Sunday, August 12, 2018

Roma 12, Mazmur 52

Mazmur 52

Scripture
Mazmur 52:4 (TB)  (52-6) Engkau mencintai segala perkataan yang mengacaukan, hai lidah penipu!

Observation
Mencintai segala perkataan yang mengacaukan berarti :
✔️ menikmati perkataan yang membuat kekacauan
✔️ mengatakan hal yang mengacaukan
✔️ setuju dengan perkataan yang membuat konflik

Aplication
Sejak diumumkannya capres dan cawapres 2019, mulailah bermunculan meme-meme politik. Aku suka membaca berita politik dan peduli dengan keadaan politik di Indonesia, bukan karena sekedar bahan pembicaraan dengan suami tapi karena aku memang mengamati perpolitikan di Indonesia. Baca ayat di atas aku ditegur karena mencintai perkataan yang mengacaukan. Aku suka sekali melihat meme-meme yang beredar karena lucu bagiku (padahal itu mengacaukan keadaan dan memancing konflik), aku MENIKMATI kekacauan yang terjadi di sosial media khususnya, membaca komentar-komentar dan analisa politik, orang-orang yang berantem karena politik, berita tentang keburukan tokoh politik, dll. Untuk mengatakan hal yang mengacaukan dan berkomentar sih aku terkendali karena posisi sebagai PNS yang gak boleh berpolitik dan sembarangan berkomentar di sosial media, tapi hatiku gak benar, aku mencemooh setiap melihat pendapat yang berbeda denganku. Yang harus kulakukan:.
✔️ Hanya membaca berita politik dari media terpercaya
✔️ Tidak perlu membaca komentar orang yang sedang berdebat politik
✔️ Membatasi menggunakan sosmed
✔️ Tidak menyimpan dan share meme politik
✔️ Daripada menikmati perdebatan di sosmed, aku mendoakan kesatuan Indonesia, supaya dalam segala yang terjadi di negeri ini, Tuhan dimuliakan.

Prayer
Tuhan, aku mau belajr terus berdoa untuk keadaan perpolitikan di Indonesia. Biarlah pemimpin dari Tuhan yang terpilih dan dalam segala sesuatu yang terjadi nanti di Indonesia, Tuhan saja yang dimuliakan. Tolong aku menjaga hatiku selama pilpres ini ya Tuhan. Amin.

Roma 12

Scripture
Roma 12:16 (TB)  Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!

Observation
Sewaktu membaca kalimat : sehati sepikir dalam hidupmu bersama. Aku langsung memikirkan suamiku yang akan selalu menjadi teman hidupku. Selama ini aku gak selalu sehati sepikir dengannya. Aku ingin suami mengerti isi hati dan pemikiranku, aku ingin yang terbaik buat keluarga kami. Aku menganggap pemikiranku saat berbeda dengan suami lebih baik. Padahal, dalam hidup kami bersama, ayat di atas benar-benar harus aku lakukan. Sempat mikir, harusnya suami juga baca ayat ini dong supaya dia juga berusaha sehati sepikir denganku dan gak merasa benar sewaktu kami berdebat. Tapiiii.... Aku teringat kalau suamikulah kepala keluarga kami. Aku yang harusnya berusaha sehati sepikir dengannya. Aku yang harusnya tunduk sama suamiku.

Aplication:
-Sehati sepikir.
Sudah pasti kami gak mungkin sehati sepikir awalnya dalam segala hal. Tapi tentunya aku harus berusaha MENGERTI ISI HATI DAN PIKIRAN SUAMI. Belajar mendengarkan lebih dulu, banyak mendengar, berempati, supaya mengerti maksud suami,gak ngotot dituruti. Dan saat sesuatu diputuskan, aku perlu tunduk sama keputusan suami. Aku harus sudah sehati sepikir dengannya sewaktu perkara sudah diputuskan. Aku harus satu suara. Aku harus melakukan keputusan tersebut dengan sukarela dan senang hati, bukan dengan hati yang bersungut-sungut. Aku harus berdoa supaya keputusan ini mendatangkan berkat bagi kami. Bukannya berharap kalau keputusan suami salah dan pendapatku yang benar. Kalau pun keputusan suami salah, aku gak boleh bersukacita atasnya dan berkata, "Tuh kan, benar kan yang kubilang?". Tetap bersikap manis ke suami apapun yang terjadi.
-Arahkan diriku kepada perkara yang sederhana.
Saat konflik terjadi dengan suami karena aku gak sepikiran dengan dia, atau karena apapun, aku perlu fokus untuk memikirkan perkara yang sederhana : kalau aku mengasihi suami, aku harus tunduk dengannya. Adu otot leher ga akan memghasilkan apa-apa, berdebat dan bertengkar cuma menghasilkan perpecahan. Fokus pada mengasihi suami (mengasihi suami=tunduk padanya).
-Jangan menganggap diriku pandai.
Ini sulit sekali. Apalagi kalau aku merasa lebih tahu. Tapiiii...aku perlu terus tanamkan dalam hati kalau suamiku adalah kepala atas keluargaku. Aku leher yang mendukung kepala tetap tegak. Aku gak perlu memikirkan bagaimana caranya supaya pendapat dan pemikiranku diterima, tapi bagaimana supaya pemikiran dan pendapatku memperkaya suami dan dia bisa mengambil keputusan terbaik sesuai yang Tuhan mau.

Prayer
Tuhan, aku rindu melakukan firman yang Tuhan beri hari ini. Engkau tahu ini sangat sulit buatku, tapi aku mau ya Tuhan. Aku mau melakukannya dengan pertolonganMu.Amin.

Palangka Raya,  12 Agustus 2018
-Mega Menulis-

No comments: