
Pertanyaan
:
1. Kebiasaan
apa yang perlu dimiliki orang tua agar lebih mudah mendisiplin diri sendiri?
Kebiasaan melatihkan kebiasaan baik kalau kata CM. Ortu terutama harus membongkar sudut pandang, tidak menganggap melatihkan HT itu sebagai beban, tapi sebagai kehormatan, tanggung jawab, privilese karena dititipi oleh Tuhan sosok anak yang berpotensi menjadi berkat
bagi dunia. Dengan begitu saat mendampingi anak HT, orangtua tidak
berharap hasil instan, tapi telaten sampai HT mapan.
2.
Tindakan baik apa yang pertama-tama perlu dilatihkan ke anak? Kebiasaan apa
yang harus mereka miliki?
Dasar semua HT adalah habit of obedience. Orangtua cukup memerintah
satu kali, dia langsung melakukan.
3. Bagaimana
mengukur keberhasilan berdisiplin? Apakah hanya dengan melakukannya
terus-menerus sudah dikatakan berhasil?
Prestasi tertinggi HT adalah kalau anak
sudah bisa melakukan kewajibannya/kebiasaan baiknya tanpa disuruh,
tanpa diawasi lagi, di mana pun dia berada. Sekali lagi: ini PRESTASI
TERTINGGI, jadi jangan diharapkan anak sudah bisa seperti ini sejak awal
proses HT. Anak yang baru saja dilatih HT sangat wajar kalau masih harus
disuruh dan diawasi – tapi ke depannya dia harus dilatih agar makin
mandiri dan sadar melaksanakannya.
2 comments:
👍👍baguss mega, thanks reminder nya :) ini ada bukunya ya?
Buku yang mana ya? Kalau untuk membentuk kebiasaan aku baca buku Atomic Habits, kalau buku tentang metode CM aku baca dari Buku Cinta yang berpikir.
Post a Comment