Wednesday, May 23, 2018

1 Samuel 22, Amsal 22

1 Samuel 22:3 (TB)  Dari sana Daud pergi ke Mizpa di Moab dan berkata kepada raja negeri Moab: "Izinkanlah ayahku dan ibuku tinggal padamu, sampai aku tahu, apa yang dilakukan Allah kepadaku."

Daud meminta seorang raja di negeri Moab agar memperbolehkan orang tuanya tinggal di sana. Ia melindungi orang tuanya. Iya lah ya kalau dipikir, kasihan juga orang tua Daud kalau harus mengikuti Daud dalam pelariannya, lagipula orang tua mana yang gak sedih melihat anak yang dikasihinya harus hidup dalam pelarian. Daud begitu mengasihi kedua orang tuanya.

Reminder buatku untuk meminta maaf ke mamaku. Tadi malam aku marah ke mamaku dan mamaku juga marah ke aku. Semalam aku mendisiplin Sara karena melakukan kesalahan, padahal sudah berulang kali dikasih tahu tapi masih dilakukan sama Sara. Mama melakukan sesuatu yang menurutku 'membela' Sara dan itu dilakukan di depan Sara tapi mama merasa gak melakukannya (membela). Kami sempat saling mengucapkan kata-kata yang gak enak. Aku merasa gak bersalah sih awalnya tapi membaca apa yang dilakukan Daud ke orang tuanya aku benar-benar diingatkan apa yang terjadi semalam. Mengasihi mamaku berarti aku harus mau 'memperbaiki' hubunganku dengan mamaku.Kalau aku mengasihi mamaku, aku harus memperhatikan juga perasaannya. Walaupun aku gak setuju dengan sikap mamaku, aku harus mengungkapkannya dengan cara yang benar dan sopan. Aku perlu menjelaskan apa yang kulakukan ke Sara dengan sabar, meskipun pada akhirnya nanti mungkin kami gak bisa sepakat tentang caraku mendidik Sara tapi aku harus tetap menghormati mamaku.

Amsal 22:15 (TB)  Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya.

Kalau Sara berbuat 'kebodohan' maka saat kami mendisiplinnya ada saja komentar, "Namanya juga anak-anak".  Entah kenapa aku gak suka mendengarkan kata-kata seperti itu. Seolah-olah wajar dan sah-sah saja buat Sara untuk melakukan itu, karena dia masih anak-anak jadi kami harus selalu memakluminya. Oke lah maklum, tapi kalau membiarkan? Padahal, kalau gak dikasihi tahu mana mungkin Sara tahu kan ya mana yang boleh dilakukan dan nggak boleh. "Ah, nanti juga dia pasti mengerti sendiri kalau sudah besar,  gak perlu lah digituin". Lah, ngerti dari mana kalau gak dikasih tahu coba?",Kalau dia terus melakukan 'kebodohannya'  tanpa didisiplin dan dibiarkan terus-menerus maka dia akan terus melakukannya sampai dewasa. Ntar kalau kebodohan itu dah jadi kebiasaan susah kan ngilanginnya. Yang kasihan kan ntar anak juga ya.

Benar-benar perlu hikmat Tuhan dalam mendidik anak,kalau dengerin semua perkataan orang, kita sebagai orang tua pasti bingung, malah gak tau harus ngapain. Perlu terus tanya Tuhan dan balik ke firman Tuhan untuk tahu bagaimana mendidik anak dengan benar. Kapan harus mendisiplin anak. Apa yang harus dikatakan. Apa yang harus dilakukan. Bagaimana memberi tahu dia apa yang benar dilakukan. Memberi tahu alasan mengapa kami melakukan ini dan itu. Memang terkadang rasanya sedih sewaktu orang lain menilai apa yang kami lakukan gak benar dan kami tega ke anak, tapi aku dan suami sepakat kalau anak kami harus dikasih tahu, gak boleh dibiarkan terus-menerus melakukan kebodohan. Kalau perlu didisiplin ya didisiplin. Kami lebih gak tega kalau sampai besar anak kami melakukan kebodohan tersebut lalu menyusahkan dirinya sendiri dan orang lain.

🙏 Tuhan, berikan kami hikmatMu dalam mendidik anak-anak kami. Ajari kami untuk lebih peka sama Tuhan saat kami mendisiplin anak kami. Kami mau melakukan yang benar di hadapan Tuhan dalam mendidik anak kami ,tolong kami ya Tuhan. Amin.

Palangka Raya, 22 Mei 2018
-Mega Menulis-

No comments: