“Si Dina sama lo kayak adek”, kata suamiku beberapa waktu yang lalu. FYI, Dina tuh sepupuku yang umurnya baru 4 tahun. Dia lucu dan cerewet banget. Dia suka nempel sama suamiku dan minta ditemanin main.
“Sama kenapa bang?”
“Iyaaaa….Mosok dia minta abang pilih-pilih baju di gamenya, terus akhirnya, eh…malahan dia milih pilihannya sendiri. Wanita dimana-mana sama ya dek. Gak besar atau kecil, sama aja”.
Aw. Aw.Aw. Aku tertawa, tapi juga merasa tersindir.
Astagaaaa…Jadi selama ini aku berbuat demikian dong sama suamiku, sampai-sampai dia menyamakan Dina denganku, yang ternyata sering sok-sokan nanya pendapat suamiku lalu ujung-ujungnya pendapat sendiri yang dipake. Ngapain nanya kalau begitu yah? Wanita ya, ada-ada saja. Mending dari awal buat pilihan sendiri aja ya, daripada nanya tapi gak mempertimbangkan jawaban suami dan membuat pilihan sendiri, hehehe. Aku merasa bersalah. Kudu tobat dan berbalik dari jalan yang jahat nih :p Kalau hal ini terjadi sewaktu pacaran gak papa kali ya, ayat Akitab kan bilang gini:
Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Kolose 3:18
Sebagai seorang istri, kalau kita gak nurut sama suami, ternyata itu bisa menyakiti hati suami lo, seolah-olah kita meragukan pemikiran dan keputusannya. Sebaliknya, saat kita nurut untuk hal yang sederhana sekalipun, itu bisa membuat suami seneng luar biasa. Aku mengalami itu. Aneh ya? Tapi bener kok. Cobain deh. Masa sih Meg, untuk hal yang kecil sekalipun harus tanya sama suami? Ya lagian nih, untuk hal-hal yang gak prinsip dan ujung-ujungnya kita make pilihan sendiri, buat apa nanya? Mending gak usah nanya deh, daripada bikin suami mangkel, hahahaha. Lah beneran ini, dari awal buat apa tanya kalau gak ada keinginan untuk nurut? Sebenarnya suami gak meributkan pilihan istri saat memutuskan hal-hal remeh, tapi kalau ditanya dia akan ikut berpikir dan jawab. Nah,kalau sudah dijawab tapi pendapatnya gak dipake, ngapain nanya?
Misal nih, suami istri jalan bareng ke pusat perbelanjaan. Istri mau beli keranjang sampah, lalu terjadilah percakapan begini:
Istri : Pap, keranjang sampahnya bagusan yang warna apa nih?
Suami : Yang biru aja Mam.
Istri : Kenapa?
Suami : Kenapa ya? Gak kenapa-napa sih, tapi papi suka yang biru.
Istri : Okeee.... *ujung-ujungnya beli yang warna pink*
Suami : *pingsan*
Hahahaha, ini bukan percakapanku dan suamiku yaaaa....:p Mana pernah kami manggil 'mami papi' gitu. LOL Tapi kira-kira begitulah gambarannya. Kan bikin kesel ya? ^^' Kalau cuma sekali dua kali gak papa, kalau keseringan? Jangan salahkan suami kalau jawabannya TERSERAH :p
TUNDUK. Even hal terkecil pun aku harus belajar tunduk ke suami, kenapa? Karena firman Tuhan bilang gitu, as simple as that. Dari ‘sindiran’ suamiku tadi aku merasa dicubit dan diingatkan, noh Meg... dari hal kecil pun kamu harus belajar menghargai pendapat suamimu. Memang menyakiti kamu kah kalau memilih warna keranjang sesuai pilihan suami? Eh, yang di atas tadi bukan aku kok, bukaaaannn..bukaannnn....^^’
Saat kita setia dalam perkara kecil maka kita akan setia dalam perkara yang lebih besar.
Yes. Amin. Aku masih percaya itu. Kalau perkara kecil saja aku gak menghargai pendapat suami, bagaimana aku bisa menghargainya dalam perkara lain yang lebih besar? Gak bakal! Semakin banyak aku melatih diriku dalam penundukan-penundukan kecil maka aku akan mudah tunduk dalam perkara lain yang lebih besar.
Aku mulai mencari ayat-ayat Alkitab yang berbicara tentang penundukan istri terhadap suami dan menemukan beberapa hal:
Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan. Efesus 5:22
Hai para istri (cieeee....), aku menulis ini juga untuk mengingatkan diri sendiri :
Ketaatan pada suami merupakan ketaatan pada Tuhan, karena Tuhan memerintahkan kita melakukan itu!
Kalau kita gak bisa menemukan alasan untuk taat pada suami, lakukan untuk Tuhan. Tuhan mengasihi kita dengan kasih yang sempurna. Yuk kita meresponi kasihNya dengan tunduk pada suami.
Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Efesus 5:24
SEGALA SESUATU?
Gak salah ini ayat? Masa sih SEGALA SESUATU? Maksudnya, ketaatan gak hanya dipraktekan saat kita pengen melakukan itu, atau saat kita sepenuh hati setuju dengan suami kita, atau saat dia memperlakukan kita dengan kasih Kristus, tapi dalam segala sesuatu! Alkitab gak bilang : taatlah KALAU..... Taat ya taat. Titik. Kita bertanggung jawab pada Tuhan atas tindakan kita masing-masing, dan gak ada alasan untuk ketidaktaatan atas FirmanNya. Tuhan membuat suami untuk memimpin; istri harus membiarkan dia memimpin, memperlakukannya seperti seorang pemimpin diperlakukan. Suami memerlukan seseorang untuk menguatkan dia, menghargai dia, percaya padanya, dan menghormatinya. Dan itulah alasan Tuhan memberikan dia istri! Suami akan mampu menanggung lebih banyak kesulitan saat dia tahu ada seorang istri di rumah yang mengaggumi dia, percaya, dan mendukungnya, apapun yang terjadi.
Bagaimana kalau suami kita bukan seorang Kristen yang taat?
Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya.1 Petrus 3:1
Tuhan bilang kalau ketaatan istri merupakan kunci memenangkan suami yang belum taat kepada Kristus. Bukan omelan istri. Bukan rongrongan istri. Istri gak perlu berkhotbah. Istri hanya diminta untuk tunduk pada suaminya dengan sukarela, sukacita, dan penuh kasih. Tuhan akan memakai penundukan seorang istri untuk memenangkan suaminya bagi Kristus.
Akibat dari tunduk kepada Tuhan selalu menguntungkan kita!
Tapi bagaimana kalau suami meminta saya melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Firman Tuhan?
Ini satu-satunya pengecualian yang bisa kita temukan terhadap kata “dalam segala sesuatu” di Efesus 5:24.Petrus berkata agar istri untuk tunduk pada suami yang belum percaya. Tapi Petrus saat ditegur karena memberitakan Kristus, dia juga pernah menjawab:
"Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia”. 1 Petrus 5:29
Istri gak ngasal nurut suami. Saat suami berbuat salah, istri wajib mendoakan dan mengingatkan suaminya untuk hidup benar sesuai dengan kehendak Tuhan.
Jadi pertama-tama, nurut sama Tuhan, baru nurut sama suami. Kalau suami meminta kita melakukan sesuatu yang bertentangan sama apa kata Tuhan, baru deh jangan diturutin. Tapi baek-baek ya ngomongnya, jangan sampe ada piring terbang segala (emang UFO :p). Kalo kagak ma, nurut aja deh. Pasti sulit untuk tunduk, apalagi kalau istri selalu merasa paling benar. Seringkali aku merasakan itu. Perlu berlatih untuk berserah, dimulai dari hal kecil, dibiasakan dari hal yang sederhana. Belajar percaya kalau Tuhan yang akan menuntun keputusan suami.
Kalo baca ayat di bawah ini, dulu aku mikir, kenapa sih isteri disuruh tunduk sama suami, sedangkan suami disuruh mengasihi isteri. Sedemikian sulitnya kah buat istri menundukkan diri pada suaminya sampai harus ada ayat khusus gitu? Tapi sejak negara api datang menyerang *apaan sih*, hahahaha, aku gak bingung lagi. Cieeee...Gaya...:p Gak deng, bukan gak bingung, tapi ada pencerahan. CLING! ^^V Hasil sharing dengan seorang kawan juga sih.
Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Efesus 4:22-23
Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diriNya bagiNya. Efesus 4:25
Kenapa suami diminta mengasihi istri?
Kenapa istri diminta tunduk sama suami?
Sebenarnya, Allah menginginkan hubungan suami isteri yang ada di dunia menggambarkan hubungan Kristus dan jemaat. Saat orang lain melihat suami istri Kristen, Allah rindu hubungan mereka mencerminkan hubungan antara Kristus sebagai kepala dan jemaat sebagai mempelaiNya. Suami-suami yang mengasihi istrinya hingga rela mengorbankan dirinya merupakan gambaran bagaimana Allah telah menyerahkan semua yang dimilikiNya bagi jemaat, dan istri-istri yang tunduk kepada suaminya sebagai gambaran jemaat yang mau menundukkan diri dan percaya pada pimpinan Sang Kepala yakni Kristus.
Karena , catat ya, adalah mudah bagi wanita untuk tunduk pada pria, waktu dia merasa dikasihi oleh pria itu. Dan, adalah mudah bagi pria untuk mengasihi hingga mengorbankan dirinya sewaktu istrinya tunduk dan percaya padanya.
Rumus yang gampang sebenarnya ya...
Kalo suami mau istrinya tunduk, kasihilah istri. Tunjukkan kasihmu dengan cara yang dimengerti sang istri, buat dirinya merasa dikasihi dan voilaaaa....kau akan mendapatkan sikap hormat dan tunduk dari istri.
Kalo istri mau dikasihi suami, tunduklah padanya. Dengarkan kata-kata suami. Hargai pendapatnya. Hormati keputusannya. Jangan suka berbantahan. Dan....tiba-tiba suamimu akan bersikap manis
So simple. Isn’t it?
Tapi bukan Cuma ini yang Tuhan mau, logikanya bener sih udah. Hati suami mana sih yang gak semakin mengasihi istrinya saat dia lihat istrinya mau tunduk padanya, menghargai pendapatnya, menghormati setiap keputusannya dan tidak suka berbantahan dengannya. Disadari gak disadari, sikap tunduk seorang wanita menunjukkan seberapa besar ia mempercayai suaminya. Demikian pula sebaliknya, bagaimana istri gak tunduk dan menghormati suaminya, berkata manis dan taat waktu dia tahu suaminya begitu mengasihinya, tentunya dia tunduk karena dia percaya suaminya sedemikian mengasihi dia sehingga keputusannya adalah yang terbaik dan didasari kasihnya kepada istri.
Tapi...bagi Allah, hubungan suami isteri bukan sekedar hubungan timbal balik yang merupakan simbiosis mutualisme. Dimana kalo sang suami mengasihi lalu istri tunduk, lalu bila sang suami gak mengasihi, sah-sah saja buat sang istri melawan. NOOOOO....!!!
Kita harus ingat, hubungan suami isteri adalah gambaran hubungan KRISTUS dan jemaat.
KRISTUS mengasihi jemaatNya tanpa syarat, itu pula yang Tuhan mau dari para suami dan istri, Dia tidak ingin suami/isteri MEMANIPULASI pasangannya dengan melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu, karena kalau itu yang terjadi pernikahan ini bukanlah gambaran hubungan Kristus dan jemaat lagi.
Allah mau istri dan suami menjalankan perannya untuk mengasihi/tunduk dalam keadaan apapun juga, sepanjang gak bertentangan dengan Firman Tuhan. Gak bisa dipungkiri, pasti ada kalanya suami/istri gagal dalam mengasihi/menundukkan dirinya. Iya lah, manusia bisa gagal. Bukan karena disengaja memang, tapi ada kalanya kita gagal.
Contoh:
Suami yang pulang kantor dah cuapek buanget, lalu ingin segera beristirahat dan gak bisa memberikan telinganya untuk sang istri, padahal istri merasa dikasihi waktu istrinya mendengarkan. Istri yang emosi karena hubungannya dengan rekan kerjanya terganggu lalu pulang ke rumah dan menjadi ketus saat diminta suaminya melakukan sesuatu.
Pasti akan ditemui kegagalan-kegagalan seperti itu.
Tapi, bagaimana suami isteri tetap berkomitmen menjadikan hubungan mereka sebagai cerminan hubungan Kristus dan jemaat, itulah yang memampukan untuk tetap bertahan dan tetap mengasihi/tunduk pada pasangannya. Sekali lagi, bukan karena ingin memanipulasi pasangannya, tapi karena mereka menyadari hubungan mereka seharusnya mencerminkan kemuliaan Kristus. Bagaimana Kristus mengasihi jemaat tanpa syarat, dan bagaimana jemaat tunduk kepada Sang Kepala Jemaat dan merasa aman dalam naungan kasihNya.
Palangka Raya, 20 Agustus 2018
-Mega Menulis-