Thursday, May 31, 2018

1 Samuel 31, Amsal 31

Amsal 31:27-28 (TB)  Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya.
Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia:

Kemarin malam sehabis nyusuin Sofi dan sehabis saat teduh, aku gak bisa tidur. Bingung mau ngapain akhirnya aku bersih-bersih sampai pagi, pagi-pagi suamiku dah heran aja melihatku dah bangun dan melakukan banyak hal. "Wah, rajin sekali istriku, tumbennnn....". Jederrrr!!!! Yang awalnya senang karena dipuji jadi lemes dengar kata 'tumben' tadi 😢 Memang sih, aku gak terlalu suka urusan bersih-bersih. Aku kalah jauh sama suami, orangnya resik'an banget deh, asli. Kadang aku ngasal kalau urusan bersih-bersih, cepet sih aku ngerjakannya tapi gak maksimal. Beda dengan suami yang lambat kalau dah bersih-bersih tapi kinclong clong, bener-bener kasih yang terbaik deh dia kalau urusan ginian. Sedangkan aku? Kalau aku boleh memilih, mending disuruh masak atau ngurus anak deh dibanding bersih-bersih.

Aku gak mau lagi ah mendengar kata 'tumben' gitu dari suamiku,gak enak banget. Jadi, pilihanku ada 2:
1. Ngomelin suami karena bilang gitu supaya lain kali gak ngomong gitu. Hahahaha.
2. Rajin melakukan pekerjaan rumah tangga tanpa harus nunggu 'susah tidur' supaya suamiku terbiasa melihat istrinya serajin kemarin.
Aku memilih yang kedua.

Teringat juga ayat yang bilang, "Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu, kerjakan itu sekuat tenaga". Aku mau melakukannya. Aku mau rajin yang bukan sembarang rajin alias ngasal melakukan sesuatu, tapi benar-benar mengerjakan sekuat tenaga, selalu melakukan yang terbaik.

1 Samuel 31:4 (TB)  Lalu berkatalah Saul kepada pembawa senjatanya: "Hunuslah pedangmu dan tikamlah aku, supaya jangan datang orang-orang yang tidak bersunat ini menikam aku dan memperlakukan aku sebagai permainan." Tetapi pembawa senjatanya tidak mau, karena ia sangat segan. Kemudian Saul mengambil pedang itu dan menjatuhkan dirinya ke atasnya.

Tragis sekali akhir hidup Saul, bunuh diri seperti itu, padahal dia orang yang telah diurapi Tuhan jadi Raja Israel lo. Saul memulai kisahnya sebagai Raja Israel dengan baik tapi sayang dia mengakhirinya demikian.

Bagaimana kita mengakhiri 'pelayanan' kita nantinya? Apakah masih sebaik saat kita mengawalinya? Pelayanan di mana saja, di keluarga kepada suami anak, di kantor, di gereja, di komunitas. Seringkali kita seperti Saul yang semangat di awal dan memulai dengan baik tapi dalam perjalanannya mulai kendor dan ngasal melakukannya. Entah bagaimana kita mengakhiri pelayanan dan hidup kita nanti tergantung pilihan kita, apakah mau mengakhiri dengan baik sebaik kita mengawalinya atau nggak. Pasti ada kalanya kita jatuh bangun, tapi aku diingatkan untuk setia berproses. Gak boleh menyerah melakukan yang terbaik.

Belajar banget dari Saul. Dia memilih mengakhiri hidupnya karena dia tidak tahan mengalami kekalahan dalam pertempuran dengan orang Filistin.
Kenapa dia kalah? Karena Roh Tuhan sudah undur darinya.
Kenapa Roh Tuhan meninggalkan Saul?
Karena Saul gak taat.
Jadiiii.... Kalau aku mau menang dalam setiap 'pertempuranku', aku harus hidup dalam ketaatan sama Tuhan. Ketaatan sama Tuhan jadi kunci aku bisa mengakhiri pelayananku di manapun dengan baik.Mengawali dengan Tuhan dan mengakhiri dengan Tuhan juga.

Palangka Raya, 31 Mei 2018
-Mega Menulis-

No comments: